Senin, 17 Desember 2007

ANNISA 31

Peringkat dosa dalam Al-Qur’an dan Hadis
Oleh: Syamsuri Rifai
Dosa dalam Al-Qur’an
”Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (An-Nisa’: 31)


“Dan diletakanlah Al-Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, melainkan ia mencatat semuanya…” (Al-Kahfi: 49)
“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji kecuali kesalahan-kesalahan yang kecil, sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya…” (An-Najm: 32)
“Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan yang keji.” (Asy-Syura/42: 37)
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni yang selain itu bagi orang yang dikehendaki. Barangsiapa yang mensekutukan Allah, maka ia telah melakukan dosa yang besar.” (An-Nisa’: 48)
Dosa dalam Hadis
Dalam Al-Kafi 2/276, bab kabair:
Imam Ja'far Ash-Shadiq (as) berkata tentang firman Allah Azza wa Jalla “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” (An-Nisa’: 31): “Itu adalah dosa-dosa besar yang pelakunya diharuskan oleh Allah Azza wa Jalla masuk neraka.”
Dalam Al-Kafi 2/278, bab kabair:
Imam Ja'far Ash-Shadiq (as) berkata tentang firman Allah Azza wa Jalla “Orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji kecuali kesalahan-kesalahan yang kecil, sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya…” (An-Najm: 32). Beliau mengatakan: “Fawâhisy (perbuatan-pebuatan keji) adalah zina dan mencuri,. Adapun Lumam adalah dosa-dosa kecil yang dilakukan oleh seseorang kemudian ia memohon ampun kepada Allah. Ishaq bin Ammar berkata: Kemudian aku bertanya tentang kedudukan antara kesesatan dan kekafiran? Beliau berkata: “Banyak sekali hal-hal yang menelanjangi keimanan.”
Dalam Al-Wasail 15/333, bab 47:
Muhammad bin Abi ‘Umair berkata: Aku mendengar Imam Musa Al-Kazhim (as) berkata: “Barangsiapa di antara orang-orang yang beriman menjauhi dosa-dosa besar, maka ia tidak ditanyai tentang dosa-dosa kecil. Karena Allah swt berfiman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبائِرَ ما تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئاتِكُمْ وَ نُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيما
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (An-Nisa’: 31). Muhammad bin Abi ‘Umair bertanya: Siapakah yang mesti memperoleh syafaat? Imam menjawab: ayahku bercerita padaku dari ayah-ayahnya dari Ali bin Abi Thalib (as) bahwa Rasulullah saw bersabda:
إِنَّمَا شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي فَأَمَّا الْمُحْسِنُونَ فَمَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ
“Sesungguhnya syafaatku untuk ummatku yang melakukan dosa-dosa besar. Adapun orang-orang yang berbuat kebajikan mereka tidak perlu syafaatku.” Muhammad bin Abi ‘Umair bertanya: Wahai putera Rasulillah, bagaimana syafaat Rasulullah saw untuk orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar, sementara Allah swt berfirman “Mereka tidak memberi syafaat kecuali kepada orang yang diridhai Allah” (Al-Anbiya’: 28), dan orang yang melakukan dosa-dosa besar tidak diridhai Allah swt? Imam (as) berkata: Wahai Aba Ahmad (Muhammad bin Abi ‘Umair), tidak ada seorang mukmin yang melakukan suatu dosa kecuali ia merasakan akibat buruknya dan menyesalinya. Rasulullah saw bersabda:
كَفَى بِالنَّدَمِ تَوْبَةً
“Cukuplah penyesalan itu sebagai taubat.” Beliau juga bersabda:
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَ سَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ فَمَنْ لَمْ يَنْدَمْ عَلَى ذَنْبٍ يَرْتَكِبُهُ فَلَيْسَ بِمُؤْمِنٍ وَ لَمْ تَجِبْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Barangsiapa yang dibahagiakan oleh kebaikannya dan digelisahkan oleh keburukannya, maka ia adalah seorang mukmin. Barangsiapa yang tidak menyesali dosa yang dilakukannya, maka ia bukan seorang mukmin, dan ia tidak berhak mendapat syafaat.” Rasulullah saw juga bersabda:
لَا كَبِيرَ مَعَ الِاسْتِغْفَارِ وَ لَا صَغِيرَ مَعَ الْإِصْرَارِ
“Tidak ada dosa besar yang disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil yang dilakukan secara berulang-ulang.”
Dalam Al-Wasail 28/354, bab 10:
Abdurrahim Al-Qashir berkata: Pada suatu hari Imam Ja'far Ash-Shadiq (as) menjawab surat Abdul Malik bin A’yan: Anda (semoga Anda disayangi Allah) bertanya tentang iman sedang imam adalah mengakuan dengan dan ...? Imam (as) berkata: “Islam sebelum iman, islam bermitra dengan iman. Jika seorang hamba melakukan dosa besar atau dosa kecil yang dilarang oleh Allah, maka imannya darinya dan islam atasnya. Jika ia bertaubat dan beristighfar, maka imannya kepadanya. Dosa itu tidak mengeluarkannya pada kekufuran kecuali penentangan dan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Jika hal ini terjadi, maka ia kelua dari islam dan iman, masuk pada kekufuran …(Al-Hadis).
Penjelasan Imam Ja’far (as) dari Al-Qur’an
Pada suatu hari Amer bin ‘Ubaid berkunjung kepada Imam Ja'far Ash-Shadiq (as). Setelah mengucapkan salam ia duduk dan membaca firman Allah swt surat An-Najm 32:
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبائِرَ الْإِثْمِ
“Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar.” Lalu ia berhenti.
Imam berkata kepadanya: Mengapa engkau berhenti? Ia berkata: Aku ingin mengetahui dosa-dosa besar dari firman Allah Azza wa Jalla. Imam berkata: Baiklah wahai Amer, dengarkan:
1. Dosa yang paling besar adalah syirik, karena Allah swt berfirman:
وَ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mensekutukan Allah, maka Allah mengharamkan atasnya surga.” (An-Nisa’: 72).
2. Sesudah itu putus asa dari rahmat Allah; karena Allah swt berfirman:
إِنَّهُ لا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكافِرُونَ
“Sesungguhnya tidak akan putus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir.” (Yusuf: 87)
3. Merasa aman dari makar Allah; karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخاسِرُونَ
“Tidaklah merasa aman dari makar Allah kecuali kaum yang zalim.” (Al-A’raf: 99)
4. Di antara dosa-dosa besar itu adalah durhaka kepada kedua orang tua, karena Allah swt menjadikan anak yang durhaka pada orang tuanya sebagai orang yang sombong dan celaka:
وَبَراً بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّاراً شَقِيّاً
“Berbakti kepada ibuku, dan tidak menjadikan aku (Isa) orang yang sombong dan celaka.” (Maryam: 32)
5. Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan kebenaran, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
ومن يقتل مؤمناً متعمداً فجزاؤه جهنّم خالداً فيها وغضب الله عليه ولعنه وأعدّ له عذاباً عظيماً
“Barangsiapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka balasannya neraka jehannam kekal di dalamnya, Allah murka padanya, melaknatnya dan menyiapkan baginya azab yang besar.” (An-Nisa’: 93).
6. Menuduh berzina terhadap perempuan yang baik-baik, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
إن الّذين يرمون المحصنات الغافلات المؤمنات لعنوا في الدنيا والآخرة ولهم عذاب عظيم
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berzina terhadap) perempuan-perempuan yang baik-baik, yang lengah dan beriman, mereka terkena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (An-Nur: 23)
7. Makan harta anak yatim dengan zalim, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّما يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ ناراً وَ سَيَصْلَوْنَ سَعِيراً
“Sesungguhnya mereka itu menelan api ke dalam perutnya, dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.” (An-Nisa’: 10).
8. Lari dari medan peperangan, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَ مَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفاً لِقِتالٍ أَوْ مُتَحَيِّزاً إِلى‏ فِئَةٍ فَقَدْ باءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَ مَأْواهُ جَهَنَّمُ وَ بِئْسَ الْمَصِيرُ
“Barangsiapa yang mundur saat itu, kecuali membelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan pasukan yang lain, maka sesungguhnya mereka itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahannam serta sangat buruk tempatnya.” (Al-Anfal: 16).
9. Makan riba, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبا لا يَقُومُونَ إِلَّا كَما يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena tekanan penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275).
10. Sihir, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَ لَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَراهُ ما لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ
“Sesungguhnya mereka itu telah meyakini bahwa orang yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” (Al-Baqarah: 102).
11. Zina, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَ مَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ يَلْقَ أَثاماً يُضاعَفْ لَهُ الْعَذابُ يَوْمَ الْقِيامَةِ وَ يَخْلُدْ فِيهِ مُهاناً
“Barangsiapa yang melakukan hal itu, niscaya ia mendapatkan (pembalasan) dosanya, akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat, dan ia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina.” (Al-Furqan: 68-69).
12. Sumpah palsu dalam perbuatan dosa, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَ أَيْمانِهِمْ ثَمَناً قَلِيلًا أُولئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ
“Orang-orang yang menukar janji dengan Allah dan keimanannya dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak akan mendapatkan keuntungan di akhirat.” (Ali-Imran: 77).
13. Berkhianat dalam harta rampasan perang, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَ مَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِما غَلَّ يَوْمَ الْقِيامَةِ
“barangsiapa yang berkhianat dalam rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatinya itu.” (Ali-Imran: 161).
14. Tidak menunaikan zakat, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَتُكْوى‏ بِها جِباهُهُمْ وَ جُنُوبُهُمْ وَ ظُهُورُهُمْ
“Kemudian dibakarlah dahi mereka, lambung dan punggung mereka.” (At-Taubah: 35).
15. Kesaksian palsu dan menyimpan kesaksian, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَ مَنْ يَكْتُمْها فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ
“Barangsiapa yang menyimpannya (kesaksian), maka ia telah berdosa dalam hatinya.” (Al-Baqara: 283).
16. Minum khomer, karena Allah Azza wa Jalla melarangnya seperti melarang menyembah berhala:
وَ شُرْبُ الْخَمْرِ لِأَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ نَهَى عَنْهَا كَمَا نَهَى عَنْ عِبَادَةِ الْأَوْثَانِ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khomer, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan kotor termasuk perbuatan setan, maka jauhilah agar kalian mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah: 90).
17. Meninggalkan shalat, atau sesuatu yang diwajibkan oleh Allah, karena Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّداً فَقَدْ بَرِئَ مِنْ ذِمَّةِ اللَّهِ وَ ذِمَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ص
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka terlepas dari agama Allah dan agama Rasulullah saw.”
18 dan 19. Tidak memenuhi janji dan memutuskan silaturrahmi, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
أُولئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَ لَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
( الفرقان 25 )
“Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kutukan dan bagi mereka kediaman yang buruk (Jahannam).” (Ar-Ra’d: 25).
Perawi hadis ini yaitu Imam Musa Al-Kazhim (as) mengatakan: Kemudian Amer bin Ubaid keluar dari majlis Imam Ja'far Ash-Shadiq (as) dalam keadaan sangat sedih dan menangis seraya berkata: “Binasalah orang yang membantah keutamaan dan ilmu Anda.” (Al-Kafi 2/285, bab kabair; Al-Faqih 3/563, bab ma’rifah Kabair; Al-Wasail 15/318, bab 46).
Tolok ukur dosa besar dan dosa kecil
Apa ukurannya untuk mengenal dosa besar dan dosa kecil?
Para ulama berbeda pendapat tentang ukuran dosa besar dan dosa kecil. Sebagian mereka mengatakan: Untuk mengenal ukuran dosa-dosa besar harus melihat segi-segi berikut:
Semua dosa yang diancam siksa oleh Allah swt dalam Al-Qur’an.
Semua dosa yang ditetapkan sangsinya oleh Allah dalam Al-Qur’an, misalnya: minum khomer, zina, mencuri, dalam lainnya.
Semua dosa yang menunjukkan penghinaan terhadapat agama.
Semua dosa yang telah ditetapkan keharamannya bahwa itu dosa besar dengan dalil yang qath’i.
Semua dosa yang telah ditentukan oleh Al-Qu’an dan sunnah dengan siksaan yang berat.
Tentang jumlah dosa besar para ulama juga berbeda pendapat: antara, 7, 10, 20, 34, 40 dosa, bahkan ada yang mengatakan lebih dari itu.
Perbedaan ini berkaitan dengan pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an dan riwayat yang berbeda-beda.
Dosa besar menurut Imam Khumaini (ra):
Tahrirul wasilah: 1/274-275:
Semua maksiat yang pelakunya diancam neraka jahannam oleh Allah swt dalam Al-Qu’an dan hadis.
atau dilarang oleh syariat dengan larang yang keras.
atau ditunjukkan oleh dalil bahwa dosa itu lebih besar dari sebagian dosa besar yang lain atau yang semisalnya.
atau menurut hukum akal itu adalah dosa besar.
Telah ditetapkan oleh Allah sebagai dosa besar.
Telah ditetapkan oleh Rasulullah saw dan para Imam (as) sebagai dosa besar.
Kemudian beliau mengatakan: dosa besar itu banyak, antara lain:
Putus asa dari rahmat Allah swt.
Merasa aman dari makar Allah swt.
Berdusta atas nama Allah swt, Rasulullah saw dan para washinya.
Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan kebenaran.
Durhaka terhadap kedua orang tua.
Makan harta anak yatim dengan zalim.
Menuduh zina terhadap muhshanah.
Lari dari medan perang.
Memutuskan silaturrahmi.
Sihir dan sulap mata.
Zina.
Liwath (homoseks)
Mencuri.
Sumpah palsu.
Menyimpan kesaksian yang wajib dilakukan.
Kesaksian palsu.
Mengingkari janji.
Aniaya dalam wasiat.
Minum khomer.
Riba.
Makan harta usaha haram.
Mengundi nasib
Makan bangkai dan darah.
Makan daging babi.
Makan daging binatang yang disembelih atas nama selain Allah, tanpa darurat.
Mengurangi ukuran dan timbangan.
Hijrah dari tempat agama Allah terjaga ke tempat yang membahayakan agama Allah.
Membantu orang-orang yang zalim.
Percaya kepada orang-orang yang zalim.
Merampas hak orang lain.
Berdusta.
Takabbur.
Berlebihan dan mubadzdzir.
Khianat.
Ghibah.
Mengadu domba.
Sibuk dengan musik yang melalaikan kepada Allah.
Merendahkan haji.
Meninggalkan shalat.
Mengulang-ulang melakukan dosa-dosa kecil.
Adapun syirik dan mengingkari apa yang diturunkan oleh Allah serta memerangi para kekasih-Nya adalah dosa besar yang paling besar.
Pelaku dosa yang dilaknat oleh Allah swt
Laknat artinya disingkirkan, dijauhkan dari rahmat Allah swt, dan dimurkai-Nya.
Orang-orang yang dilaknat di dalam Al-Qur’an:
Orang-orang kafir dan orang-orang musyrik (Al-Ahzab: 64; Al-Baqarah: 88)
Orang-orang yahudi yang menentang dan berulang-ulang menentang
kebenaran serta bersandar kepada para penyembah berhala.(An-Nisa’: 47, 51;
Al-Ahzab: 68)
Orang-orang yang memutuskan silaturrahim, dan orang-orang yang murtad
(Muhammad: 23)
Orang-orang yang menentang undang-undang Ilahiyah dan menyimpan
kebenaran. (Al-Baqarah: 159)
Para pemimpin kekufuran dan melakukan kerusakan di muka bumi.
(Ar-Ra’d: 25)
Orang-orang munafik yang menyakiti Rasulullah saw (Al-Ahzab: 57, 61;
At-Taubah: 68)
Orang yang zalim. (Al-A’raf: 44; Ali-Imran: 87)
Orang-orang yang membunuh tanpa kebenaran. (An-Nisa’: 93)
Iblis. (Al-Hijr/15: 35; Shaad: 78)
Orang-orang yang menuduh berzina terhadap perempuan-perempuan
yang baik-baik dan suci. (An-Nur: 23)
Orang-orang yang menyalahi pemimpin orang-orang yang saleh (Hud: 60, 100)
Orang-orang yang melakukan kerusakan di muka bumi, dan orang-orang
yang berhati kotor dan para pendusta. (Ar-Ra’d: 25)
Pelaku dosa yang dilaknat di dalam hadis
Rasulullah saw bersabda: “Ada lima orang yang dimohonkan laknat untuk mereka dan semua nabi mengaminkannya: (1) Orang yang menambah kitab Allah dan meninggalkan sunnahku, (2) orang yang mendustakan takdir Allah, (3) orang yang mengatakan halal dari keluargaku apa yang diharamkan oleh Allah, (4) orang yang mementingkan dirinya sendiri dalam hal harta rampasan perang yang dihalalkan baginya, (5) orang yang mengajak berbuat baik padahal dirinya meninggalkannya atau melarang orang lain berbuat dosa padahal dirinya melakukannya.” (Al-Wasail, jilid 11, hlm 271).
KEBANGKITAN PEMUDA ISLAM SUATU KEMAJUAN HARUS DIBIMBING BUKAN DILAWAN (5/6)
Oleh: Dr. Yusuf Qardhawi

Indeks Islam | Indeks Artikel

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
Tingkatan Hukum-hukum
Salah satu kajian fikih yang dilupakan sebagian agamawan adalah mengetahui tingkatan-tingkatan hukum syar'i dan menyadari bahwa hukum-hukum ini tidak berada dalam satu tingkatan saja.
Kita mengenal adanya hukum-hukum dugaan (al-ahkaam azh-zhanniyah) yang merupakan lapangan berijtihad. Hukum ini menerima pluralitas pemahaman dan interpretasi, baik terhadap hukum-hukum yang tidak ber-nash, yang ber-nash zhanni tsubut, atau yang ber-nash zhanni-dhilaalah, maupun yang ber-nash keduanya. Biasanya hukum-hukum dalam kategori ini berkaitan dengan masalah perbuatan, seperti hukum-hukum fikih. Oleh karenanya, dalam bidang seperti ini diperlukan banyak interpretasi. Berbeda dengan hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah akidah yang membutuhkan kepastian dan keyakinan.
Perbedaan-perbedaan dalam hukum-hukum furu' berlingkup amaliyah zhanniyah tidaklah berbahaya sepanjang hukum-hukum itu didasarkan pada hasil ijtihad syar'i yang benar. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan rahmat bagi umat, kelenturan dalam syariat, dan keluasan dalam fikih. Di kalangan sahabat Rasulullah saw. dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik juga terdapat perbedaan pendapat yang ternyata tidak membahayakan eksistensi mereka. Ukhuwah dan persatuan mereka tetap terjalin dan bahkan semakin kuat.
Kita juga mengenal adanya hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijma'. Hukum-hukum ini mencapai tingkat qath'i. Meskipun tidak termasuk kategori hal-hal yang amat penting, namun telah menjadi kesepakatan pemikiran dan tingkah laku umat. Maka barangsiapa mengingkarinya, berarti mengingkari sunnah. Ia disebut fasik dan pelaku bid'ah atau bahkan bisa dikategorikan kufur.
Ada pula hukum-hukum yang sudah diketahui sebagai hal-hal yang amat penting dalam agama --baik hal itu diketahui kalangan umum maupun khusus-- yaitu hal-hal yang bila diingkari maka dia kufur tanpa ada perbedaan pendapat. Ini karena yang diingkari oleh hukum-hukum ini termasuk mendustakan Allah dan Rasul-Nya.
Jadi, tidak boleh meletakkan hukum -hukum tersebut dalam satu pola dan tingkatan yang dapat mendorong seseorang cepat-cepat mengkafirkan orang atau kelompok lain yang dianggap bertentangan dengan pandangan yang dianutnya. Apalagi bila pandangan itu diperoleh hanya dari perbincangan dengan sesama rekan mahasiswa atau menelaah buku-buku tanpa membedakan ushul dan furu', tanpa mengkategorikan nash-nash yang tetap dan ijtihad yang tetap, nash-nash yang qath'i dan zhanni, serta antara hal yang sangat penting dan yang penting dalam agama. Padahal masing-masing mempunyai kedudukan dan hukumnya.
Penulis pernah menyaksikan seorang pemuda muslim yang telah membuat kesalahan besar tetapi masih berani mengkafirkan orang lain. Padahal tidak ada pembicaraan ataupun perilaku orang itu yang layak dikafirkan. Sebagian pemuda muslim mencoba menghidupkan kembali pemikiran Khawarij setelah berabad-abad lenyap dari peredaran, dengan sengaja memberikan argumentasi yang dikandung dalam nash-nash yang menyatakan kafir pada sebagian pendurhaka atau tidak mengakui keimanan si pelaku.
Nash-nash tersebut, misalnya:
"Janganlah engkau kembali (menjadi) kafir sepeninggalku, sebagian (dari) kalian memukul wajah sebagian yang lain."
Perbedaan Tingkatan Manusia
Sebagaimana amal dan hukum mempunyai tingkatan, manusia Islam (muslim) pun bertingkat-tingkat. Keliru bila kita memperlakukan manusia tanpa melihat perbedaan-perbedaan nyata dalam masyarakat. Di dalam masyarakat kita menjumpai adanya individu yang awam dan khawas, junior dan senior, serta yang lemah dan yang kuat.
Islam sendiri dapat menerima perbedaan-perbedaan tersebut. Oleh karena itu, di dalam Islam, kita mengenal terminologi azimah, rukhshah, adil, fadl, fardhu, sunnah, dan mustahab. Orang-orang dahulu mengatakan, "Kebaikan orang-orang yang baik adalah kejelekan orang-orang yang dekat dengan Allah."
Allah SWT berfirman,
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah." (Faathir: 32)
Pada ayat ini, orang-orang yang zalim atas diri sendiri ditafsirkan sebagai orang yang lalai terhadap sebagian kewajiban dan melakukan sebagian hal yang dilarang Islam.
Orang-orang yang pertengahan (muqtashid) ditafsirkan sebagai orang yang sembrono terhadap kewajiban-kewajiban, namun ia meninggalkan yang diharamkan.
Orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan (saabiq bil-khairat) ditafsirkan sebagai orang yang merasa tidak cukup menunaikan kewajiban-kewajiban, melainkan menambahnya dengan mengerjakan amal-amal sunnah dan yang mustahabbah; tidak saja berhenti dari hal-hal yang diharamkan, bahkan memelihara diri dari hal-hal yang syubhat dan makruh, serta meninggalkan sebagian hal yang boleh dilakukan karena khawatir menjadi berlebihan yang akan mendorong pada kekeliruan.
Ketiga kelompok manusia --termasuk kelompok yang berbuat zalim terhadap diri sendiri-- sebagaimana digambarkan dalam ayat tersebut di atas termasuk kelompok umat yang terpilih dan mewarisi Al-Qur'an dari Allah sebagaimana difirmankan,
"Kemudian Kami wariskan Al-Kitab kepada orang-orang yang Kami pilih dari hamba-hamba-Ku..." (Faathir: 32)
Sehingga keliru mengeluarkan sebagian orang dari agama dan umatnya (mengganggapnya kafir, --peny.) hanya karena mereka durhaka dan menzalimi diri. Termasuk kekeliruan pula, mengganggap semua orang harus menjadi kelompok yang cepat melakukan kebaikan dengan izin Allah SWT.
Di antara kaum muslimin, ada orang yang mempunyai semangat meluap-luap (eksplosif) dan emosi religiusitas yang sensitif, sehingga mereka mudah menuduh orang lain sebagai fasik dan bersikap memusuhi hanya karena orang itu terlihat melakukan dosa kecil atau mengerjakan sebagian hal yang tergolong mutasyabihat. Padahal dalam perkara mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat mengenai status hukumnya. Lagipula perkara tersebut tidak sampai pada tingkatan haram secara pasti.
Status Pelaku Kesalahan Kecil
Sebagian muslim yang ikhlas dan baik lupa bahwa kita tidak diperkenankan mengklaim muslim lain telah keluar dari kelompok masyarakat Islam hanya karena melakukan kesalahan kecil dalam beragama. Al-Qur'an sendiri telah memberikan pengecualian terhadap pembuat kesalahan kecil (al-lamam). Al-Qur'an tidak menganggapnya jatuh karena kebaikan orang-orang yang berbuat baik, sebagaimana menjauhi dosa-dosa besar dapat menghapus dosa-dosa kecil.
Allah SWT berfirman
"Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya..." (an-Najm: 31-32).
Menurut para pakar tafsir (mufassir), ada dua makna "al-lammam yang dikecualikan" pada ayat tersebut. Seyogianya kita tidak melupakan kedua makna ini, mengingat di dalam keduanya terdapat keterangan tentang keluasan ampunan Allah SWT seperti tertera pada ayat itu.
Al-Hafiz Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas sebagai berikut. "Orang-orang yang berbuat baik (al-muhsinun) ditafsirkan sebagai orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji. Artinya, mereka benar-benar menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan yang berdosa besar. Jika di antara mereka ada yang terjatuh ke dalam sebagian dosa kecil, maka Allah SWT mengarnpuni dan menutupi (dosa)-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman,
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (an-Nisa: 31)
"(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil." (an-Najm: 32)
Hal ini merupakan pengecualian yang tegas, sebab kesalahan-kesalahan kecil itu merupakan dosa-dosa kecil dan perbuatan-perbuatan yang menghinakan."
Kemudian Ibnu Katsir menjelaskan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Shaikhan (Bukhari-Muslim) dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Aku tak pernah melihat sesuatu serupa dengan kesalahan-kesalahan kecil dari apa yang dikatakan Abu Hurairah dari Rasulullah saw.,
'Sesungguhnya Allah Ta'ala mencatat atas anak Adam bagiannya dari zina, dan hal itu tak bisa dihindari. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan dengan mengucapkan, zina nafsu dengan berangan-angan dan berkeinginan, dan kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakannya (melakukan atau menghindarinya).'
Ibnu Mas'ud dan Abu Hurairah menafsirkan al-lamam (kesalahan-kesalahan kecil) seperti memandang, mencium, meraba, dan menyenggol lawan jenis, kecuali terjadi persentuhan antara dua alat kelamin, sebab hal ini tergolong zina.
Ibnu Abbas meriwayatkan tafsir yang lain dari al-lamam. Ia berkata, "Maksudnya adalah pria yang berbuat keji kemudian bertobat." Dikatakannya bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jika Engkau (Allah) mengampuni semua (dosa), maka hamba mana yang tidak melakukan dosa-dosa kecil?." Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibnu Jarir dan Tarmidzi yang mengatakan bahwa hadits tersebut tergolong hasan-shahih. Ibnu Katsir mempertegas, "Hadits tersebut juga hasan menurut riwayat dari Abu Hurairah."
Makna kedua tentang tafsir al-lamam adalah al-lamam dan ilmam merupakan suatu (kesalahan) yang dilakukan oleh seorang muslim secara sporadis (kadang-kadang), tidak mendalam, dan tidak terus menerus. Misalnya dikatakan, "Aku telah menghampirinya," berarti ia mengunjunginya dan kemudian pergi lagi. Dikatakan pula, "Aku hanya melakukannya secara sporadis (lamaman wa ilmaaman)," berarti perbuatan tersebut hanya dilakukan sesekali saja.
Keterangan ini menunjukkan bahwa Islam terbuka lebar bagi setiap orang yang tidak sampai melakukan dosa-dosa besar dan sesungguhnya ampunan Allah SWT terbuka bagi setiap pelaku dosa yang bertobat atas dosa-dosanya.
Salah satu kehebatan pendidikan Islam adalah ajaran bahwa seorang muslim tidak perlu ambil pusing (membincangkan, membesar-besarkan, --peny.) terhadap dosa-dosa kecil dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada muslim lainnya yang taat mengerjakan amal-amal fardhu dan menghindari diri dari dosa-dosa besar, karena tidak ada manusia yang terbebas dari dosa (ma'shum) setelah Rasulullah saw.. Setiap anak cucu Adam mempunyai dosa dan Allah SWT tidak menciptakan manusia seperti malaikat yang suci.
Ibnu Jarir meriwayatkan melalui sanadnya, sebuah cerita dari Ibnu 'Aun dari Hasan al-Basri bahwa sekelompok orang menemui Abdullah Ibnu Amr di Mesir. Mereka berkata, "Kami melihat sesuatu (ketentuan) dari Kitab Allah 'Azza wa Jalla yang diperintahkan untuk dilaksanakan, namun tidak dilaksanakan. Maka kami hendak menemui Amirul Mukminin (Umar ibnul Khattab r.a.) untuk membicarakan masalah ini.
Lalu Umar datang dan bertanya, "Kapan datang?" Seorang di antara mereka menjawab, "Sejak ini ... ini ..." "Apakah kamu datang dengan izin?," tanya Umar (Hasan, pembawa cerita ini, berkata, "Kami tidak tahu lagi bagaimana orang ini menjawab pertanyaan Umar"). Orang ini melaporkan, "Ya Amirul Mukminin, sesungguhnya di Mesir ada sekelompok orang menemui kami. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami melihat banyak hal di dalam Kitab Allah yang diperintahkan untuk dilaksanakan, namun tidak dilaksanakan.' Maka mereka ingin bertemu denganmu untuk menyampaikan hal ini." Umar menjawab, "Kumpulkan mereka dan ajaklah kemari."
Hasan berkata, "Orang itu lalu mengumpulkan mereka dan membawanya kepada Umar." Ibnu 'Aun berkata, "Pertemuan dilaksanakan dalam ruang khusus." Kemudian Umar menarik salah seorang dari mereka yang terdekat dengannya. Maka Umar berkata, "Kusumpah engkau demi Allah SWT dan demi hak Islam atasmu. Apakah engkau telah membaca Al-Qur'an secara keseluruhan?" Orang itu menjawab, "Ya." Umar bertanya, "Apakah engkau telah menghayati isinya untuk dirimu?" (Maksudnya, apakah bacaan itu telah diupayakan untuk meluruskan niat, membersihkan hati, dan mengoreksi diri?). "Sungguh tidak (belum)," jawabnya (Andaikan dia menjawab "Ya," maka dia akan dituntut untuk memberikan argumentasi).
Umar kembali bertanya, "Apakah engkau telah mencocokkannya dengan penglihatan, pembicaraan, dan langkah-langkahmu?" Kemudian ditutup dengan pertanyaan terakhir, "Apakah engkau telah mencocokkan pengamalan Al-Qur'an dalam jiwa dan anggota tubuh, perkataan dan perbuatan, serta gerak dan diammu?" Mereka menjawab, "Sungguh tidak (belum)."
Khalifah kedua ini bertanya, "Apakah kalian membebankan kepada orang lain agar melaksanakan Kitab Allah (maksudnya, gambaran yang dipahami mereka tentang isi Al-Qur'an) padahal kalian tidak melaksanakannya sebagaimana pengakuan kalian?"
Allah SWT mengetahui bahwa kita tidak akan lepas total dari kejelekan-kejelekan. Umar kemudian membacakan ayat,
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (an-Nisa: 31)
Ia bertanya, "Apakah ada penduduk Madinah yang mengetahui kedatangan kalian kemari?" "Tidak," jawab mereka. Umar mengatakan, "Andaikan mereka mengetahui kedatangan kalian, tentu aku akan menjadikanmu sebagai bahan pelajaran bagi mereka."1
Dengan fikih ala Umar yang peka terhadap Al-Qur'an ini, ia sangat menekankan masalah kemudahan ini sejak semula, menutup pintu kesulitan dan memfasih-fasihkan bacaan. Meskipun usaha membuat kemudahan-kemudahan ini yang barangkali menyulut datangnya malapetaka (wafatnya, --pent.) yang tidak diketahui duduk persoalannya secara jelas kecuali oleh Allah SWT.
Catatan kaki
1 Disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat "Jika engkau menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya" dari QS an-Nisa'. Ibnu Jarir dan 'Uqbah berkata, "Riwayat ini bersanad shahih dan bermatan hasan, meskipun terjadi keterputusan periwayatan Hasan dari Umar r.a." (Namun hadits ini cukup dikenal).
(sebelum, sesudah)

Kebangkitan Islam dalam Perbincangan Para Pakar
(As-Shahwatul Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili)
Penerbit GEMA INSANI PRESS
Jl. Kalibata Utara 11 No. 84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388HAL-HAL KECIL YANG DIHARAMKAN
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Seringkali hal-hal besar itu berawal dari hal-hal yang kecil. Karena tidak akan ada langkah ke-1000 jika tidak pernah ada langkah ke-satu. Dan bahkan tipudaya kaum-kaum yang benci terhadap umat Islam saat ini digambarkan dalam bentuk yang sangat-sangat halus. Bahkan mungkin tanpa pernah kita sadari, ternyata telah selangkah-demi selangkah kita telah mengikuti jejak mereka. Dimana pada umumnya, tipu daya mereka diawali dengan hal-hal yang kecil, hal-hal yang syubhat, makruh, haram ’sedikit’ dsbnya. Karena hal-hal semacam ini, sulit dikenali bagi mereka yang awam. Mereka yang mungkin belum betul-betul mengenal pokok-pokok syariat agamanya sendiri dengan benar. ‘Atau’ mungkin karena pengaruh lingkungan yang ‘agak’ jauh dari nilai-nilai agama atau karena sebab-sebab yang lain.
Kutipan berikut, semoga menjadi perenungan kita bersama, bahwa apa yang dijelaskan oleh para ulama sebagai dosa-dosa yang tergolong kecil, tidak seharusnya kita anggap remeh. Semoga Allah SWT memudahkan kita untuk melihat kebenaran itu sebagai kebenaran dan kesalahan sebagai kesalahan.
wassalmu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
HAL-HAL KECIL YANG DIHARAMKAN

Setelah berbicara tentang dosa-dosa besar yang sama sekali diharamkan oleh agama ini, maka ada baiknya kita juga berbicara tentang dosa-dosa kecil, yang oleh agama disebut dengan istilah lamam (remeh) dan muhaqqarat (hina).

Hampir tidak ada orang yang luput dari dosa kecil ini. Oleh karena itu, dosa-dosa kecil ini sangat berbeda dengan dosa-dosa besar. Dosa-dosa kecil ini dapat dihapuskan oleh shalat lima waktu, shalat Jumat, puasa Ramadhan dan qiyam lail, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

“Shalat lima waktu, shalat Jumat kepada shalat Jumat berikutnya, puasa Ramadhan hingga puasa Ramadhan berikutnya dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, apabila seseorang menjauhkan diri dari dosa-dosa yang besar.” 43

Dalam as-Shahihain, disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Apakah pendapatmu apabila ada sebuah sungai berada di depan pintu rumah salah seorang di antara kamu, kemudian
dia mandi setiap dan sebanyak lima kali; maka apakah masih ada lagi sesuatu kotoran di badannya? Begitulah perumpamaan shalat lima waktu itu, dimana Allah SWT menghapuskan kesalahan-kesalahan kecil hamba-Nya.” 44

Dalam kitab yang sama disebutkan,

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan keyakinan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu.”

“Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan penuh keimanan dan penuh perhitungan, maka akan diampuni
dosa-dosanya terdahulu.”45

Bahkan al-Qur’an menyebutkan bahwa hanya dengan sekadar menjauhi dosa-dosa besar, maka dosa-dosa kecil akan diampuni. Allah SWT berfirman: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, maka Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kamimasukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (an-Nisa’: 31)

Adapun dosa-dosa besar tidak akan diampuni kecuali dengan melakukan tobat yang benar.

Sedangkan dosa-dosa kecil, hampir dilakukan oleh setiap orang awam. Oleh sebab itu, ketika Allah memberikan sifat kepada orang yang suka berbuat baik di antara para hamba-Nya, Dia tidak memberikan sifat kepada mereka kecuali dengan “menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan yang keji.”

“… dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada
Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan
keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.”
(as-Syura: 36-37)

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Yaitu) orang-orang yang menjauhi
dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhya Tuhanmu Maha Luas
ampunan-Nya…” (an-Najm: 31-32)

Itulah sifat orang-orang yang suka melakukan kebaikan, dan memiliki sifat yang baik. Mereka menjauhkan diri dari dosa besar, dan kekejian, kecuali dosa-dosa kecil (al-lamam). Ada beberapa riwayat dari para ulama terdahulu berkaitan dengan penafsiran kata “al-lamam” dalam ayat tersebut. Ada di antara mereka berkata, “Artinya, mereka tahu bahwa perbuatan itu merupakan suatu dosa, kemudian mereka tidak mengulanginya lagi walaupun itu dosa besar.”

Abu Salih berkata, “Aku pernah ditanya tentang firman Allah ‘al-laman’ kemudian aku berkata, ‘Yaitu dosa yang diketahui oleh seseorang kemudian dia tidak mengulangi dosa itu kembali.’ Kemudian aku menyebutkan jawaban itu kepada Ibn Abbas. Maka dia berkata, ‘Sungguh engkau telah dibantu oleh malaikat yang mulia dalam menafsirkan kata itu.’”

Jumhur ulama berkata bahwa sesungguhnya al-lamam adalah berada di bawah tingkatan dosa-dosa besar. Begitulah riwayat yang paling shahih diantara riwayat yang berasal dari Ibn Abbas, sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari: “Aku tidak melihat hal yang lebih serupa dengan al-lamam kecuali apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw:

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagian-bagian zina terhadap anak Adam. Dia pasti melakukan hal itu. Mata berzina dengan melakukan penglihatan, lidah berzina dengan melakukan percakapan, hawa nafsu melakukan zina dengan berkhayal dan mengumbar syahwat, kemudian farji membenarkan atau mendustakannya.’” (Diriwayatkan oleh Muslim). Dalam riwayat itu juga disebutkan: “Kedua mata melakukan zina dengan pandangan, kedua telinga melakukan zina dengan pendengaran, lidah melakukan zina dengan percakapan, dan tangan melakukan zina dengan memukul, serta kaki melakukan zina dengan melangkah.”

Imam Ibn al-Qayyim berkata, “Yang benar adalah pendapat Jumhur ulama yang mengatakan bahwa al-lamam ialah dosa-dosa kecil, seperti melihat, mengedipkan mata, mencium, dan lain-lain.Pendapat ini berasal dan Jumhur sahabat dan orang-orang setelah mereka; seperti Abu Hurairah r.a., Ibn Mas’ud, Ibn Abbas, Masruq, dan al-Sya’bi. Pendapat ini tidak menafikan pendapat Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas dalam riwayat yang lainnya: ‘Yakni seseorang mengetahui dosa besar itu kemudian dia tidak mengulanginya lagi.’ Karena sesungguhnya al-lamam sama-sama mencakup keduanya. Ini bermakna bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas bermaksud bahwa ada seseorang yang melakukan dosa besar satu kali, kemudian dia tidak mengulanginya lagi, dan hanya sekali itu dilakukan dalam hidupnya, dan ini dinamakan al-lamam.
Kedua orang ini juga berpandangan bahwa al-lamam juga dapat berarti dosa-dosa kecil yang lama kelamaan menjadi besar karena sering diulang berkali-kali. Dan itulah yang dipahami dari pendapat para sahabat r.a., dari kedalaman ilmu mereka. Tidak diragukan lagi bahwasanya Allah SWT membedakan toleransi kepada hamba-Nya satu atau dua kali, atau tiga kali. Yang dikhawatirkan ialah kesalahan kecil yang seringkali dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Dan bila sering dilakukan maka akan bertumpuk menjadi dosa yang banyak.” 46

Walaupun syariah agama ini memberikan toleransi dan menganggap enteng dosa-dosa kecil dan ringan, tetapi dia memberikan peringatan agar tidak mengentengkannya, dengan terus melakukannya. Karena semua perkara yang kecil apabila ditambah dengan perkara yang kecil secara terus-menerus maka akan menjadi besar. Sesungguhnya dosa-dosa yang kecil dapat menjadi dosa besar, dan dosa besar mengakibatkan kepada kekufuran. Kebanyakan api yang besar asalnya adalah api yang kecil.

Sehubungan dengan hal ini Sahl bin Sa,ad meriwayatkan dari Nabi saw,

“Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil adalah sama dengan
perumpamaan suatu kaum yang turun ke sebuah lembah. Kemudian ada seorang di antara mereka membawa satu batang kayu, lalu ada lagi orang lain yang membawa sebatang kayu lagi, sampai batang kayu itu dapat dipergunakan untuk memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila dilakukan secara terus-menerus, dapat membinasakan orang yang melakukannya.”47

Ibn Mas’ud meriwayatkan dengan lafal: “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil yang berkumpul pada diri seseorang akan dapat menghancurkannya.” Dan sesungguhnya Rasulullah saw mengambil satu perumpamaan dosa kecil ini bagaikan suatu kaum yang tinggal di suatu lembah, lalu datang seorang pembuat roti, kemudian dia menyuruh orang untuk pergi mencari batang kayu; kemudian orang-orang datang membawa batang kayu itu sampai jumlahnya sangat banyak. Lalu mereka menyalakan api dan memasak apa yang mereka berikan kepada tukang roti itu.”48

Ringkasan perumpamaan itu adalah sebagai berikut:
“Sesungguhnya ranting-ranting kayu yang kecil itu ketika dikumpulkan akan dapat membuat api yang besar dan menyala-nyala. Begitu pula dosa-dosa kecil dan remeh.”

Diriwayatkan dari Ibn Mas’ud: “Orang Mukmin itu melihat dosanya bagaikan gunung sehingga dia takut tertimpa olehnya; sedangkan melihat dosanya bagaikan lalat sehingga dia selalu terjerumus ke dalam dosa. Dengan dosa itu dia begini dan begitu.” 49 (Sambil memberikan isyarat dengan tangannya yang terombang-ambing).

Imam Ghazali mengatakan dalam bab at-Taubah, di dalam bukunya, al-Ihya’, tentang adanya sejumlah perkara besar karena perkara-perkara yang kecil, dan perkara yang besar menjadi lebih besar. Antara lain: Menganggap kecil dosa-dosa yang kecil dan meremehkan kemaksiatan, sehingga sebagian orang salaf berkata, “Sesungguhnya dosa yang dikhawatirkan oleh pelakunya untuk tidak diampuni ialah yang dikatakan olehnya: ‘Alangkah baiknya bila seluruh dosa yang saya lakukan dikhawatirkan seperti ini.’ Dosa lainnya ialah yang sengaja ditampakkan oleh pelakunya.
Dalam sebuah hadits shahih dikatakan, ‘Seluruh umatku akan diampuni kecuali orang yang sengaja melakukan dosa-dosa secara demonstratif.’

Ibn al-Qayyim berkata, “Di situlah kita mesti berhati-hati dalam melangkah. Karena sesungguhnya dosa besar itu apabila disertai dengan malu, rasa takut, dan anggapan terhadap sesuatu yang besar padahal sebetulnya sesuatu itu kecil, maka dia tidak akan melakukan perbuatan dosa. Sebaliknya, dosa kecil apabila tidak disertai dengan rasa malu, tidak peduli, tidak takut, dan meremehkannya, maka dia akan menjadi dosa besar. Dan bahkan akan menduduki peringkat yang paling tinggi di antara dosa-dosa tersebut.”50

Begitu pula halnya dengan satu kemaksiatan akan berbeda dosanya sesuai dengan tingkat perbedaan individu yang melakukannya dan keadaannya. Zina yang dilakukan oleh seorang bujang tidak sama dengan zina yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Dosa zina yang dilakukan oleh pemuda yang belum menikah dengan orang tua yang sudah menikah tidak dapat disamakan begitu pula zina yang dilakukan dengan istri tetangga atau istri orang yang sedang pergi berperang, atau dengan mahramnya, atau zina pada siang Ramadhan. Dosa zina itu tidak dapat disamakan. Setiap keadaan akan dinilai secara tersendiri oleh Allah SWT.
………… dst
Catatan kaki:

43 Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a.

44 Muttafaq Allaih dari Abu Hurairah r.a., al-Lu’lu’wal-Marjan (435); al-Muntaqa min at-Targhib wat-Tarhib, 514.

45 Muttafaq Alaih dari Abu Hurairah r.a. al-Lu’lu’ wal-Marjan(435); al-Muntaqa min at-Targhib 514. Yang dimaksudkan dengan dosa-dosa di sini ialah dosa-dosa kecil dan bukan dosa-dosa besar.

46 Lihat Ibn al-Qayyim. Madarij ai-Salikin, 1:316-318, cet. Al-Sunnah al-Muhammadiyyah, yang ditahqiq oleh Muhammad Hamid al-Faqi.

47 al-Haitsami mengatakan dalam al-Majma’, 10:190: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dengan rijal yang shahih; dan
diriwayatkan oleh Thabrani sebanyak tiga kali melalui dua rangkaian sanad, dengan rijal hadits yang shahih selain Abd
al-Wahhab bin al-Hakam. Dia adalah seorang tsiqat. Dia menyebutkannya dalam Shahih al-Jami’ as-Shaghir (2686),
kemudian dia menisbatkannya kepada Baihaqi dalam al-Syu’ab wa al-Dhiya’”

48 al-Haitsami mengatakan dalam al-Majma’, 10:189: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dengan rijal yang shahih selain Imrah al-Qattan, tetapi dia dianggap tsiqat. Al-Manawi mengutip dari al-Hafiz al-Iraqi bahwa isnad hadits ini shahih.” Al-Alai berkata, “Hadits ini baik, sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Bukhari dan Muslim.” Ibn Hajar berkata, “Sanad hadits ini hasan.” (Al-Faidh, 3:128)

49 Diriwayatkan oleh Bukhari

50 Madarij al-Salikin, 1: 328

51 Diriwayatkan oleh Ahmad dari Jabir, 3:324,326,340; dan
Bukhari (2236), dan (42961; Muslim (1581); Abu Dawud (3486);
Tirmidzi (1298); Nasai, 7:177,309; dan Ibn Majah (2167)
——————————————————
FIQH PRIORITAS
Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
Dr. Yusuf Al Qardhawy
Robbani Press, Jakarta
Cetakan pertama, Rajab 1416H/Desember 1996M
Dosa-Dosa Besar (Kabair)
pks-jogja.org | Materi Kaderisasi | Pembinaan Kader | 2007-04-30 | Sudah dibaca : 135 kali
Dosa-Dosa Besar (Kabair)

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang kamu telah dilarang (melakukannya), niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu pada tempat yang mulia (surga)." (An-Nisa': 31)

Syaikh Asy-sya’rawi mensitir pendapat Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ayat di atas adalah salah satu dari delapan ayat yang terdapat dalam surah An-Nisa’ yang menjadi pangkal kebaikan bagi umat ini sepanjang hari karena ayat tersebut memberikan rambu-rambu yang harus diperhatikan setiap muslim supaya mereka dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah swt dan selalu berpegang teguh pada manhaj Allah. Jika seandaninya manusia bisa selamat dan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah maka sikap inilah yang menjadi pangkal kebaikan bagi setiap manusia. Oleh karena itu sangatlah tepat jika Allah menjamin mereka akan dihapus kesalahan-kesalahannya (dosa-dosa kecilnya) dan akan dimasukkan di surga Allah swt.



Di samping ayat di atas, Allah Ta'ala berfirman,

"Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar serta perbuatan­perbuatan keji, dan jika mereka marah, mereka memaafkan." (As­Syura: 37).

Allah Ta'ala berfirman lagi,

"(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan­-perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil, sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya." (An-Najm: 32).

Rasulullah saw bersabda,

"Shalat yang lima waktu dari Jum'at ke Jum'at lain, dan dari Ramadhan ke Ramadhan merupakan penghapus dosa-dosa selama dosa-dosa besar dijauhi. Dan bagi kita rincian dosa-dosa besar itu telah jelas, agar orang-orang Islam menjauhinya. "



Kata “ijtinab” bukan bermakna’tidak melakukan sesuatu (kemaksiatan)’, namun ia bermakna’tidak mendekatkan diri kepada faktor-faktor yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu perbuatan (kemaksiatan)’. Dengan berlaku seperti itu, seseorang muslim dapat membentengi dirinya dari godaan nafsu dan kemaksiatan.



Apa itu Dosa Besar (Al-Kabair)?

Kata al-kabaa'ir adalah bentuk plural dari kata kabiirah ' dosa besar'. Dan, jika ada kabiirah ' dosa besar' berarti ada shagiirah ' dosa keci1' dan ashgar' dosa paling kecil'. Dosa yang lebih rendah dari kabiirah ' dosa besar' tidak semata shagiirah ' dosa keci1' saja, namun juga termasuk dosa yang lebih kecil dari dosa keci1 itu, yaitu al-lamam kelalain dan kekhilafan'.

Allah SWT berfirman,



'Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil). "

"As-sayyi'aat'dosa-dosa keci1' "berkaitan dengan pelanggaran terhadap hal-hal yang ringan atau yang paling ringan. Namun tentang hal ini, para u1ama memberikan catatan penting, yakni hal itu tidak berarti Allah SWT membolehkanmanusia untuk melakukan dosa-dosa keci1itu, selama mereka menjauhkan diri dari dosa besar. Karena, perbuatan dosa keci1 yang dilakukan secara terus-menerus dan dengan kesengajaan, juga termasuk bagian dari dosa besar. Oleh karena itu, jangan engkau lakukan perbuatan dosa keci1 karena Allah SWT hanya menghapuskan dosa kecil yang dilakukan dengan tidak sengaja atau karena kekhilafan. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman,

"Sesungguhnya, tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian merekabertobat dengan segera..“ (QS, 4:17)



Para ulama berbeda pendapat tentang dosa besar dan apa saja yang dikategorikan sebagai dosa besar. Namun mereka menyepakati bahwa dosa besar itu harus dijauhi.

Di antara mereka ada yang mengatakan tujuh. Dalil yang me­nguatkan pendapat ini adalah sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,



'Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan." Ditanyakan kepada beliau, 'Apa saja ya Rasulullah?" Nabi menjawab, "Syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang dilarang Allah selain dengan dasar yang dibenarkan (oleh agama), memakan harta anak yatim, memakan riba, berpaling mundur di saat perang, dan menuduh zina terhadap wanita-wanita terhormat; mereka tidak tahu­menahu dan mereka wanita-wanita beriman." (Muttafaq Alaihi).



Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, "Dosa-dosa besar itu tujuh puluh, jumlah ini mendekati kebenaran daripada tujuh. "



Hadits di atas bukannya membatasi dosa-dosa besar dengan jumlah tujuh, sebenamya pengertiannya adalah bahwa barangsiapa melakukan biang dosa-dosa ini, di mana pada dosa-dosa tersebut terdapat hukuman hudud di dunia; sebagaimana membunuh, zina, dan mencuri. Atau ter­ancaman berupa siksaan dan murka di akhirat. Atau pelakunya mendapatkan laknat melalui lisan Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam. Dan itu semua merupakan kabair (dosa-dosa besar).

Dari Sa'id bin Jubair bahwa seseorang berkata kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, "Dosa-dosa besar itu ada tujuh." Ibnu Abbas berkata "Dosa-dosa besor itu ada tujuh ratus, jum/ah ini lebih mendekati kebenaran dari pada tujuh. " Para ulama lantas menghitungnya dan ternyata jumlahnya mencapai tujuh puluh bahkan lebih banyak lagi.

Mestinya disepakati pula bahwa sebagian dosa besar ada yang lebih besar dari yang lain, bukankah Anda melihat bahwa Nabi saw mengkategorikan syirik kepada Allah termasuk dosa besdsar? Padahal pelakunya jelas kekal di dalam neraka dan tidak akan pernah diampuni selama-Iamanya? Allah Ta'ala berfirman,

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni jika Dia disekutukan dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang dikehendaki­.." (An-Nisa': 48).

Pentahqiq kitab Al-Kabair karangan Syaikh Adz-Dzahabi memberikan rincian seputar kabair (dosa-dosa besar) , ia adalah semua jenis kemaksiatan yang padanya berlaku hukum hudud di dunia atau ancarnan di akhirat. Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah menambahkan, bahwa yang dimaksud dengan ancaman adalah ditia­dakkannya keimanan, terdapat laknat baginya, dan lain-lain, yang benar adalah dibedakannya dosa-dosa menjadi dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Dalam dosa-dosa besar terdapat keterpautan kadarya satu sama lain. Ibnu Abdussalam Asy-Syafi'i mengatakan bahwa tidak ada patokan untuk menentukan hakikat dosa-dosa besar. Sementara patokan yang dikatakan oleh Syaikhul Islam dan lainnya, yang di antaranya ada hu­kum hudud, ancaman, laknat, pelepasan diri, dan tiadanya keimanan adalah patokan paling relevan.



Macam-macam Dosa – Dosa Besar



Seorang ulama’ Ahlul Bait Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Shadiq merinci dasa-dosa besar sebagai berikut:

Pertama syirik kepada Allah swt. Tentang hal ini Allah swt berfirman,

'Sesungguhnya, A/lah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dike­ hendaki-Nya'

(an Nisaa':4S)

'... Sesungguhnya, orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)

Allah, maka pasti A//ah mengharamkan kepadanya surga ' (al-Maa'idah:72)"



Kedua adalah ber­putus asa dari mendapatkan rahmat Allah swt. Allah swt berfirman mengenai hal ini

'... Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. ' (Yusuf: 87)"

Ketiga adalah merasa aman dari ancaman Allah swr. Allah swt berfirman tentang hal ini,

'... Tiadalah yang merasa aman dari azab A/lah kecua/i orang-orang yang merugi. '(al-A'raaf: 99)

Keempat adalah berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Karena,Allah swr menyifati orang yang berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy 'orang yang sombong lagi celaka'. Tentang hal ini Allah swt berfirrnan,

'Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. '(Maryam: 32)

Dosa besar yang kelima adalah membunuh. Tentang hal ini Allah swt berfirman,



'Dan, barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,

maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya........ '(an-Nisaa':

93)

Dosa besar yang keenam adalah menuduh wanita baik-baik berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

'Sesunggubnya, orang-orangyang menudub wanita-wanita yang baik-­baik, yang lengab lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akbirat, dan bagi mereka azab yang besar.' (an-Nuur: 23)

Dosa besar ketujuh adalah memakan riba. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,



“Orang-orangyang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri mela­inkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila '(al-Baqarah: 275)

Dosa besar kedelapan adalah lari dari medan pertempuran. Maksudnya, saat kaum muslimin diserang oleh musuh mereka, dan kaum muslimin maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seorang muslim yang melarikan diri dari pertempuran itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

'Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau bendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesunggubnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allab, dan tempatnya ialah neraka jabannam. Dan, amat buruklab tempat kembalinya. '(al-Anfaal: 16)

Dosa besar kesembilan adalah memakan harta anak yatim. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,



'Sesunggubnya, orang-orangyang memakan barta anakyatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenub perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). '(an-Nisaa ': 10)

Dosa besar kesepuluh adalah berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada bari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu... '(al-Furqaan: 68-69)

Tentang menyembunyikan persaksian, adalah seperti difirmannkan oleh Allah SWT,

“Dan janganlab kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan, barangsiapa yang menyembunyikannya maka sesunggubnya ia ada­lab orang yang berdosa batinya'

(al-Baqarah: 283)

Dosa besar kesebelas adalah sumpah palsu, yaitu jika seseorang ber­sumpah untuk melakukan sesuatu perbuatan, namun ternyata ia tidak mela­kukan perbuatan itu. Atau, ia bersumpah tidak akan me1akukan sesuatu perbuatan, namun nyatanya ia kemudian me1akukan perbuatan itu. Tentang ha.l ini Allah SWT berfirman,

'Sesungguhnya, orang-orang yang menukar janji( nya ckngan) Allah dan sumpah-sumpah mereka ckngan harga yang sedikit, mereka itu tidak rnendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada han kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yangpedih. ' (Ali Imran: 77)

Dosa besar kedua belas adalah berbuat khianat (curang) atas harta ram­pasan perang. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

“Barangsiapa yang berkhianat (curang) clalam urusan rampasan perang itu, maka pada han kiamat ia akan clatang membawa apa yang dikhianatkannya itu

'(Ali Imran: 161)

Dosa besar ketigabelas adalah meminum khamar (minuman keras). Tentang hal ini Allah SWT berfinnan,

Sesungguhnya (meminum) khamar, ber1judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan Maka,jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu men­dapat keberuntungan (al-Maa 'idah: 90)

Dosa besar keempat belas adalah meninggalkan shalat. Tentang hal ini Al­lah SWT berfirman,

'Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?' Mereka menjawab, 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. '(al-Muddatstsir: 42-43)

Dosa besar kelima belas adalah melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi. Karena, tali silaturahmi adalah salah satu ikatan yang dipe­rintahkan oleh Allah SWT untuk disambung. Tentang hal iniAllah SWT ber­firman,

(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah per­janjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkanAllah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. '(al-Baqarah: 27)"

Dengan demikian, semua perbuatan dosa tadi adalah bagian dari dosa besar, sesuai dengan keterangan nash Al-Qur'an. Dan, masing-masing dosa besar tadi mengandung hikmah, seperti yang diungkapkan oleh Ja'far Shadiq Saat ia ditanya oleh Ibnu Ubaid tentang apa itu dosa besar, Ja'farShadiq dengan percaya diri menjawabnya dengan urutan seperti tadi. Penyebutan urutan tadi pun diungkapkannya dengan tanpa perlu berpikir lama, yang menunjukkan bahwa masa1ah ini te1ah tertanam dalam otaknya, apalagi jika disadari bahwa ayat-ayat itu terdapat secara acak dalam pelbagai surah dalam A Qur'an. Sehingga, untukmenyebutkannya ia harus mengutip dan mengtip dan mengumpulkannya dari sana-sini. Hal ini juga menunjukkan bahwa ia benar-bena te1ah mendalami rahasia-rahasia kandungan Al-Qur' an.


Referensi:

Asy-Sya’rawi, Dosa-Dosa Besar, 2000, Gema Insani Press

Adz-Dzahabi, Al-Kabair, 2002, Darul Falah
PELAJARAN 58
Beberapa Keistimewaan Kaum Mukmin
Mukaddimah
Telah jelas pada bagian Tauhid, bahwa Kehendak Allah itu secara esensial dan langsung berhubungan dengan semua kebaikan dan kesempurnaan. Sedangkan keburukan dan kekurangan, Kehendak Allah hanya berurusan dengannya secara aksidental dan tak langsung.
Kaitannya dengan manusia, jelas bahwa Kehendak Allah berhubungan secara esensial dengan kesempurnaan dan proses mereka menuju kebahagiaan hakiki dengan segenap kelengkapan nikmat yang abadi.Adapun siksaan dan kesengsaraan para pendurhaka sebagai dampak dari buruknya usaha mereka sendiri, terkait dengan Kehendak Ilahi yang bijak secara tak langsung. Apabila siksa dan bencana Ilahi itu bukan kelaziman dari buruknya usaha mereka, tentu rahmat Ilahi yang luas mengharuskan ketidaan siksa bagi seluruh makhluk.
Akan tetapi, justru rahmat Ilahi yang luas itu menuntut penciptaan manusia yang dilengkapi dengan ciri-ciri khas, yaitu usaha bebas yang mengunikkan-nya dari makhluk-makhluk. Dan konsekwensi dari usaha bebas dan memilih salah satu dari dua jalan; jalan iman dan jalan kufur, ialah keberakhiran mereka di tempat yang mulia atau di tempat yang hina dengan catatan, bahwa keberakhiran mereka di tempat mulia terkait dengan Kehendak Ilahi secara esensial, sedangkan tempat hina, gelap dan menyakitkan itu terkait dengan Kehendak Ilahi secara aksidental.
Perbedaan itu sendiri meniscayakan pengutamaan sisi kebaikan dalam tata cipta dan tata tinta (syariat). Artinya, secara kodrat cipta, manusia itu diciptakan sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan mulia itu lebih banyak pengaruhnya dalam membentuk kepribadiannya. Dan secara kodrat kebebasannya, ia dibebani tugas-tugas syariat yang mudah dan ringan, sehingga tidak lagi perlu menjalankan tugas-tugas berat dan melelahkan untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dari siksa abadi.
Begitu juga berkenaan dengan pahala dan siksa. Bahwa sisi pahala dan rahmat akan diutamakan, dan bahwa rahmat Allah SWT itu mendahului murka-Nya. Pengutamaan dan pendahuluan sisi rahmat Ilahi ini tampak pada beberapa perkara yang sebagiannya akan kami singgung di sini:
Melipatgandakan Pahala
Keistimewaan pertama yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang mencari jalan kebahagiaan adalah kedudukan pahala. Yakni, Allah tidak hanya memberi mereka pahala setimpal amal mereka, bahkan melipatgandakannya. Disebutkan di dalam Al-Qur'an:
"Siapa yang membawa kebaikan, ia memperoleh (balasan) yang lebih baik darinya." (QS. An-Naml: 89)
"Dan siapa yang mengerjakan kebaikan, akan kami tambahkan baginya kebaikan di atas kebaikannya itu." (QS. Asy-Syura': 23)
"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (syurga) dan tambahannya." (Qs. Yunus: 26)
"Sesunguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walau-pun sekecil atom, dan jika ada kebajikan sekecil atom, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar." (Qs. An-Nisa': 40)
"Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat, ia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya." (QS. Al-An'am: 160)
Memaafkan Dosa-dosa Kecil
Keistimewaan lainnya adalah bahwa jika orang-orang mukmin menjauhi dosa-dosa besar, Allah Yang Mahasayang akan mengampuni dosa-dosa kecil mereka dan menghapus resiko dan dampak-dampak buruknya.
"Jika kamu menjahui dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia [syurga]." (Qs. An-Nisa': 31)
Jelas bahwa pemberian maaf atas dosa-dosa kecil mereka tidak mensyaratkan taubat, karena taubat juga dapat menurunkan pengampunan atas dosa-dosa yang besar.
Memanfaatkan Amal-amal Orang Lain
Keistimewaan lain yang diberikan kepada orang-orang mukmin adalah bahwa Allah SWT menerima permohonan ampun (istighfar) malaikat dan hamba-hamba-Nya yang terpilih untuk orang-orang mukmin. Begitu juga, doa dan istighfar di antara sesama orang mukmin. Bahkan pahala amal-amal yang dihadiahkan seorang mukmin untuk saudaranya akan sampai kepada yang kedua itu.
Keistimewaan-keistimewaan ini telah disebutkan di dalam ayat-ayat dan riwayat yang banyak. Akan tetapi, karena ini secara langsung berkaitan dengan masalah syafa'at, kami akan membahasnya di sana secara luas dan terperinci. Untuk itu isyarat yang sederhana ini kami cukupkan sekian pada pelajaran ini.[]
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apakah rahasia diutamakannya rahmat Ilahi?
2. Jelaskan bagaimana kenyataan pengutamaan itu dalam tata cipta dan tata tinta!
3. Jelaskan contoh-contoh konkret pengutamaan itu dalam kaitannya dengan pemberian pahala dan siksa manusia!
Mengakhiri Ramadhan
Oleh Hartono Ahmad Jaiz

Berakhirnya Ramadhan menjadi saksi atas amal-amal kita. Selamat bagi yang amalnya baik, yang melalui amalnya itu akan mengakibatkan ia masuk Surga dan bebas dari Neraka. Dan celaka bagi orang yang buruk amalnya lantaran kelengahan dan menyia-nyiakan waktu Ramadhan. Maka perpisahan dengan Ramadhan hendaknya diakhiri dengan kebaikan, karena ketentuan amal itu pada pungkasannya. Barangsiapa berbuat baik di bulan Ramadhan hendaklah menyempurnakan kebaikannya, dan barangsiapa berbuat jahat hendaklah ia bertobat dan menjalankan kebaikan pada sisa-sisa umurnya. Barangkali tidak akan menjumpai lagi hari-hari Ramadhan setelah tahun ini. Maka hendaklah diakhiri dengan kebaikan dan senantiasa melanjutkan perbuatan baik yang telah dilakukan di bulan Ramadhan pada bulan-bulan lain. Karena Rabb yang memiliki bulan-bulan itu hanyalah satu, dan Dia mengawasi kita dan menyaksikan kita. Dan Dia memerintahkan kita untuk taat sepanjang hayat.

Barangsiapa menyembah Ramadhan maka sesungguhnya bulan Ramadhan ini telah akan habis dan lewat. Tetapi barangsiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup, tidak mati. Maka teruskanlah beribadah kepada-Nya dalam segala waktu.

Sebagian orang beribadah di bulan Ramadhan secara khusus. Mereka menjaga shalat-shalatnya di masjid-masjid, memperbanyak baca Al-Quran, dan menyedekahkan hartanya. Lalu ketika Ramadhan usai, mereka bermalas-malasan, kadang-kadang mereka meninggalkan shalat Jum’at dan tidak berjama’ah. Mereka itu telah merusak apa yang telah mereka bangun sendiri, dan menghancurkan apa yang mereka bina. Seakan-akan mereka menyangka, ketekunannya di bulan Ramadhan itu bisa menghapuskan dosa dan kesalahannya selama setahun. Juga mereka anggap bisa menghapus dosa meninggalkan kewajiban-kewajiban dan dosa melanggar hal-hal yang haram. Mereka tidak menyadari bahwa penghapusan dosa karena berbuat kebaikan di bulan Ramadhan dan lainnya itu hanyalah terhadap dosa-dosa kecil dan itupun terikat dengan menjauhkan diri dari dosa-dosa besar.

Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا(31)

Artinya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil).” (An-Nisa’:31).

Nabi saw bersabda,
{ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَا اُجْتُنِبَتْ الْكَبَائِرُ }.

Artinya: “Shalat lima waktu, Jum’at sampai dengan Jum’at berikutnya, dan Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa yang terjadi di antara waktu-waktu tersebut, selama dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR. Muslim dari Abi Hurairah, hadits nomor 233, Shahih Muslim Juz 1 halaman 209).

Dosa besar mana selain syirik (menyekutukan Allah Ta’ala) yang lebih besar daripada meninggalkan shalat? Tetapi meninggalkan shalat itu sudah menjadi kebiasaan yang lumrah bagi sebagian orang.

Ketekunan mereka di bulan Ramadhan tidak ada gunanya sama sekali bagi mereka jikalau mereka melanjutkannya dengan kemaksiatan-kemaksiatan berupa meninggalkan kewajiban-kewajiban dan melanggar larangan-larangan Allah Ta’ala.

Sebagian ulama salaf ditanya tentang kaum yang tekun beribadah di bulan Ramadhan, tetapi setelah usai, mereka meninggalkannya dan berbuat buruk. Maka dijawab: Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan. Ya, benar. Karena orang yang mengenal Allah tentunya ia akan takut kepada-Nya setiap waktu (bukan hanya di bulan Ramadhan).

Bila bukan karena kesadaran

Sebagian orang kadang berpuasa Ramadhan dan menampakkan kebaikan serta meninggalkan maksiat, namun itu semua bukan karena keimanan dan kesadaran. Mereka mengerjakan itu hanyalah dalam rangka basa-basi dan ikut-ikutan. Karena hal ini terhitung sebagai tradisi masyarakat. Perbuatan ini adalah kemunafikan besar, karena orang-orang munafik memang pamer kepada manusia dengan menampak-nampakkan ibadahnya.

Orang-orang munafik itu menganggap bulan Ramadhan ini sebagai penjara, sementara yang ditunggu adalah usainya, untuk berkiprah dalam kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan haram, bergembira ria dengan usainya Ramadhan lantaran bebasnya dari kungkungan.

Rasulullah ` bersabda:
أَظَلَّكُمْ شَهْرُكُمْ هَذَا -بِمَحْلُوْفِ رَسُوْلِ اللهِ ص م, مَا مَرَّ بِالْمُسْلِمِيْنَ شَهْرٌ خَيْرٌ لَهُمْ مِنْهُ، وَلاَ مَرَّ بِالْمُنَافِقِيْنَ شَهْرٌ شَرٌّ لَهُمْ مِنْهُ، -بِمَحْلُوْفِ رَسُوْلِ اللهِ ص م، إِنَّ اللهَ لَيَكْتُبُ أَجْـرَهُ وَنَوَافِلَهُ قَبْـلَ أَنْ يَدْخُلَهُ، وَيَكْتُبُ وِزْرَهُ وَشَقَاءَهُ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَهُ، وَذَلِكَ أَنَّ الْمُؤْمِنَ يُعِدُّ فِيْهِ الْقُوْتَ وَالنَّفَقَةَ لِعِبَادَةِ اللهِ، وَيُعِدُّ فِيْهِ الْمُنَافِقُ اتِّبَاعَ غَفَلاَتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَإِتْبَـاعِ عَوْرَاتِهِـمْ فَغَنِمَ بِغَنَـمَةِ الْمُؤْمِنِ. (رواه أحمد وابن خزيمة في صحيحه عن أبي هريرة .

“Telah masuk pada kalian bulan kalian ini -kata Abu Hurairah dengan menirukan sumpah Rasulullah saw, tidak ada bulan yang melewati Muslimin yang lebih baik bagi mereka daripadanya, dan tidak ada bulan yang melewati orang-orang munafik yang lebih buruk bagi mereka daripadanya. -kata Abu Hurairah dengan menirukan sumpah Rasulullah saw, sesungguhnya Allah pasti akan menulis pahalanya dan sunnat-sunnatnya sebelum (mukmin) memasukinya (bulan Ramadhan itu), dan akan menulis dosanya dan celakanya sebelum (munafik) memasukinya. Hal itu karena orang mukmin menyediakan makanan dan nafakah/belanja di bulan itu untuk ibadah kepada Allah, dan orang munafik bersiap-siap di bulan itu karena membuntuti kelalaian-kelalaian mukminin dan membuntuti aurat-aurat (rahasia-rahasia) mereka, maka dia (munafik) memperoleh jarahan yang diperoleh orang mukmin.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya dari Abi Hurairah).

Kegembiraan mukminin beda dengan munafiqin

Orang mukmin bergembira dengan selesainya Ramadhan karena telah memanfaatkan bulan itu untuk ibadah dan taat, maka dia mengharap pahala dan keutamaannya. Sedang orang munafik bergembira dengan selesainya bulan itu karena akan berangkat untuk bermaksiat dan mengikuti syahwat yang selama Ramadhan itu telah terkungkung.

Oleh karena itu orang mukmin melanjutkan kegiatan setelah bulan Ramadhan dengan istighfar, takbir dan ibadah, namun orang munafik melanjutkannya dengan maksiat-maksiat, hura-hura, pesta-pesta musik dan nyanyian karena girang dengan berpisahnya Ramadhan dari mereka. Maka bertaqwalah kepada Allah wahai hamba Allah, dan berpisahlah dengan Ramadhanmu dengan taubat dan istighfar.

Menutup Ramadhan

Wahai hamba Allah, termasuk hal yang disyari’atkan Allah dalam menutup Ramadhan yang diberkahi itu adalah shalat ‘ied dan membayar zakat fitri sebagai rasa syukur kepada Allah Ta’ala atas telah ditunaikannya kewajiban puasa. Sebagaimana Allah mensyari’atkan shalat ‘iedul Adha sebagai tanda syukur kepada-Nya atas penunaian kewajiban ibadah haji. Keduanya adalah Hari Raya Islam. Telah diriwayatkan secara shahih dari Nabi saw bahwa beliau ketika datang di Madinah penduduknya mempunyai dua hari yang mereka itu bermain-main di hari itu, beliau bersabda:
قَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ النَّحْرِ وَ يَوْمَ الْفِطْرِ.

“Sungguh Allah telah mengganti untuk kalian dua hari tersebut dengan yang lebih baik daripada keduanya, (yaitu) hari (raya) kurban dan hari (raya) fitri.”

Maka tidak boleh menambahi dua hari raya ini dengan mengadakan hari-hari raya baru yang lain.

Hari raya dalam Islam itu disebut ‘ied (kembali) karena dia itu kembali dan berulang-ulang lagi setiap tahun dengan kegembiraan dan kesenangan, karena karunia yang telah Allah mudahkan berupa pelaksanaan ibadah puasa dan haji, yang keduanya itu (ibadah puasa dan haji) adalah termasuk rukun Islam.

Dan karena Allah SWT mengembalikan pada dua hari raya itu atas hambanya dengan kebaikan, dan membebaskan dari api Neraka. Sungguh Nabi saw telah memerintahkan khalayak umum, sampai wanita-wanita sekalipun, agar keluar untuk shalat ‘ied. Kaum wanita disunnahkan menghadirinya tanpa pakai wewangian, tidak berpakaian dengan pakaian hias dan pakaian yang menarik perhatian, dan tidak bercampur aduk dengan lelaki. Sedang wanita yang sedang haidh agar keluar untuk menghadiri da’wah (khutbah) dan menjauhi tempat shalat.

Keluar untuk shalat ‘ied itu adalah menampakkan syiar Islam dan menjadi suatu pertanda yang nyata, maka bersemangatlah untuk menghadirinya wahai orang yang dirahmati Allah. Karena sesungguhnya ‘ied itu termasuk kesempurnaan hukum-hukum pada bulan yang diberkahi ini. Upayakanlah betul-betul untuk khusyu’, ghaddhul bashar (menjaga pandangan dari yang haram), dan tidak isbal (tidak memanjangkan pakaian sampai bawah mata kaki bagi lelaki). Hendaklah menjaga lisan dari omong kosong, porno, dan bohong. Juga jagalah pendengaran dari mendengarkan perkataan yang tak karuan, nyanyian-nyanyian, musik, dan mendatangi pesta hura-hura dan permainan yang diadakan oleh sebagian orang bodoh. Karena seharusnya ketaatan itu diikuti dengan ketaatan pula, bukan sebaliknya. Oleh karena itu Nabi saw mensyari’atkan bagi ummatnya untuk menyambung puasa Ramadhan itu dengan puasa sunnat 6 hari di bulan Syawwal.

Bahwasanya Nabi saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ.

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan diikuti dengan (puasa sunnah) enam hari dari Bulan Syawwal maka seakan-akan ia berpuasa setahun.” (HR. Muslim).

Yakni dalam hal pahala dan lipat gandanya. Karena satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat, maka satu bulan Ramadhan dibalas 10 bulan, sedang 6 hari di Bulan Syawwal dibalas dua bulan. Jadi seluruh bulan dalam setahun itu seakan-akan dipuasai oleh orang Muslim apabila ia telah puasa Ramadhan dan kemudian diteruskan dengan 6 hari dari bulan Syawwal (setelah ‘ied).

(Dipetik dari Ithaafu Ahlil Iimaan bi duruusi Syahri Ramadhaan, ditulis oleh Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Darul Muslim Riyadh, cet

Apakah Taubat Wajib Dilakukan dari Dosa-dosa Kecil? FPRIVATE "TYPE=PICT;ALT=Print"

Allamah Ibnu Rajab al Hambali dalam kitabnya "Jaami'ul 'uluum wal hikam" melontarkan pertanyaan yang penting tentang dosa-dosa kecil. Apakah wajib taubat atasnya seperti atas dosa-dosa besar? Karena ia didapati terhapuskan secara otomatis dengan melakukan taubat atas dosa-dosa besar: sesuai firman Allah SWT:

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke dalam tempat yang mulia (surga). (an-Nisa: 31.)

Ia berkata: tentang ini masih diperdebatkan.
Di antara mereka ada yang mewajibkan taubat dari dosa itu. Ini adalah pendapat sahabat-sahabat kami dan lainnya dari para fukaha, ulama kalam dan lainnya.
Karena Allah SWT memerintahkan untuk bertaubat setelah menyebut dosa-dosa kecil dan besar. Allah SWT berifirman:

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-lai mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam , atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yagn mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang berima supaya kamu beruntung." (an-Nur: 30-31)

Allah SWT memerintahkan untuk bertaubat dari dosa-dosa kecil secara khusus dalam firman-Nya:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-mengolokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk pangilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak taubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (al Hujurat: 11).

Di antara manusia ada yang tidak mewajibkan taubat dari dosa-dosa kecil, seperti diriwayatkan dari pendapat kaum mu'tazilah.
Di antara ulama mutaakhirin ada yang berkata: wajib mengerjakan salah satu perkara: taubat darinya, atau melakukan beberapa amal baik yang dapat menghapuskan dosa itu.
Ibnu 'Athiah menyebutkan dua pendapat ulama dalam penafsirannya tentang penghapusan dosa-dosa kecil dengan melakukan ibadah-ibadah yang wajib dan menjauhkan dosa-dosa besar:

Pertama: ia meriwayatkannya dari beberapa orang fukaha dan ahli hadits. Yaitu dengan amal baiknya itu otomatis kesalahan-kesalahannya terhapuskan, sesuai pengertian ayat Al Quran dan hadits.

Kedua: ia meriwayatkannya dari para ulama ushul fiqh. Bahwa dosa kecil tidak pasti terhapuskan, namun dengan prasangka yang kuat dan harapan yang besar dosa itu dihapuskan, dengan kehendak Allah SWT. Karena jika dosa-dosa kecil itu pasti dihapuskan niscaya ia akan seperti perbuatan yang mubah yang tidak mengandung konsekwensi apa-apa. Dan itu akan merusak syari'ah.

Aku katakan: ada yang berpendapat, dosa-dosa itu tidak pasti dihapuskan. Karena hadits-hadits yang mengatakan dosa-dosa kecil terhapuskan dengan amal-amal yang baik itu terikat dengan syarat memperbaiki amal. Seperti terdapat dalam keterangan tentang wudlu dan shalat, yang keduanya menghapuskan dosa kecil. Sementara dengan bediam diri tanpa bertaubat dan melakukan kebaikan, maka tidak terdapat amal yang baik yang mewajibkan dihapuskannya dosa. Atas dasar ikhtilaf yang disebutkan oleh Ibnu 'Athiah ini, terjadi ikhtilaf dalam masalah kewajiban taubat dari dosa-dosa kecil." (Jami' al Ulum wa al Hikam: 1/446, 447. Cetakan muassasah Risalah, Bairut.)

Namun, sebenarnya taubat diperintahkan kepada seluruh orang mukallaf. Dan seluruh kaum mu'minin diperintahkan untuk bertaubat. Seperti disebutkan dalam ayat al Quran: "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung".
Kami telah katakan bahawa ada orang yang bertaubat dari dosa-dosa besar, ada yang bertaubat dari perbuatan bid'ah, ada yang bertaubat dari dosa-dosa kecil dan ada pula yang bertaubat dari perbuatan yang syubhat.
Dan ada pula orang yang taubat dari kelalaian hatinya.
Juga ada yang bertaubat dari maqam yang ia tempati yang seharusnya ia naik ke maqam yang lebih tinggi. Dan ini adalah taubat Nabi Saw, seperti sabda Nabi Saw:

"Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam sehari sebanyak seratus kali".

Keharusan Untuk Bertaubat Secepatnya.
Jika taubat adalah wajib bagi seluruh kaum mu'minin, maka melaksananya secepatnya adalah kewajiban yang lain. Sehingga tidak boleh ditunda pelaksanaannya. Karena itu akan berbahaya bagi hati orang yang beragama. Dan jika tidak secepatnya membersihkan dirinya dari dosa, ditakutkan pengaruh dosa itu akan bertumpuk dalam hatinya, satu persatu, hingga hati itu menghitam atau membusuk. Seperti disebutkan halam hadits yang diriwayaktan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw:

"Sesungguhnya seorang manusia, jika ia melakukan dosa maka dihatinya akan tercoreng warna hitam, dan jika ia meninggalkan perbuatan dosa itu serta bertaubat darinya, maka hatinya kembali bersih. Dan jika ia kembali melakukan dosanya itu, maka hitamnya itu akan ditambah hingga menutupi seluruh hatinya, itulah tutupan yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya: "Sama sekali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi (3331) dan ia berkata: Hasan Sahih. Demikian juga An Nasai, Ibnu Majah (4244), Ibnu Hibban dalam sahihnya seperti terdapat dalam Al Mawarid (2448) dan Al Hakim serta ia mensahihkannya atas syarat Muslim dan Adz Dzahabi menyetujuinya (2/517). Dan ayat itu adalah dari QS. Al Muthaffifiin: 14)

Ibnu Qayyim berkata: segera bertaubat dari dosa adalah kewajiban yang harus dilakukan segera, dan tidak boleh ditunda. Ketika ia menundanya maka ia bertambah dosa dengan penundaannya itu. Dan jika ia telah bertaubat dari dosa, maka masih ada dosa yang harus ia pintakan ampunannya, yaitu dosa menunda bertaubat! Tentang ini sedikit sekali dipikirkan oleh orang yang telah bertaubat. Malah ia menyangka jika ia telah bertaubat dari dosanya maka ia tidak memiliki dosa lagi selain itu, padahal ia tetap memiliki dosa, yaitu menunda taubatnya itu.

Yang paling berbahaya bagi orang yang melakukan maksiat adalah jika ia terus menunda-nunda taubat. Artinya, ia selalu berkata: nanti aku akan kembali menjadi orang yang benar, aku akan taubat, aku akan berhenti dari melakukan perbuatan ini dan itu. Oleh karena itu dikatakan: ungkapan "saufa --nanti aku akan" adalah salah satu tentara Iblis! Dikatakan pula: mayoritas penghuni neraka adalah orang -orang yang selalu berkata: nanti akan taubat, nanti aku akan ... dst. Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi dan belanjakanlah sebagian dari apa yang kamu berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al Munafiqun: 9-11)

Di antara keutamaan mensegerakan taubat adalah: ia akan membantu orang yang berdosa itu untuk mencabut akar dosa sebelum itu menjadi kronis dan tertanam kuat dalam hatinya, kemudian tersebar dalam seluruh perbuatannya, dan setiap hari keburukan itu terus berkembang dari sumbernya itu, hingga mencakup seluruh perbuatannya.

Orang yuang selalu menunda-nunda itu adalah seperti orang yang ingin mencabut sebuah pohon, dan ia melihat pohon itu kuat, sehingga jika ia mau mencabutnya akan membutuhkan tenaga yang kuat. Kemudian ia berkata dalam dirinya: "aku tunggu hingga satu tahun, baru aku datang kembali untuk mencabutnya". Ini adalah logika orang bodoh dan tolol. Karena ia tahu, pohon dari hari kehari akan makin kokoh dan besar, sementara dirinya semakin tua akan semakin lemah! Tidak ada kebodohan yang lebih besar dari kebodohannya ini. Karena jika ia tidak mampu --meskipun ia kuat -- untuk melawan sesuatu yang lemah, maka mengapa ia menunda untuk mengalahkannya, hingga dirinya kemudian melemah, sementara musuhnya itu makin kuat?!

Sering sekali orang menunda-nunda taubat itu, hingga datang waktu tidak diterimanya taubat, dan Allah SWT sudah tidak menerimanya. Yaitu ketika manusia telah kehilangan kesempatan untuk memilih, dan saat itu taubatnya adalah taubat orang yang terpaksa. Seperti taubat Fir'aun ketika ia sudah hampir tenggelam. Ia berkata: "aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang diamini oleh Bani Israil dan aku adalah bagian dari kaum muslimin". Maka jawaban Allah adalah: "Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus:91.).
Ketika seorang mukallaf telah menghadapi kematiannya, saat itu taubatnya tidak diterima lagi. Seperti firman Allah SWT:

"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantara kejahilan yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: sesungguhnya saya bertaubat sekarang dan tidak (pula) diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih." (an-Nisa: 17-18)

Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT
oleh Dr. Yusuf al Qaradhawi

Indeks Islam | Indeks Qardhawi | Tentang Pengarang | Tentang Penterjemah ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

b. Tekad yang kuat

Jika penyesalan itu berkaitan dengan masa lalu dan kesalahan yang telah ia perbuat; ada dimensi dalam taubat yang berkaitan dengan masa depan, dan tentang probabilitas ia melakukan pengulangan perbuatan dosa itu kembali, serta bagaimana mengganti kesalahan yang telah ia perbuat. Yaitu dengan bertekad untuk meninggalkan maksiat itu dan bertaubat darinya secara total, dan tidak akan kembali melakukannya selama-lamanya. Seperti susu yang tidak mungkin kembali ke puting hewan setelah diperah. Ini semua berpulang pada keinginan dan tekad orang itu. Dan tekad itu harus kuat betul, bukan keinginan yang dilandasi oleh keragu-raguan. Tidak seperti mereka yang pada pagi harinya bertaubat sementara pada sore harinya kembali mengulangi lagi dosanya!

Yang terpenting dalam masalah tekadnya ini adalah agar tekad itu kuat dan betul-betul, saat bertaubat. Dengan tanpa disertai oleh keraguan atau kerinduan untuk kembali melakukan kemaksiatan, atau juga berpikir untuk mengerjakannya kembali. Taubat itu tidak batal jika suatu saat tekadnya itu sedikit melemah kemudian ia terlena oleh dirinya, tertipu oleh syaitan sehingga ia terpeleset, dan kembali melakukan kemaksiatan.

Dalam kasus seperti ini, ia harus segera melakukan taubat, menyesal dan menyusun tekad lagi. Dan ia tidak perlu putus-asa takut taubatnya tidak diterima jika memang tekadnya tulus. Allah SWT berfirman:

"Maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat" [QS. al Isra: 25].

Al-Awwaab adalah orang yang sering meminta ampunan kepada Allah SWT; setiap kali ia melakukan dosa ia mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa, maka dia segera melakukan istighfar dan diapun mendapatkan ampunan.

Imam Ibnu Katsir berkata: "Sedangkan jika ia bertekad untuk bertaubat dan memegang teguh tekadnya, maka itu akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya pada masa lalu. Seperti terdapat dalam hadits sahjih "Islam menghapuskan apa yang sebelumnya, dan taubat menghapuskan dosa yang sebelumnya".

Ibnu Katsir berkata: "apakah syarat taubat nasuha itu orang harus tetap bersikap seperti itu hingga ia mati, seperti diungkapkan dalam hadits dan atsar: "kemudian ia tidak kembali melakukannya selama-lamanya", ataukah cukup bertekad untuk tidak mengulangi lagi, untuk menghapus dosa yang telah lalu, sehingga ketika ia kembali melakukan dosa setelah itu, maka ia tidak merusak taubatnya dan menghidupkan kembali dosa yang telah terhapuskan, dengan melihat generalitas pengertian hadits: "Taubat menghapus dosa yang sebelumnya" [Tafsir Ibnu Katsir: 4/ 392 , cet. Al Halabi.]?.

Ibnu Qayyim membicarakan hal ini dalam kitabnya "Madarij Salikin" dan menyebut dua pendapat:

Satu pendapat mengharuskan agar orang itu tidak mengulangi kembali dosanya sama sekali. Dan berkata: ketika ia kembali melakukan dosa, maka jelaslah taubatnya yang dahulu itu batal dan tidak sah.

Sedangkan menurut pendapat kalangan mayoritas, hal itu tidak menjadi syarat. Kesahihan taubat hanya ditentukan oleh tindakannya meninggalkan dosa itu, dan bertaubat darinya, serta bertekad dengan kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Dan jika ia mengulanginya lagi padahal ia dahulu telah bertekad untuk tidak mengulang dosanya itu, maka saat itu ia seperti orang yang melakukan kemaksiatan dari permulaan sekali, sehingga taubatnya yang lalu tidak batal.

Ia berkata: masalah ini dibangun di atas dasar pertanyaan: "Apakah seorang hamba yang bertaubat dari suatu dosa kemudian ia mengulanginya dosanya itu, ia kembali menanggung dosa yang telah ia mintakan taubatnya sebelumnya, sehingga ia harus menanggung dosa yang lalu dan sekarang ini, jika ia mati saat masih melakukan maksiat? Ataukah itu telah terhapus, sehingga ia tidak lagi menanggung dosanya, namun hanya menanggung dosa yang terakhir itu?"

Dalam masalah ini ada dua pendapat:

Satu kelompok berpendapat: ia kembali menanggung dosa yang telah ia mintakan taubatnya dahulu itu, karena taubatnya telah rusak dan batal ketika ia mengulangi dosanya. Mereka berkata: karena taubat dari dosa adalah seperti keislaman dengan kekafiran. Seorang yang kafir ketika ia masuk Islam maka keislamannya itu akan menghapuskan seluruh dosa kekafiran dan dosa yang pernah dilakukannya. Kemudian jika ia murtad, dosanya yang lalu itu kembali ia tanggung ditambah dengan dosa murtad. Seperti terdapat dalam hadits Nabi Saw:

"Barangsiapa yang beramal baik dalam Islam (setelah masuk ke dalamnya dari kejahiliyahan) maka ia tidak akan dipertanyakan akan apa yang telah diperbuatnya pada masa jahiliah. Dan siapa yang berbuat buruk dalam Islam, maka ia akan dimintakan pertanggungjawaban akan dosanya pada yang pertama (saat masih jahiliah) dan yang lainnya (setelah Islam)".

Ini adalah orang yang masuk Islam namun merusakan keislamannya itu. Dan telah diketahui bersama bahwa kemurtadan adalah perusakan yang paling besar terhadap keislaman seseorang. Maka ia akan kembali menanggung dosa yang telah ia lakukan dalam kekafirannya sebelum ia masuk Islam, dan keislaman yang pernah ia rasakan itu tidak menghapuskan dosa-dosa yang lama iu. Demikian juga dosa orang yang taubatnya ia langgar, maka dosa yang dilakukan sebelum taubat yang ia langgar itu kembali ia tanggung. Juga tidak menghalangi dosa yang ia lakukan kemudian.

Mereka berkata: karena kesahihan taubat disyaratkan kontinuitasnya dan terus dijalani, maka sesuatu yang tergantung dengan suatu syarat akan hilang ketika syarat itu lenyap. Seperti kesahihan Islam disayaratkan kontinuitasnya dan terus dijalaninya. Mereka berkata: taubat adalah wajib secara ketat sepanjang usia seseorang. Masanya adalah sepanjang usia orang itu. Oleh karena itu, hukumnya-pun harus terus ditaati sepanjang usianya. Maka bagi dia, masa sepanjang usianya itu adalah seperti orang yang menahan diri dari melakukan hal-hal yang membatalkan puasa ketika ia berpuasa pada hari itu. Maka jika sepanjang hari ia menahan diri dari yang membatalkan puasa, kemudian ia melakukan perbuatan yang membatalkan puasa pada sore harinya, niscaya seluruh puasanya yang telah ia jalani dari pagi hari itu otomaits batal, dan tidak dinilai sebagai puasa. Dan ia sama seperti orang yang tidak puasa sama sekali.

Mereka berkata: ini didukung oleh hadits sahih, yaitu sabda Rasulullah Saw:

"Sesungguhnya seorang hamba telah beramal dengan amal penghuni surga, hingga antara dirinya dengan surga itu sekadar satu lengan, kemudian ketentuan takdirnya datang hingga akhirnya ia beramal dengan amal penghuni neraka sehingga iapun masuk ke neraka itu".

Ini lebih umum dari amal yang kedua itu, suatu kekafiran yang menghantarkan kepada neraka selamanya, atau kemaksiatan yang menghantarkannya ke neraka. Karena Rasulullah Saw tidak mensabdakan: "maka ia murtad dan iapun meninggalkan Islam". Namun menghabarkan bahwa: ia beramal dengan amal yang menghantarkannya ke neraka. Dan dalam sebagian kitab sunan terdapat: "Ada seorang hamba yang telah melakukan ketaatan kepada Allah SWT selama enam puluh tahun, dan ketika ia menjelang kematiannya ia melakukan kecurangan dalam berwasiat maka iapun masuk neraka".

Penutup yang buruk lebih umum dari penutup dengan kekafiran atau kemaksiatan. Dan seluruh amal perbuatan dinilai dengan akhir amal itu.

Sedangkan kelompok kedua -- yaitu mereka yang berkata bahwa dosa yang lama yang telah ia mintakan taubatnya tidak kembali ditanggungnya jika ia melanggar taubatnya itu-- berdalil bahwa dosa itu telah terhapus dengan taubat. Maka ia seperti orang yang tidak melakukannya sama sekali, sehingga ia seperti tidak ada. Sehingga ia tidak kembali ke situ setelahnya. Namun yang harus ia tanggung hanya dosa yang baru itu, bukan dosa yang lama.

Mereka berkata: tidak disyaratkan dalam kesahihan taubat itu ia tidak pernah berdosa hingga mati. Namun jika ia telah menyesal dan meninggalkan dosa serta bertekad untuk meninggalkan sama sekali perbuatannya itu, niscaya dosanya segera terhapuskan. Dan jika ia kembali melakukannya, ia memulai dari baru catatan dosanya itu.

Mereka berkata: ini tidak seperti kekafiran yang menghancurkan seluruh amal kebaikan. Karena kekafiran itu lain lagi masalahnya. Oleh karenanya ia menghapuskan seluruh kebaikan. Sedangkan kembali berdosa tidak menghapuskan amal kebaikan yang telah dilakukannya.

Mereka berkata: taubat adalah termasuk kebaikan yang paling besar. Maka jika taubat itu dibatalkan dengan melakukan dosa kembali, niscaya pahala-pahala itu juga terhapuskan. Pendapat itu tidak benar sama sekali. Itu sama seperti mazhab kaum khawarij yang mengkafirkan orang karena dosa yang ia perbuat. Dan kaum Mu'tazilah yang memasukkan orang yang berdosa besar dalam neraka, meskipun ia telah melakukan banyak amal yang baik. Kedua kelompok itu sepakat memasukkan orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar dalam neraka. Namun khawarij mengkafirkan mereka, dan mu'tazilah menilai mereka fasik. Dan kedua mazhabn itu adalah batil dalam Islam. Bersebrangan dengan nash-nash, akal serta keadilan:

"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya, dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar" [QS. an-Nisa: 40].

Mereka berkata: Imam Ahmad menyebutkan dalam musnadnya secara marfu' kepada Nabi Saw:

"Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba yang terfitnah (hingga melakukan dosa) dan sering meminta ampunan" [Hadits ini sanadnya dha'if jiddan/lemah sekali].

Aku berkata: ia adalah orang yang setiap kali melakukan dosa ia segera bertaubat dari dosa itu. Kalaulah mengulang dosa itu membatalkan taubatnya niscaya ia tidak disenangi oleh Rabbnya, malah menimbulkan kebencian-Nya.

Mereka berkata: Allah SWT mengaitkan diterimanya taubat dengan istighfar, tidak terus melakukan dosa, dan tidak mengulanginya. Allah SWT berfirman:

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" [QS. Ali Imran: 135].

Terus melakukan dosa adalah: membiasakan hati dan diri untuk melakukan dosa setiap kali ada kesempatan untuk itu. Inilah yang menghalangi maghfirah dari Allah SWT.

Mereka berkata: Sedangkan kontinuitas taubat adalah syarat keabsahan kesempurnaan dan kemanfaatan taubat itu, bukan syarat keabsahan taubat atas dosa yang sebelumnya. Namun tidak demikian halnya dengan ibadah, seperti puasa selama satu hari penuh, serta bilangan raka'at dalam shalat. Karena ia adalah suatu ibadah secara utuh, sehingga ibadah itu tidak dapat diterima jika tidak terpenuhi seluruh rukun dan bagian-bagiannya. Sedangkan taubat, ia adalah adalah ibadah yang beragam sesuai dengan ragam dosa. Setiap dosa memiliki cara taubat tersendiri. Jika seseorang melakukan suatu ibadah dan tidak melakukan yang lain, itu tidak berarti ibadah yang dilakukannya itu tidak sah karena ia tidak mengerjakan ibadah yang lain, seperti telah disebutkan sebelumnya.

Namun, sama dengan ini adalah: orang yang puasa pada bulan Ramadlan kemudian ia membatalkan puasanya itu tanpa adanya uzur, maka apakah puasa yang ia batalkan itu membatalkan pahala puasa yang telah ia lakukan?

Contoh yang lain adalah orang yang shalat namun ia tidak berpuasa , atau yang yang menunaikan zakat namun tidak pernah melaksanakan ibadah hajji (padahal ia mampu).

Pokok masalah: taubat sebelumnya adalah kebaikan, sedangkan mengulang dosa itu adalah keburukan, maka pengulangan dosa itu itidak menghapus kebaikan itu, juga tidak membatalkan kebaikan yang dilakukan bersamaan dengannya.

Mereka berkata: ini dalam pokok-pokok (ushul) ahli sunnah lebih jelas. Mereka sepakat bahwa seseorang bisa mendapat perlindungan dari Allah SWT dan pada saat yang sama juga dibenci oleh-Nya. Atau ia dicintai Allah SWT namun ia juga sekaligus dibenci dari segi lain. Atau ada orang yang beriman namun masih mempunyai kemunafikan, juga keimanan dan kekafiran. Dan orang itu dapat lebih dekat kepada suatu sisi dari sisi yang lain. Sehingga ia menjadi kelompok sisi itu. Seperti firman Allah SWT: "Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari padi keimanan"[QS. Ali Imran: 167]. Dan berfirman:

"Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)" [QS. Yusuf: 106].

Allah SWT mengakui keimanan mereka, sambil menyebut kemusyrikan mereka. Namun jika bersama kemusyrikan ini juga terdapat pengingkaran terhadap Rasul-rasul Allah maka keimanannya kepada Allah SWT itu tidak bermakna lagi. Sedangkan jika mereka membenarkan apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw, sementara mereka tetap melakukan beragam tindakan musyrik, itu tidak mengeluarkan mereka dari keimanan kepada para Rasul dan hari kiamat. Dan mereka berhak mendapatkan ancaman yang lebih besar daripada pelaku dosa-dosa besar.

Kemusyrikan mereka adalah dua macam: musyrik yang tersembunyi dan yang terang-terangan. Yang tersembunyi dapat diampuni, sedangkan yang terang-terangan tidak diampuni oleh Allah SWT kecuali dengan melakukan taubat dari pebuatannya itu. Karena Allah SWT tidak mengampuni kemusyrikan.

Dengan dasar ini, ahli sunnah mengatakan bahwa para pelaku dosa besar masuk neraka, namun setelah merasakan siksa neraka itu mereka akan keluar darinya dan masuk surga, karena adanya dua unsur pada dirinya.

Jika demikian, maka orang yang mengulang melakukan dosa setelah bertaubat adalah orang yang dibenci Allah SWT karena ia mengulangi dosanya, namun juga dicintai karena ia telah melakukan taubat dan amal ang yang baik sebelumnya. Dan Allah SWT telah menetapkan bagi segala seuatu sebab-sebabnya, dengan adil dan penuh hikmah, dan Allah SWT tidak sedikitpun melakukan kezhaliman.

"Dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya)" [QS. Fushilat: 46].
KEBANGKITAN PEMUDA ISLAM SUATU KEMAJUAN HARUS DIBIMBING BUKAN DILAWAN (5/6)

Oleh: Dr. Yusuf Qardhawi


Indeks Islam | Indeks Artikel ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota




Tingkatan Hukum-hukum

Salah satu kajian fikih yang dilupakan sebagian agamawan adalah mengetahui tingkatan-tingkatan hukum syar'i dan menyadari bahwa hukum-hukum ini tidak berada dalam satu tingkatan saja.

Kita mengenal adanya hukum-hukum dugaan (al-ahkaam azh-zhanniyah) yang merupakan lapangan berijtihad. Hukum ini menerima pluralitas pemahaman dan interpretasi, baik terhadap hukum-hukum yang tidak ber-nash, yang ber-nash zhanni tsubut, atau yang ber-nash zhanni-dhilaalah, maupun yang ber-nash keduanya. Biasanya hukum-hukum dalam kategori ini berkaitan dengan masalah perbuatan, seperti hukum-hukum fikih. Oleh karenanya, dalam bidang seperti ini diperlukan banyak interpretasi. Berbeda dengan hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah akidah yang membutuhkan kepastian dan keyakinan.

Perbedaan-perbedaan dalam hukum-hukum furu' berlingkup amaliyah zhanniyah tidaklah berbahaya sepanjang hukum-hukum itu didasarkan pada hasil ijtihad syar'i yang benar. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan rahmat bagi umat, kelenturan dalam syariat, dan keluasan dalam fikih. Di kalangan sahabat Rasulullah saw. dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik juga terdapat perbedaan pendapat yang ternyata tidak membahayakan eksistensi mereka. Ukhuwah dan persatuan mereka tetap terjalin dan bahkan semakin kuat.

Kita juga mengenal adanya hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijma'. Hukum-hukum ini mencapai tingkat qath'i. Meskipun tidak termasuk kategori hal-hal yang amat penting, namun telah menjadi kesepakatan pemikiran dan tingkah laku umat. Maka barangsiapa mengingkarinya, berarti mengingkari sunnah. Ia disebut fasik dan pelaku bid'ah atau bahkan bisa dikategorikan kufur.

Ada pula hukum-hukum yang sudah diketahui sebagai hal-hal yang amat penting dalam agama --baik hal itu diketahui kalangan umum maupun khusus-- yaitu hal-hal yang bila diingkari maka dia kufur tanpa ada perbedaan pendapat. Ini karena yang diingkari oleh hukum-hukum ini termasuk mendustakan Allah dan Rasul-Nya.

Jadi, tidak boleh meletakkan hukum -hukum tersebut dalam satu pola dan tingkatan yang dapat mendorong seseorang cepat-cepat mengkafirkan orang atau kelompok lain yang dianggap bertentangan dengan pandangan yang dianutnya. Apalagi bila pandangan itu diperoleh hanya dari perbincangan dengan sesama rekan mahasiswa atau menelaah buku-buku tanpa membedakan ushul dan furu', tanpa mengkategorikan nash-nash yang tetap dan ijtihad yang tetap, nash-nash yang qath'i dan zhanni, serta antara hal yang sangat penting dan yang penting dalam agama. Padahal masing-masing mempunyai kedudukan dan hukumnya.

Penulis pernah menyaksikan seorang pemuda muslim yang telah membuat kesalahan besar tetapi masih berani mengkafirkan orang lain. Padahal tidak ada pembicaraan ataupun perilaku orang itu yang layak dikafirkan. Sebagian pemuda muslim mencoba menghidupkan kembali pemikiran Khawarij setelah berabad-abad lenyap dari peredaran, dengan sengaja memberikan argumentasi yang dikandung dalam nash-nash yang menyatakan kafir pada sebagian pendurhaka atau tidak mengakui keimanan si pelaku.

Nash-nash tersebut, misalnya:

"Janganlah engkau kembali (menjadi) kafir sepeninggalku, sebagian (dari) kalian memukul wajah sebagian yang lain."

Perbedaan Tingkatan Manusia

Sebagaimana amal dan hukum mempunyai tingkatan, manusia Islam (muslim) pun bertingkat-tingkat. Keliru bila kita memperlakukan manusia tanpa melihat perbedaan-perbedaan nyata dalam masyarakat. Di dalam masyarakat kita menjumpai adanya individu yang awam dan khawas, junior dan senior, serta yang lemah dan yang kuat.

Islam sendiri dapat menerima perbedaan-perbedaan tersebut. Oleh karena itu, di dalam Islam, kita mengenal terminologi azimah, rukhshah, adil, fadl, fardhu, sunnah, dan mustahab. Orang-orang dahulu mengatakan, "Kebaikan orang-orang yang baik adalah kejelekan orang-orang yang dekat dengan Allah."

Allah SWT berfirman,

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah." (Faathir: 32)

Pada ayat ini, orang-orang yang zalim atas diri sendiri ditafsirkan sebagai orang yang lalai terhadap sebagian kewajiban dan melakukan sebagian hal yang dilarang Islam.

Orang-orang yang pertengahan (muqtashid) ditafsirkan sebagai orang yang sembrono terhadap kewajiban-kewajiban, namun ia meninggalkan yang diharamkan.

Orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan (saabiq bil-khairat) ditafsirkan sebagai orang yang merasa tidak cukup menunaikan kewajiban-kewajiban, melainkan menambahnya dengan mengerjakan amal-amal sunnah dan yang mustahabbah; tidak saja berhenti dari hal-hal yang diharamkan, bahkan memelihara diri dari hal-hal yang syubhat dan makruh, serta meninggalkan sebagian hal yang boleh dilakukan karena khawatir menjadi berlebihan yang akan mendorong pada kekeliruan.

Ketiga kelompok manusia --termasuk kelompok yang berbuat zalim terhadap diri sendiri-- sebagaimana digambarkan dalam ayat tersebut di atas termasuk kelompok umat yang terpilih dan mewarisi Al-Qur'an dari Allah sebagaimana difirmankan,

"Kemudian Kami wariskan Al-Kitab kepada orang-orang yang Kami pilih dari hamba-hamba-Ku..." (Faathir: 32)

Sehingga keliru mengeluarkan sebagian orang dari agama dan umatnya (mengganggapnya kafir, --peny.) hanya karena mereka durhaka dan menzalimi diri. Termasuk kekeliruan pula, mengganggap semua orang harus menjadi kelompok yang cepat melakukan kebaikan dengan izin Allah SWT.

Di antara kaum muslimin, ada orang yang mempunyai semangat meluap-luap (eksplosif) dan emosi religiusitas yang sensitif, sehingga mereka mudah menuduh orang lain sebagai fasik dan bersikap memusuhi hanya karena orang itu terlihat melakukan dosa kecil atau mengerjakan sebagian hal yang tergolong mutasyabihat. Padahal dalam perkara mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat mengenai status hukumnya. Lagipula perkara tersebut tidak sampai pada tingkatan haram secara pasti.
Status Pelaku Kesalahan Kecil

Sebagian muslim yang ikhlas dan baik lupa bahwa kita tidak diperkenankan mengklaim muslim lain telah keluar dari kelompok masyarakat Islam hanya karena melakukan kesalahan kecil dalam beragama. Al-Qur'an sendiri telah memberikan pengecualian terhadap pembuat kesalahan kecil (al-lamam). Al-Qur'an tidak menganggapnya jatuh karena kebaikan orang-orang yang berbuat baik, sebagaimana menjauhi dosa-dosa besar dapat menghapus dosa-dosa kecil.

Allah SWT berfirman

"Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya..." (an-Najm: 31-32).

Menurut para pakar tafsir (mufassir), ada dua makna "al-lammam yang dikecualikan" pada ayat tersebut. Seyogianya kita tidak melupakan kedua makna ini, mengingat di dalam keduanya terdapat keterangan tentang keluasan ampunan Allah SWT seperti tertera pada ayat itu.

Al-Hafiz Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas sebagai berikut. "Orang-orang yang berbuat baik (al-muhsinun) ditafsirkan sebagai orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji. Artinya, mereka benar-benar menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan yang berdosa besar. Jika di antara mereka ada yang terjatuh ke dalam sebagian dosa kecil, maka Allah SWT mengarnpuni dan menutupi (dosa)-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman,

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (an-Nisa: 31)

"(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil." (an-Najm: 32)

Hal ini merupakan pengecualian yang tegas, sebab kesalahan-kesalahan kecil itu merupakan dosa-dosa kecil dan perbuatan-perbuatan yang menghinakan."

Kemudian Ibnu Katsir menjelaskan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Shaikhan (Bukhari-Muslim) dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Aku tak pernah melihat sesuatu serupa dengan kesalahan-kesalahan kecil dari apa yang dikatakan Abu Hurairah dari Rasulullah saw.,

'Sesungguhnya Allah Ta'ala mencatat atas anak Adam bagiannya dari zina, dan hal itu tak bisa dihindari. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan dengan mengucapkan, zina nafsu dengan berangan-angan dan berkeinginan, dan kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakannya (melakukan atau menghindarinya).'

Ibnu Mas'ud dan Abu Hurairah menafsirkan al-lamam (kesalahan-kesalahan kecil) seperti memandang, mencium, meraba, dan menyenggol lawan jenis, kecuali terjadi persentuhan antara dua alat kelamin, sebab hal ini tergolong zina.

Ibnu Abbas meriwayatkan tafsir yang lain dari al-lamam. Ia berkata, "Maksudnya adalah pria yang berbuat keji kemudian bertobat." Dikatakannya bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jika Engkau (Allah) mengampuni semua (dosa), maka hamba mana yang tidak melakukan dosa-dosa kecil?." Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibnu Jarir dan Tarmidzi yang mengatakan bahwa hadits tersebut tergolong hasan-shahih. Ibnu Katsir mempertegas, "Hadits tersebut juga hasan menurut riwayat dari Abu Hurairah."

Makna kedua tentang tafsir al-lamam adalah al-lamam dan ilmam merupakan suatu (kesalahan) yang dilakukan oleh seorang muslim secara sporadis (kadang-kadang), tidak mendalam, dan tidak terus menerus. Misalnya dikatakan, "Aku telah menghampirinya," berarti ia mengunjunginya dan kemudian pergi lagi. Dikatakan pula, "Aku hanya melakukannya secara sporadis (lamaman wa ilmaaman)," berarti perbuatan tersebut hanya dilakukan sesekali saja.

Keterangan ini menunjukkan bahwa Islam terbuka lebar bagi setiap orang yang tidak sampai melakukan dosa-dosa besar dan sesungguhnya ampunan Allah SWT terbuka bagi setiap pelaku dosa yang bertobat atas dosa-dosanya.

Salah satu kehebatan pendidikan Islam adalah ajaran bahwa seorang muslim tidak perlu ambil pusing (membincangkan, membesar-besarkan, --peny.) terhadap dosa-dosa kecil dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada muslim lainnya yang taat mengerjakan amal-amal fardhu dan menghindari diri dari dosa-dosa besar, karena tidak ada manusia yang terbebas dari dosa (ma'shum) setelah Rasulullah saw.. Setiap anak cucu Adam mempunyai dosa dan Allah SWT tidak menciptakan manusia seperti malaikat yang suci.

Ibnu Jarir meriwayatkan melalui sanadnya, sebuah cerita dari Ibnu 'Aun dari Hasan al-Basri bahwa sekelompok orang menemui Abdullah Ibnu Amr di Mesir. Mereka berkata, "Kami melihat sesuatu (ketentuan) dari Kitab Allah 'Azza wa Jalla yang diperintahkan untuk dilaksanakan, namun tidak dilaksanakan. Maka kami hendak menemui Amirul Mukminin (Umar ibnul Khattab r.a.) untuk membicarakan masalah ini.

Lalu Umar datang dan bertanya, "Kapan datang?" Seorang di antara mereka menjawab, "Sejak ini ... ini ..." "Apakah kamu datang dengan izin?," tanya Umar (Hasan, pembawa cerita ini, berkata, "Kami tidak tahu lagi bagaimana orang ini menjawab pertanyaan Umar"). Orang ini melaporkan, "Ya Amirul Mukminin, sesungguhnya di Mesir ada sekelompok orang menemui kami. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami melihat banyak hal di dalam Kitab Allah yang diperintahkan untuk dilaksanakan, namun tidak dilaksanakan.' Maka mereka ingin bertemu denganmu untuk menyampaikan hal ini." Umar menjawab, "Kumpulkan mereka dan ajaklah kemari."

Hasan berkata, "Orang itu lalu mengumpulkan mereka dan membawanya kepada Umar." Ibnu 'Aun berkata, "Pertemuan dilaksanakan dalam ruang khusus." Kemudian Umar menarik salah seorang dari mereka yang terdekat dengannya. Maka Umar berkata, "Kusumpah engkau demi Allah SWT dan demi hak Islam atasmu. Apakah engkau telah membaca Al-Qur'an secara keseluruhan?" Orang itu menjawab, "Ya." Umar bertanya, "Apakah engkau telah menghayati isinya untuk dirimu?" (Maksudnya, apakah bacaan itu telah diupayakan untuk meluruskan niat, membersihkan hati, dan mengoreksi diri?). "Sungguh tidak (belum)," jawabnya (Andaikan dia menjawab "Ya," maka dia akan dituntut untuk memberikan argumentasi).

Umar kembali bertanya, "Apakah engkau telah mencocokkannya dengan penglihatan, pembicaraan, dan langkah-langkahmu?" Kemudian ditutup dengan pertanyaan terakhir, "Apakah engkau telah mencocokkan pengamalan Al-Qur'an dalam jiwa dan anggota tubuh, perkataan dan perbuatan, serta gerak dan diammu?" Mereka menjawab, "Sungguh tidak (belum)."

Khalifah kedua ini bertanya, "Apakah kalian membebankan kepada orang lain agar melaksanakan Kitab Allah (maksudnya, gambaran yang dipahami mereka tentang isi Al-Qur'an) padahal kalian tidak melaksanakannya sebagaimana pengakuan kalian?"

Allah SWT mengetahui bahwa kita tidak akan lepas total dari kejelekan-kejelekan. Umar kemudian membacakan ayat,

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (an-Nisa: 31)

Ia bertanya, "Apakah ada penduduk Madinah yang mengetahui kedatangan kalian kemari?" "Tidak," jawab mereka. Umar mengatakan, "Andaikan mereka mengetahui kedatangan kalian, tentu aku akan menjadikanmu sebagai bahan pelajaran bagi mereka."1

Dengan fikih ala Umar yang peka terhadap Al-Qur'an ini, ia sangat menekankan masalah kemudahan ini sejak semula, menutup pintu kesulitan dan memfasih-fasihkan bacaan. Meskipun usaha membuat kemudahan-kemudahan ini yang barangkali menyulut datangnya malapetaka (wafatnya, --pent.) yang tidak diketahui duduk persoalannya secara jelas kecuali oleh Allah SWT.
Catatan kaki

1 Disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat "Jika engkau menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya" dari QS an-Nisa'. Ibnu Jarir dan 'Uqbah berkata, "Riwayat ini bersanad shahih dan bermatan hasan, meskipun terjadi keterputusan periwayatan Hasan dari Umar r.a." (Namun hadits ini cukup dikenal).



(sebelum, sesudah)

Kebangkitan Islam dalam Perbincangan Para Pakar
(As-Shahwatul Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili)
Penerbit GEMA INSANI PRESS
Jl. Kalibata Utara 11 No. 84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388HURAIAN TABARUJ


Tabaruj, ialah mendedahkan kecantikan rupa paras, samada kecantikan itu di bahagian muka atau di anggota ² badan Al-Bukhari Rahmatullahi’ Alaihi ada berkata “ Tabaruj iaitu seseorang wanita yang memperlihatkan kecantikan rupa parasnya”.

Untuk menjaga masyarakat dari bahaya pendedahan aurat dan di samping menjaga kehormatan wanita dari sebarang pencerobohan, maka dengan yang demikian, Allah swt melarang setiap wanita yang telah berakal lagi baligh dari bermake-up (tabaruj).

Maka dengarlah wahai ummah Islam semua , Allah swt berfirman “Katakanlah kepada wanita yg beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya.Dan hendaklah mereka menutup kain tudung ke dadanya dan jangan menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami² mereka. Dan janganlah mereka menghentakkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang kamu sembunyikan.Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang² yang beriman supaya kamu beruntung.

(AN-NISA’: 31)

Ketahuilah bahawa kain tudung yang dimaksudkan Allah “ Hendaklah mereka menutupkan kain ke dadanya”…. Bukanlah terhenti di bahagian kepala sahaja malahan menutupi bayangan mutiara yang tersisip di dada juga disuruh. Sesiapa yang mendedahkan bahagian kepala atau bahagian dadanya maka sudah jelas, ia bukan dari seorang yang menghormati suruhan Allah swt. Akibat dari kecuaian dan kelalaian tersebut sudah pasti azabnya amatlah pedih di akhirat nanti.

Awas! Wahai golongan wanita, Allah telah berfirman “ Jangan menampakkan perhiasan…”. Dengan ini, sudah jelas bahawa sebarang corak perhiasan di anggota badan atau di pakaian adalah boleh membawa fitnah. Dengan inilah Allah swt melarang bermake-up.Larangan seperti ini hanya sanggup ditaati oleh wanita² yang beriman sahaja kerana takut kepada murka Allah dan siksaNya.

Pengertian perhiasan bukanlah tertentu pada alat² solek atau fesyen² pakaian sahaja, malahan perhiasan yang paling istimewa adalah terletak pada tubuh badan seseorang wanita itu.Jika kecantikan rupa paras seperti ini didedahkan kepada yang lelaki, maka perbuatan yang demikian juga dinamakan TABARUJ.

Ada pula di kalangan wanita yang bertudung, di samping tudung ini diletakkan pula di atasnya kaitan bunga dan ukiran yang menarik, manakala rambutnya yang di bahagian hadapan sengaja dihulurkan keluar dari kain tudung, dan terjuntai menutupi sebahagian dahi dan lesung pipitnya. Andainya angin bertiup, sudah pasti rambut tadi akan terlambai² mengikut arus bayu. Ada fesyen pula, rambutnya disanggul dan dihias pula laksana mahkota, kerana dengan ini, setelah nanti dilekatkan dengan kain tudung, semakin jelas bentuk dan keindahan mahkotanya.

Usaha dan idea seperti ini dilakukan agar ia kelihatan menarik, dan kononnya supaya dianggap orang, bahawa ia juga seorang yg mentaati Allah di samping pandai pula sesuaikan diri dengan pelbagai fesyen pakaian mengikut zaman.

Sebenarnya perkara ini adalah salah. Allah swtlebih mengetahui segala persoalan yang tersirat di dalam otak anda. Penzahiran tindakan ini bererti kamu menipu diri sendiri. Akhirnya anda juga tergolong dlm golongan wanita² yang bermake-up spt dalam firman Allahdalam ayat yg lalu.

Dari sini mari pula kita tinjau ayat Al-Quran yang bermaksud “ Dan janganlah kamu hentakkan kaki agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”. Dari kandungan ayat ini, Allah juga melarang setengah golongan wanita( tradisi mereka ini bergelang kaki) dari menghulurkan kaki hingga terlihat perhiasan tersebut.

Andainya baju yang dipakai menutupi aurat, tetapi oleh kerana hoyongan badan berjalan, pakaian itu turut terhoyong hingga kadang-kadang ternampak bentuk badan di sesetengah bahagian anggota, keadaan seperti ini dimaafkan.

Berikut pula mari kita merenung firman Allah swt khasnya yang ditujukan kepada isteri-isteri Rasulullah saw;
“Hai isteri-isteri Nabi(a.s.), kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Kerana itu janganlah kamu terlalu lunak dalam bicarahingga berkeinginanlah orang yang ada perasaan serong di dalam hatinya, tetapi ucaplah perkataan yang baik”. (Al-Ahzab:32)

Dalam ayat ini dapatlah difahamkan bahawa suara lemah-lembut adalah sebahagian drpd aurat wanita juga.Kembali lagi kita kepada jenis alat-alat make up.Rasulullah saw bersabda:

“ Andainya wanita keluar dari rumah serta memakai bau-bauan, maka dia sudah dianggap melakukan penzinaan”

Penggunaan minyak wangi sembur atau jenis-jenis bauan bagi kaum wanita di waktu keluar dr rumah adalah dilarang, kerana syariat Islam, apabila melarang penzinaan, maka segala sumber-sumber dan ciri-ciri yang membawa kpd perbuatan keji tadi semuanya dilarang.

Ummu Salamah ada menceritakan, maksudnya begini: Asma’ bt Abu Bakar telah menziarahi Rasulullah saw pada suatu hari dgn berpakaian tipis.Lantas Baginda saw menasihatinya dgn bersabda:

“Wahai Asma’!Sesungguhnya seseorng gadis yang telah berhaid (baligh) tidak harus baginya menzahirkan anggota badan, kecuali yg ini dan ini.” Di samping itu, Rasulullah saw mengisyaratkan kpd muka dan dua tapak tangannya.

Alangkah bahagianya seorng wanita bersifat sederhana di luar, tetapi menjadi peragawati di dalam rumah. Sudah tentu ia tidak menerima teguran yg banyak, kerana bukan mudah utk melayan selera jumhur(org ramai), tetapi suami di rumah mudah dilayan. Jika masih ada teguran darinya, itulah alamat suami yang sayangkan isterinya. Besok atau setelah menerima wang gaji, segala kehendak pasti dipenuhi.

Kesimpulan hadith tadi , bolehlah difahamkan bhw Allah swt membenarkan bagi wanita membuka muka dan dua tapak tangan jika anggota ini tak di make up. Andainya anggota-anggota tersebut dihiasi umpamanya muka berbedak, kening bercelak, bibir bergincu dsbnya, maka kawasan muka spt ini wajib juga ditudung dgn kain tudung.Begitu juga dgn tapak angan hingga ke pergelangan. Andainya dihiasi (seperti berinai atau seumpamanya) maka wajiblah di tutup spt sarung tangan.

Tujuan suruhan ini adalah utk menghindarkan dari berlakunya sebarang kemungkaran. Setelah seseorg wanita tidak lagi bermake up kecuali utk dipersembahkan kepada suaminya, dgn tertegaklah suatu benteng yang dapat menyekat sebarang renungan dan kerlingan mata keranjang.

Pendedahan perhiasan yg dilakukan oleh wanita dengan mempamerkan kejelitaan tubuh mereka dianggap sbg satu penipuan yg besar terhadap lelaki.Pendedahan tersebut boleh menimbulkan berahi setiap lelaki.Perbuatan ini umpama membentangkan juadah makanan di hadapan mereka. Andainya makanan enak terbentang di hadapan mereka, mata siapa yg tidak terbeliak? Selera siapakah yg tidak terbuka? Natijah drpd ini pula Allah swt tidak ketinggalan memerintah kaum lelaki supaya mereka pelihara penglihatan mereka drpd melihat perkara yg diharamkan.Larangan tersebut terdapat d dlm firmanNya:

“ Katakanlah kepada orang lelaki yg beriman: Hendaklah mereka pelihara (menahan) pandangan dan pelihara kemaluannya……..”
(A-Nur: 30)


Demikian juga Allah swt menyuruh perempuan supaya menahan pandangan mereka dlm surah An-Nur ayat 31.Kesimpulan drpd ini ialah PANDANGAN BOLEH MEMBAWA KEPADA ZINA.








LARANGAN BERHIAS DAN BERBUSANA BERLEBIHAN
Di riwayatkan dari Aisyah Ra,katanya ketika Rasulullah S.A.W sedang duduk beristirahat di masjid,tiba-tiba ada seorang perempuan golongan Muzainah terlihat mempamerkan dandanannya di masjid sambil menyeret nyeret busana
panjangnya Rasulullah S.A.W bersabda:"Hai sekalian manusia ,laranglah isteri-istreimu (termasuk anak-anak remaja perempuan yang mereka miliki)mengenakan dandanan seraya berjalan angkuh di dalam masjid. Sesungguhnya Bani Israil tidak akan dilaknati sehingga kaum perempuan mereka dandanan mencolok (berlebihan) dan berjalan di dalam masjid.(Di riwayatkan Ibnu majah)
Rasulullah S.A.W bersabda:"mana-mana saja seorang perempuan yang mengenakan wangian, kemudian keluar rumah lalu melewati orang banyak dengan maksud agar mereka mencium bau harumnya,maka perempuan itu termasuk golongan perempuan yang berzina dan setiap mata yang memandang itu melakukan zina (diriwayatkan Ahmad Annasai dan Al Hakim dari Ibnu Abu Musa Al Asy'ari)
Rasulullah S.A.W bersabda :"Aku melihat di syurga ,ternyata sebagian besar isinya (yakni penghuninya )adalah golongan orang fakir.Dan aku melihat neraka ternyata sebagian besar penghuninya kulihat dari golongan orang perempuan".(Diriwayatkan oleh Ahmad,Muslim,Turmudzi,dari Anas dan diriwayat oleh Bukhari dan Turmudzi dari Imran bin Hashin)
Yang demikian itu di sebabkan karana,mereka sedikit sekali mentaati Allah ,mentaati Rasul-NYA dan mentaati suaminya. Sebaliknya mereka lebih suka mempamerkan dandannannya ertinya tabaruj.
Dalam pengertiannya yang di sebut "tabaruj" adalah seorang perempuan apabila bermaksud keluar rumah mengenakan pakaian yang lebih bagus dan berdandan mencolok yang tidak biasanya seperti itu.Ia keluar itu dapat mengganggu kaum lelaki,Kalaupun ia mampu menyelamatkan diri,tetapi kaum lelaki tidak akan selamat dari sikapnya.Kerana itu Nabi Muhammad S.A.W menngingatkan bahwa,orang perempuan itu segala aurat.
Rasulullah S.A.W bersabda :"Orang perempuan itu segala aurat.Apabila keluar rumah maka syaitan memperhatikannya terus untuk menyesatkannya.Dan yang lebih mendekatkan seorang perempuan kepada Allah adalah jika berada di rumahnya".
Dalam Riwayat lain di jelaskan:"Orang perempuan itu segala aurat,maka jauhilah mereka,kerana manakala seorang perempuan keluar jalan,dan keluarganya berkata:"hendak kemana kamu..?".Ia menjawab:"aku hendak menziarahi orang
sakit,atau aku hendak mengiringi jenazah,maka tidak henti hentinya syaitan menggodanya hingga ia mengeluarkan lengannya (yakni ia mengeluarkan sebagian tubuhya).Tidak ada perempuan yang berusaha memperoleh keredhoan Allah seperti kalau dirinya tinggal di rumah,menyembah Tuhannya dan mentaati suaminya'.



Hatim Al Asham mengatakan,wanita solehah itu menjadi tiangnya agama dan sebagai pemakmur (yang meramaikan)rumah serta membantu suami melaksanakan ketaatan pada Allah.Sebaliknya perempuan yang suka melanggar hukum,dapat menghancurkan hati suaminya dengan tertawa.
Abdullah bin 'Umar r.a mengatakan:"Tanda tanda perempuan yang solihah adalah,jika mempunyai kecintaan takut pada Allah dan bersikap qona'ah (menerima apa adanya) terhadap apa yang di berikan Allah.Ia di hiasi sifat pemurah
terhadap perkara yang di miliki,ibadahnya baik,berbakti pada suami dan gemar mempersiapkan diri beramal soleh untuk persiapan mati.

A. DOSA MENURUT ISLAM

Ada banyak istilah dosa dalam Al Qur'an. Dan yang paling menonjol di antaranya adalah:

1.

Al Dhanb (pelanggaran, kejahatan, kejijikan) - Dalam Al Qur'an terdapat 39 ayat tentang pokok ini. Semuanya berhubungan dengan ungkapan dalam ayat berikut ini: "Sesungguhnya Kami memenangkan engkau (ya, Muhammad) dengan kemenangan yang nyata, supaya Allah mengampuni dosamu (Al Dhanb)" (S.48 Al Fath 1-2).

2.

Al Fahsha' (perbuatan keji, kejahatan, perzinahan) - Istilah ini lazim digunakan untuk dosa zinah. Al Qur'an melarang dosa ini: "Janganlah kamu hampiri perbuatan keji, baik yang lahir ataupun yang batin" (S.6 Al An'am 151).

3.

Al Wizr (letih-lesu, beban, rintangan) - "Bukankah Kami (Allah) telah melapangkan dadamu dan telah Kami ringankan bebanmu (Al Wizr) yang berat. Yang memberati punggungmu" (H. Al Insyirah 1-3).


Al Fakhr Al Razi menjelaskan ayat ini demikian; suatu ketika Malaikat Jibrail mengunjungi Muhammad membelah dadanya dan mengambil hatinya. Hati itu dibersihkan dan disucikan dari segala bentuk pemberontakan. Kemudian diisi dengan pengetahuan dan iman.


Ibnu Hisam, mengutip Muhammad Ibnu Ishaq menjelaskan: "Suatu kelompok sahabat Muhammad bertanya kepadanya, 'Ya Nabi Allah, ceritakanlah kepada kami kisah tentang dirimu', Nabi menjawab, 'Saya dirawat di kalangan bani Sa'd. Ketika saya bersama saudara angkat saya sedang menggembalakan ternak di belakang rumah kami, datanglah dua orang berpakaian putih membawa sebuah baskom emas penuh dengan salju. Mereka membawa saya dan membelah tubuh saya. Hati saya diambil dan dibelah. Malaikat itu mengeluarkan sebuah gumpalan hitam dari dalam hati saya dan membuangnya. Kemudian hati dan tubuh saya dibasuh dengan salju. Sesudah itu malaikat itu berkata kepada malaikat lainnya, 'Timbanglah dia dengan sepuluh orang'. Saya ditimbang dan ternyata lebih berat dari 10 orang itu. Malaikat berkata lagi, 'Timbanglah dia dengan 100 orang', Malaikat yang satu menimbang saya lagi dan berat saya melebihi berat 100 orang itu. Malaikat berkata lagi, 'Timbanglah dia dengan 1.000 orang', Saya ditimbang dan masih lebih berat dari mereka. Akhirnya malaikat itu berkata, 'Biarkanlah dia, demi Allah, sekiranya engkau ingin menimbangnya dengan seluruh umatnya, dia tetap melebihi berat mereka.'"

4.

Al Dalal (tersesat) - "Bukankah engkau didapatiNya seorang anak yatim, lalu dilindungiNya? Dan engkau didapatiNya dalam kesesatan (belum mendapat petunjuk), lalu ditunjukiNya dan engkau didapatiNya seorang miskin, lalu diberiNya kekayaan" (S.93 Adh Dhuhaa 6-8). Al Kalbi menafsirkan kata "hilang" dan "sesat" dengan "tidak percaya".

5.

Al Kufr (kafir, ateisme) - Seperti kata Al Qur'an pada orang beriman: "..tetapi Allah membencikan kepadamu kekafiran (Al Kufr), pasik dan kedurhakaan" (S.49 Al Hujurat 7). Al Zamakhshari menjelaskan: "Dalam ayat ini terdapat tiga hal, yakni; Al Kufr, menyangkal Allah, Al Fusuk untuk berdusta dan Al Usyan yang artinya durhaka".

6.

Al Zulm (tidak adil, jahat, tidak tulus) - Seperti dikatakan: "Ketika Tuhanmu menyeru Musa, 'Hendaklah engkau pergi kepada kaum aniaya (Al Zalimin)" (Asy- Syu'araa 10).

7.

Al Ithm (jahat, jijik, perlawanan) - Al Qur'an berkata: "Tinggalkanlah dosa lahir dan dosa batin. Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa itu, nanti akan dibalas karena dosa yang telah mereka kerjakan itu" (S.6 Al An'am 120).

8.

Al Fudjur (bejat, jahat) - Al Qur'an berkata: "Dan sesungguhnya orang-orang jahat (Al Fudjur) dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada Hari Pembalasan" (S.82 Al Infithaar 14-15).

9.

AlKhati'a ( dosa, pelanggaran) - Al Qur'an berkata: "Barang siapa memperbuat kesalahan kecil (Al Khati'a) atau dosa besar (Al Ithm) kemudian dilemparkannya kesalahan itu kepada orang yang tak bersalah, sesungguhnya ia memikul kebohongan (Al Buthan) dan dosa yang nyata" (S.4 An Nissa 112).


Dalam ayat ini ada tiga istilah dosa, yakni; Al Khati'a, Al Ithm dan Al Bhutan. Al Imam Al Razi membedakannya sebagai berikut:

*

Al Khati'a untuk dosa kecil dan Al Ithm untuk dosa besar.

*

Al Khati'a menunjuk pada satu kesalahan yang berakibat langsung pada diri sendiri, sedangkan Al Ithm adalah dosa terhadap orang lain, misalnya ketidakadilan dan pembunuhan.

*

Al Khati'a adalah tindakan yang tidak patut, dosa karena keliru, sedangkan Al Ithm adalah dosa yang direncanakan.

Al Bhutan menunjuk pada dosa melemparkan kecurigaan yang menjijikkan pada orang yang tak bersalah. Seorang pengumpat akan dikecam keras di dunia dan dihukum secara mengerikan dalam kekekalan.

10.

Al Sharr (jahat) - Al Qur'an menyatakan: "Barang siapa mengerjakan kejahatan (Al Sharr, meskipun seberat zarrah, akan dilihatnya (balasan) kejahatan itu, (zarrah = debu halus atau semut halus)" (S.99 Al Zalzalah 8). Ja'far Tabari, mengutip Yunus bin Abdul Al'a'la dari Ibnu Wahab dari Yahya bin Abdul Al Rahman Al Hubali dari Abdul Allah bin 'Amr Al'as berkata: "Pasal ini di turunkan ketika Abu Bakar Al Sadik sedang duduk. Ia menangis waktu ayat ini di turunkan. Nabi Allah bertanya kepadanya, 'Mengapa engkau menangis Abu Bakar?', jawabnya, 'Surat inilah yang membuat aku menangis'. Nabi Allah berkata, 'Jika engkau tidak berbuat dosa dan mengerjakan salah yang karenanya beroleh pengampunan Allah, maka Allah akan menciptakan satu umat yang akan berbuat dosa dan salah dan kemudian mengampuni mereka'".

11.

Al Sayyi'a (pelanggaran, kejahatan) - Al Qur'an berkata: "Barang siapa berbuat kejahatan (Al Sayyi'a), maka disungkurkan mukanya ke dalam neraka" (S.27 An-Naml 90). Ibnu 'Abbas berkata: "Sewaktu ayat ini di turunkan, orang beriman tidak mampu menanggungnya dan berkata kepada Muhammad, 'Siapakah di antara kami yang tidak mengerjakan kejahatan dan bagaimana dengan pembalasannya?' Muhammad menjawab, 'Allah telah menjanjikan berkat 10 kali lipat bagi orang yang taat dan satu hukuman untuk satu ketidaktaatan. Sebab itu orang yang ditanggungkan satu kesalahan akan kehilangan satu dari sepuluh berkat itu dan tinggallah yang sembilan'".

12.

Al Su' (Jahat, kemalangan) - Dikatakan: "Barang siapa mengerjakan kejahatan (Al Su) niscaya akan dibalas dengan kejahatan pula, sedang ia tiada memperoleh wali dan tiada pula penolong selain dari Allah" (S.4 An Nisaa' 123).

13.

Al Fasad (binasa) - Dinyatakan dalam Al Qur'an: "Apabila ia berpaling, ia berusaha di muka bumi berbuat kebinasaan dan merusakkan tanaman dan anak-anak. Dan Allah tiada mengasihi kebinasaan itu" (S.2 Al Baqarah 205).

14.

Al Fisk (kejam, fasik) - Ada tertulis dalam Al Qur'an: "Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada engkau beberapa ayat yang terang dan tiadalah yang menyangkal, kecuali orang-orang fasik" (S.2 Al Baqarah 99). Para penafsir mengemukakan bahwa Al Fisk terjadi pada waktu seseorang melampaui apa yang telah ditetapkan Allah dan di sinilah kefasikan menjadi kekafiran.

15.

Al Bhutan (fitnah, bohong) - Ada tertulis, "Mengapa tiada kamu katakan, ketika kamu mendengarnya; Bahwa kita tiada sepatutnya bercakap-cakap tentang hal ini. Maha suci Engkau (ya Allah). Inilah Kebohongan yang besar (S.24 An Nur 16).

Masih banyak lagi istilah dosa lainnya. Kita tidak punya tempat yang cukup untuk mencatat istilah-istilah tersebut berikut ayat-ayat Al Qur'an yang menunjangnya. Sebelum mengakhiri pembahasan ini, perlu ditegaskan bahwa Al Qur'an mengajarkan adanya "dosa asal" yang disebabkan kejatuhan Adam dan Hawa serta keturunannya. Banyak ayat Al Qur'an mendukung hal ini. Mari kita teliti beberapa ayat yang jelas dan mudah dipahami.

Sebagai contoh, Al Qur'an mengatakan, "Berkata Kami, 'Hai Adam, tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam Surga, dan makanlah buah-buahnya dengan senang menurut kehendakmu; dan janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang aniaya. Kemudian keduanya diperdayakan oleh syetan, sampai dikeluarkan dari (kesenangan) yang telah didapatinya. Berkata Kami, 'Turunlah kamu, sebagian kamu dengan yang lain bermusuh-musuhan; dan untukmu tempat kediaman di atas bumi dan kesenangan, hingga seketika (sampai ajalnya). Kemudian Adam memperoleh kalimat dari Tuhannya (ia minta ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima Taubat lagi Penyayang'" (S.2 Al Baqarah 35-37).

Sarjana-sarjana Arab berbeda pendapat, mengenai tempat Adam dan Hawa berada sebelum mereka jatuh dalam dosa. Abu Kasim Al Balkhi dan Abu Muslim Al Isfahani berkata, bahwa surga itu (taman) berada di atas bumi dan kejatuhan (Al Ihbat) hanyalah satu perpindahan tempat karena Al Qur'an menggunakan kata kerja "turun" (Ihbat) untuk "pindah". Sebagai contoh, "turun ke Mesir" (Bandingkan Al Baqarah 61). Al Djabba'i berpendapat, Surga (Taman berada di langit ketujuh karena dikatakan "turun dari sana.

Perlu dicatat, Al Qur'an sama halnya dengan Kitab Kejadian mengenai pemberontakan Adam, makan buah pohon di tengah-tengah taman itu. Hanya sarjana Islam berbeda pendapat mengenai jenis pohon tersebut. Mereka menyimpan banyak catatan berdasarkan bukti-bukti tradisi Islam, antaranya;

1.

Ishak, mengutip 'Abdul Razzak, mengatakan: "Kami diberitakan oleh Ibnu 'Uyayna dan Ibnu Mubarak dan Al Hasan bin 'Amara dan Minhal bin 'Amru dan Sa'id bin Jibair dan Ibnu 'Abbas, bahwa jenis pohon yang dilarang Allah kepada Adam dan isterinya adalah 'bulir jagung'".

2.

Ibnu Hamid berkata sesuai tuturan Salama yang mengutip Ibn Ishak, beberapa orang Yaman, dan Wahab bin Munabbih Al Yamani, jenis pohon itu adalah gandum dengan bulir sebesar ginjal lembu, lebih halus dari mentega dan lebih manis dari madu.

3.

Dikatakan, Abu Bakar Al Saddik pernah bertanya pada Nabi Allah tentang jenis pohon itu dan dijawab, "Pohon yang diberkati itu adalah pohon jagung (bulir jagung)".

4.

Salama berucap sesuai dengan yang disampaikan Muhammad bin Ishak dan Ya'kub bin 'Ataba, bahwa pohon tersebut adalah yang digosok-gosok malaikat untuk mendapatkan kekekalan.

5.

Ibnu Waki' berkata sesuai dengan yang disampaikan 'Abd Allah yang menerimanya dari Isra'il, juga diterima dari Al Saddi, dan dituturkan oleh Ibn Abbas, bahwa pohon itu adalah pokok anggur.

6.

Mudjahid dan Katada mengatakan itu sebagai pohon ara.

7.

Al Rabi' Ibnu Uns berkata, bahwa orang yang memakan buah itu pasti akan membuang air besar, sedangkan di Surga dilarang berbuat seperti itu.

Al Qur'an sejalan dengan Alkitab mengenai Adam dan Hawa menelan buah pohon karena tipu daya iblis, seperti yang dikemukakan: "Syetan menyesatkan mereka".

Ibnu Djuradj mengutip Ibnu Abbas mengatakan: "kata 'sesat' seharusnya, 'dia menggoda mereka'".

Menurut Al Qur'an, Adam adalah seorang Nabi. Dan Islam mengajarkan bahwa Nabi tidak dapat berbuat salah. Timbul masalah dengan kejatuhan Adam. Para penafsir telah berusaha keras untuk menghindar dari masalah ini. Ada yang berpendapat, ketika pelanggaran itu terjadi, Adam belum menjadi nabi. Pandangan ini tidak diterima secara bulat. Sedangkan kelompok lain berpendapat bahwa Adam sudah menjadi seorang Nabi sejak awal. Pelanggaran terjadi karena faktor 'lupa'. Mereka menyamakan hal ini dengan seorang yang sedang menjalankan puasa, lalu lupa akan puasanya dan makan dengan tidak sengaja karena tenaganya telah diserap oleh kegiatan hidup sehari-hari. Ada lagi yang berpendapat bahwa Adam melakukan pelanggaran dalam keadaan mabuk setelah disuguhi anggur oleh isterinya. Jadi dia melakukan dosa karena mabuk.

Saya sendiri sulit untuk mengerti, bagaimana sampai penjelasan-penjelasan seperti ini diterima, sedangkan Al Qur'an sendiri mengatakan: "Kemudian Adam memperoleh kalimat dari Tuhannya (ia minta ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat lagi Penyayang" (S.2 Al Baqarah 37).

Kata "taubat" menyatakan sepenuhnya, bahwa Adam telah jatuh dalam dosa dengan sadar, seperti yang dikemukakan Alkitab dengan ia menyalahkan isterinya.

Banyak sarjana mengakui, bahwa Adam makan buah itu dengan sengaja. Abdul Dja'far Al Tabari, mengutip Yunis Abdul Al'A'la dan Wahab dan Ibnu Zayd dalam menjelaskan kalimat: "Adam menerima kalimat dari Tuhannya", berkata, 'Allah telah mengajarkan mereka ayat ini, 'Yah Tuhan, kami telah berdosa pada diri kami. Jikalau Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami, pasti kami tersesat'.

Musa bin Harun mengutip 'Amr bin Hammad dan Asbat dan Al Saddi, dalam menjelaskan "Adam menerima kalimat dari Tuhannya", berbunyi, "Adam berkata kepada Tuhan, 'Bukankah Engkau menciptakan aku dengan tanganMu?'. JawabNya, 'benar'. 'Tidakkah Engkau telah menghembuskan rohMu?' JawabNya, 'benar'. 'Bukankah kemurahanMu melebihi murkamu?' JawabNya, 'benar'. Dia berkata lagi, 'Yah Tuhan, apakah Engkau telah menetapkan aku untuk melakukan hal ini?' Juga jawabNya, 'benar'. Kemudian dia berkata, 'Yah Tuhan, jika aku taubat dan membayar semua kesalahanku, maukah Engkau menempatkan aku kembali ke Surga (Taman)?' JawabNya, 'benar' dan Allah Tuhannya memilih dia dan menerima taubat serta membimbingnya'". Tulisan lain berasal dari Muhammad bin Bashshar yang mengutip Abd Al Rahman bin Mahdi, disampaikan oleh Sufyan, yang diceritakan oleh Abd Aziz bin Rafi, sesuai dengan informasi yang diterima seorang dari Ubyad bin Umayr, mengatakan bahwa Adam berucap; "Yah, Tuhan, apakah dosa yang telah aku perbuat sudah Kau takdirkan sebelum Engkau menciptakan aku ataukah itu sesuatu yang Kau ciptakan sendiri?" Allah menjawab: "Itu sudah Kutakdirkan sebelum Aku menciptakanmu." Adam berkata lagi: "Seperti Engkau telah mentakdirkan itu untukku, ampunilah aku." Inilah latar belakang turunnya ayat "Adam memperoleh kalimat dari Tuhannya".

Semua penjelasan ini belum dapat menghilangkan satu kenyataan logis, "Adam memilih untuk melakukan dosa." Hal mana telah direnungkan Al Fakhr Al Razi dalam kata-katanya: "Banyak ayat yang dianut mereka (para sarjana Islam) sehubungan dengan perilaku manusia dan yang pertama adalah kisah Adam. Mereka menganut tujuh paham berikut ini:

1.

Bahwa dia tidak taat. Ketidaktaatan adalah dosa besar dalam dua hal. Pertama, Al Qur'an menuntut adanya hukuman atasnya sesuai dengan Firman Yang Maha Tinggi: 'Barang siapa yang tidak mentaati Allah dan NabiNya menghendaki api neraka'. Kedua, kata 'tidak taat' adalah julukan penghinaan yang tidak patut dan hanya ditujukan pada mereka yang telah melakukan dosa besar.

2.

Telah diungkapkan dalam kisah Adam bahwa dia terbujuk seperti dikatakan Al Qur'an: 'dia diperdayakan', dan memperdaya berarti menentang bimbingan yang benar.

3.

Dia seorang yang bertobat. Seorang yang bertobat adalah orang berdosa. Orang bertobat menyesali dosanya dengan sungguh disertai rasa sesal yang dalam karena dirinya adalah orang berdosa. Apabila berdusta, dia telah berdusta dengan menipu. Jika dia benar, terbukti dia adalah orang berdosa.

4.

Dia sudah mengerjakan apa yang dilarang oleh Firman Allah: "Bukankah Aku telah melarang pohon itu kepada kamu berdua?" Dan, 'Jangan dekati pohon itu, ' dan mengerjakan yang dilarang merupakan akar dosa.

5.

Dia dinamakan orang berdosa sesuai dengan kalimat Allahnya: "Maka kamu akan berasal dari orang berdosa. Dia (Adam) menyebut dirinya seorang berdosa dalam kalimat, 'Yah, Tuhan, kami telah berdosa pada diri kami sendiri'. Pelanggar Firman mendapat kutukan Tuhan sesuai Firman Allah, 'Sesungguhnya kutuk dari Allah menetap atas orang-orang berdosa', dan mereka yang mewarisi kutuk adalah orang berdosa besar.

6.

Dia (Adam) mengakui, kalau bukan pengampunan dari Allah yang diberikan kepadanya maka dia termasuk di antara mereka yang sudah kehilangan segalanya. Dengan ini dia sudah menyatakan diri sebagai orang yang berdosa besar.

7.

Dia dikeluarkan dari Taman atas tuduhan jahat Syetan, dan kehancurannya sebagai imbalan mentaati Syetan, menyatakan dia seorang berdosa besar.

Para sarjana berbeda pendapat bagaimana Syetan masuk dalam Surga dan menipu Adam. Al Kassas, mengutip Wahab bin Munabbih dan Al Saddi dan Ibn 'Abbas, berkata, 'Ketika Syetan berniat memasuki Surga, dia dilarang malaekat penjaga. Sesudah menyatakan diri pada semua binatang yang ada dan tidak satupun menerimanya, Syetan mendapatkan ular, makhluk berkaki empat dan seekor binatang melata terbaik. Ular menelan Syetan dan membawanya masuk ke Surga secara rahasia. Sewaktu memasuki Surga Syetan keluar dengan berbisik-bisik. Karena hal itulah maka ular dikutuk. Ia kehilangan keempat kakinya, melata dengan perut, makan lebuh tanah dan menjadi musuh anak-anak Adam."

Dalam sebuah buku (Djami 'Al Bayan) Al Tabari mengutip Hasan Abi Yahya dan 'Abd Al Razzak yang berkata: "'Amr bin 'Abd Al Rahman bin Muharrib, bercerita, dia mendengar Wahab bin Munabbih menyampaikan, 'Ketika Allah menempatkan Adam dan keturunannya di Surga, Ia melarang mereka terhadap 'pohon', yang bercabang banyak dan berbuah lebat, sebuah pohon yang diambil malaekat untuk mencapai kekekalan. Buah pohon ini yang dilarang Allah untuk Adam dan isterinya.' 'Sewaktu iblis berniat menjatuhkan mereka, ia memasuki ular berkaki empat, binatang terbaik di antara binatang melata, ciptaan Allah. Ketika ular memasuki Surga iblis keluar, memetik buah pohon yang dilarang Allah bagi Adam dan isterinya dan membawa buah itu kepada Hawa sambil berkata, 'Pandanglah buah ini, alangkah harum baunya, sedap rasanya dan elok warnanya. 'Hawa mengambil buah itu, dimakannya dan dibawa kepada Adam sambil berkata, 'Pandanglah buah ini, alangkah harum baunya, sedap rasanya dan elok warnanya.' Adam turut makan dari buah itu, dan tumbullah rasa malu dalam diri mereka. Adam bersembunyi dalam lubang pohon itu. Tuhan memanggil, 'Hai Adam, dimanakah engkau?' Jawabnya, 'Aku disini, Tuhan.' Allah bertanya, 'Maukah engkau keluar?' Adam menjawab, 'Aku malu berada dihadapanMu, yah Tuhan!' Allah berfirman, 'Terkutuklah bumi yang darinya engkau dijadikan. Kutuk akan merubah buah menjadi semak duri. ' (Tiada lagi ada yang baik di Surga (Taman) maupun di atas bumi sesuatu seperti itu (buah) yang lebih baik dari pisang dan seroja atau teratai). Dan Allah berfirman lagi, 'Hai Hawa, engkau telah memperdaya hambaKu. Engkau akan hamil dengan keengganan dan menghadapi maut setiap melahirkan anak.' Kepada ular Allah berfirman, 'Engkau satu-satunya yang membawa 'si terkutuk' itu ke dalam Taman untuk menipu hambaKu. Sebab itu, 'terkutuklah kau sepenuhnya. Kakimu akan masuk ke dalam perutmu dan tidak akan ada makanan lagi bagimu selain lebuh tanah dan manusia akan menjadi musuhmu. Engkau akan meremukkan tumit mereka setiap menjumpai mereka dan mereka akan meremukkan kepalamu.

Ahli-ahli hukum Islam lain berpendapat; Adam dan Hawa ketika itu sedang menuju pintu gerbang Taman dan Iblis yang sudah menanti di situ berbisik kepada mereka.

Ada bagian-bagian Al Qur'an yang menjernihkan masalah; Apakah Adam itu seorang berdosa atau tidak. Dikatakan: "Syetan mewas-waskan (memperdaya) katanya, 'Hai Adam, maukah Kutunjukkan kepadamu sepohon kayu kuldi (kekal) siapa memakan buahnya niscaya kekal dalam surga dan kerajaan yang tiada akan habis, lalu keduanya memakan buah itu, maka kelihatanlah kemaluannya, lalu keduanya menutupinya dengan daun pohon kayu surga. Dan Adam mendurhakai Tuhannya, lalu ia jahil (tersesat)" (S.20 Thaha 120-121).

Kata "jahil" (tersesat) diambil dari akar kata "keselamatan". AL Razi menjelaskan, "sesat" sinonim dengan "kesalahan". Kesalahan adalah lawan kata dari integritas perilaku. Itulah dosa bejat diredam dalam hidup yang risau.

Abu Imam Al Bahili berkata: "Masalah Adam adalah masalah istimewa. Allah membangkitkan dalam dirinya satu keinginan akan hidup tenang dan teratur, dengan berfirman, 'Jangan dia mengeluarkan kamu berdua dari dalam surga nanti engkau celaka, dan sesungguhnya engkau tiada lapar di dalamnya dan tiada pula bertelanjang, dan sesungguhnya tiada haus di dalamnya dan tiada pula (panas) waktu matahari naik" (S.20 Thaha 117-119).

Iblis juga membuatnya ingin hidup tenang dengan berkata: "Maukah kutunjukkan kepadamu sepohon kuldi (kekal)?" Ia juga menimbulkan keinginan hidup teratur dalam perkataannya: "...dan kerajaan yang tiada akan habis. "Segala yang diciptakan Allah, yang dirindukan Adam, sama dengan yang dikemukakan Iblis. Allah melarang Adam menyentuh pohon itu.

Karena Adam memiliki akal budi sempurna, yang mengenal Allah sebagai Tuhan, Guru dan Penolongnya dan ia tahu Iblis sebagai musuhnya, timbul pertanyaan, "Bagaimana mungkin ia menerima perkataan Iblis yang dikenal sebagai musuhnya dan menolak firman Allah?" Satu kenyataan, para penafsir tidak dapat meniadakan begitu saja pelanggaran Adam, karena Al Qur'an mengakuinya: "Adam mendurhakai Tuhannya, lalu ia jahil (tersesat)."

Semua ahli tafsir sependapat berdasarkan ayat-ayat Al Qur'an, "pemberontak" adalah dosa. Dan pemberontak adalah julukan penghinaan besar, ditujukan kepada yang melakukan dosa besar. Mereka tidak merinci apa yang dimaksud dengan melakukan dosa besar itu. Hanya dijelaskan sebagai orang yang melakukan perbuatan yang patut dihukum.


B. DOSA MENURUT IMAN KRISTEN

Dosa nampak jelas dalam sejarah manusia. setiap orang yang menyelidik harinya atau memperhatikan perilaku sesamanya, mengakui kenyataan dosa ini. Semua manusia termasuk yang belum pernah menerima pernyataan illahi, sadar akan dosanya dan mengakui kegagalan dan ketidakmampuannya memenuhi tanggung jawab moral yang dituntut darinya.

Dosa bukan sekedar perilaku yang memalukan seperti pendapat yang lazim. Dosa menyangkut penyimpangan dari Allah, Pencipta hidup dan dari pusat tujuan hidup kita. Penyimpangan yang bukan sekedar cenderung berbuat jahat; tetapi satu keterpisahan dari yang baik.

Pengalaman membuktikan manusia duniawi sanggup menyelidiki kuasa dosa dan pengaruhnya dalam hidup manusia. Orang beriman memiliki hukum illahi sebagai instruktur yang memimpin dia kepada Al-Masih. Al-Masih memberinya anugerah, dan dia menyadari dosa yang memikat manusia pada kehancuran. Ia sadar, perlunya anugerah illahi dan darah penebusan untuk pembenarannya. Secara umum dapat dikatakan, dosa adalah pelanggaran (I Yohanes 3:4). Pelanggaran terhadap hukum Allah. Tindakan menentang Allah yang tidak mengenal rasa bersalah dan meremehkan dosa.


1. Masuknya Dosa dalam Dunia

Kita dapat membaca dalam Roma 5:12 demikian: "Sebab itu sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa." Rasul Paulus disini menjelaskan; Adam, bapa umat manusia menyebabkan manusia berdosa. Paulus dengan menggunakan kalimat "oleh satu orang" melihat Adam dan Hawa satu adanya seperti dalam Kejadian 5:2. Rasul tidak menyinggung godaan si ular dan tidak taatnya Hawa; dengan maksud menunjukkan Adam sebagai wakil keturunannya.

Beberapa ahli filsafat berpendapat bahwa manusia itu dilahirkan tanpa cacad. Jika ia hidup dalam lingkungan yang bobrok, ia akan dipengaruhi lingkungan tersebut dan dosa masuk dalam hidupnya. Pada hakekatnya manusia dilahirkan dalam dosa. Itu benar! Lingkungan hanya menunjang pertumbuhan dosa tersebut. Manusia berdosa dari dalam hatinya.


2. Dosa adalah suatu warisan

Dari pengalaman kita belajar; makhluk hidup tidak berasal dari jenis yang berbeda. Lembu tidak melahirkan domba, seperti yang dikemukakan Al-Masih: "Anggur tidaklah dipetik dari onak duri." Hukum ini berlaku bagi manusia. Adam, bapa umat manusia telah kehilangan kebenaran hidup karena tidak taat. Hukumannya dia dikeluarkan dari kekudusan Taman Firdaus ke tanah yang dikutuk karena dosanya. Dia beranak cucu, keturunan yang tidak lagi memahami keadaan Taman itu. Alkitab menyatakan kebenaran ini melalui kata-kata Daud dalam Mazmur 51:7, "Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Paulus berkata dalam Roma 3: 10-12: "Tidak ada yang benar seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun berakal budi, tidak ada seorangpun mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak."

Agustinus menjelaskan pengajaran Alkitab mengenai kejatuhan manusia pertama dan pewarisan dosa tersebut sebagai berikut:

1.

Allah menciptakan manusia pertama sesuai dengan gambarNya dalam pengetahuan, kebenaran dan kesucian; terpilih menjadi makhluk kekal; dan diserahi tanggung jawab atas makhluk lainnya. Dia memberikan Adam kuasa memilih yang baik dan jahat, suatu penetapan unsur moralnya.

2.

Karena memilih berdasarkan kehendak sendiri, Adam berdosa kepada Allah dengan memilih secara keliru pada waktu dicobai iblis. Ia jatuh dari kehidupan yang diciptakan untuknya.

3.

Karena tidak taat, ia kehilangan gambar illahi dan seluruh keberadaannya menjadi rusak. Dia mati secara rohani; tidak mampu berbuat baik; terikat pada kematian jasmani; terbuka pada kejahatan dan kematian kekal.

4.

Karena Adam adalah kepala umat manusia maka semua itu menimpa segenap keturunannya. Keturunannya dilahirkan dalam hukuman, tanpa gambar Allah dan rusak moral.

5.

Kehancuran yang diwarisi secara per orangan ini disebabkan oleh dosa walaupun tidak nampak dalam perilaku.

6.

Hilangnya kebenaran azali dan rusaknya sifat manusia (sifat baik) sebagai akibat dosa Adam, merupakan hukuman atas dosa mula-mula.

7.

Pembaharuan adalah pekerjaan Roh Kudus yang mengagumkan. Manusia menjadi objek pembaharuan itu, bukan subjeknya. Semua berhubungan dengan kehendak Allah tanpa kecuali. Keselamatan didapat dengan anugerah.

3. Akibat Dosa atas Manusia

Huxley, ilmuwan Inggeris berkata: "Saya tidak mengenal pelajaran yang membukakan rahasia rohani yang lebih besar dari pada evolusi umat manusia. Dari latar belakang sejarah kelam dapat dikatakan bahwa manusia adalah sasaran dari satu elemen yang diletakkan dan menguasainya dengan kuasa yang sangat besar. Dia buta dan menjadi korban tak berdaya dari dorongan-dorongan yang membawanya pada kehancuran dan khayalan tak berujung, sehingga menjadi beban mental yang besar dan berakibat pada kesehatan karena kekuatiran dan ketegangan. Setelah beribu-ribu tahun lamanya, manusia tetap sama; berkelahi, menganiaya sesama, meratapi korbannya dan membangun kubur mereka."

Perlukah penderitaan seperti itu, guna menyadarkan seseorang dari akibat dosa? Bukankah cukup dengan menyelidiki hati, dapat menemukan kecenderungan dan perilaku serta adanya hukum dosa yang bercokol dalam dirinya?

Dengan melihat sepintas lalu saja kehidupan masyarakat, kita dapat mengetahui kenyataan tersebut. Seperti dikemukakan Mazmur 14:1, "Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang baik." Yesaya 53:6, "Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri." Manusia hidup tanpa gambar Allah yang pernah dimiliki Adam sebelum kejatuhannya dalam dosa. Dosa menjadi kenyataan dalam hidup manusia. Satu kebenaran yang tak bisa dibantah lagi. Kebobrokan manusia nampak atas ketidakmampuannya memelihara hukum moral, meskipun disertai rasa sesal terhadap dosa pribadinya itu. Suatu pertanda kemerosotan ahlak dan kegagalan.

Untuk itu, manusia harus menerima anugerah Allah melalui pertolongan Roh Kudus. Jiwa manusia sudah kehilangan kebenaran azali (sejati) seperti pada manusia pertam sebelum jatuh dalam dosa.

Kiranya ulasan singkat ini sejarah kejahatan ini cukup memberi bukti nyata bahwa manusia telah kehilangan sifat illahi dan sudah terseret dalam dosa yang muncul pertama kali dalam hidup Kain, anak Adam. Kain membunuh Habil adiknya. Mengapa demikian? Bukankah Kain jahat adanya?

Mengapa kita saling bertengkar? Bukankah karena dosa yang sudah berakar dalam hidup kita? Mengapa bangsa berperang melawan bangsa lain? Bukankah itu merupakan tumpukkan dosa banyak orang?

4. Upah Dosa

Kejadian 2:17, "Tetapi Pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, janganlah kamu makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Yehezkiel 18:20, "Orang yang berbuat dosa itu yang harus mati." Roma 6:23, "Upah dosa ialah maut."

Adam dan Hawa mati secara rohani saat mereka berbuat dosa. Mereka terpisah dari Allah dan kehilangan persekutuan rohani yang kudus. Disamping itu mereka kehilangan kerinduan akan kehadiran Allah dan menyembunyikan diri dariNya di antara pepohonan dalam taman itu (Kejadian 3:8). Mereka sakit atau lemah, mungkin mengingat teguran Tuhan ini: "Pada hari engkau memakannya pastilah engkau mati."

Adalah satu peringatan bagi kita apabila menyaksikan sendiri akibat dosa pada hidup seseorang. Satu pertanyaan, Adakah keluarga mula-mula itu kehilangan semua hak istimewanya? Apakah kesucian diambil untuk selamanya? Tentu saja tidak! Allah itu kasih adanya. KasihNya kaya dengan kemurahan; dalam Dia ada pengampunan besar. Kasih menggerakkan hatiNya dengan belas kasih yang tidak menghendaki kebinasaan orang berdosa. Sesungguhnya Dia telah menjadi Penebus dan Juruselamat umat manusia dalam pribadi Al-Masih, Firman yang bersama-sama dengan Allah sejak mula. Wujud kasih Allah yang pertama, dinyatakan dengan menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa dengan jubah kulit binatang (Kejadian 3:21). Demikianlah Tuhan Allah melakukan prinsip janji penebusan.


PENEBUSAN MENURUT ISLAM

Ada 14 ayat Al Qur'an yang berhubungan dengan penebusan. Sesuai dengan urutan pasalnya, kita temui pertama, Firman Allah: "Jika kamu lahirkan sedekah, maka itulah sebaik-baiknya, dan jika kamu sembunyikan dan kamu berikan kepada orang kafir, maka itulah yang lebih baik bagimu dan menutupi kesalahanmu, dan Allah Maha mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan" (S.2 Al Baqarah 271).

Ahli tafsir menjelaskan penebusan sebagai satu penutupan atau tirai. Penjelasan mana mendekati keterangan Perjanjian Lama. Dalam Islam, amal seseorang seperti juga dalam Agama Yahudi, berperanan penting dalam soal penebusan. Dan usaha yang utama adalah doa. Seperti yang dikemukakan: "Dirikanlah shalat di waktu dua tepi siang (padi dan petang) dan sebagian dari pada malam (Magrib dan Isya). Sesungguhnya kebaikan menghapus kejahatan"(S.11 Hud 114).

Al Tirmidhi mengutip Abi Alyu berkata: "Suatu hari ada seorang wanita mendekati saya untuk berkencan. Saya memeluk dan menciumnya. Sesudah itu saya mendapatkan Muhammad dan menceritakan apa yang terjadi. Dia menundukkan kepala, setelah merenung sejenak Nabi berkata: "Dirikanlah shalat dua tepi siang (pagi dan petang) dan sebagian dari pada malam. Sesungguhnya kebaikan menghapus kejahatan." Artinya, sembahyang lima waktu akan menghapus dosa dan menebus mereka. Kemudian seorang sahabatnya bertanya: "Ya, Nabi Allah, 'apakah hal ini hanya dikhususkan bagi orang tersebut atau juga untuk semua orang?'" Jawab Nabi, "Untuk semua orang".

Muslim menghubungkan apa yang dikemukakan oleh Abd Allah, "Seorang lelaki datang kepada Nabi berkata, 'Yah, Nabi Allah, aku telah memegang seorang wanita di pinggir kota dan memuaskan nafsu tanpa melakukan persetubuhan. Sekarang saya menghadap, hukumlah saya seturut kehendakmu'". Umar yang berdiri dekatnya berkata: "Allah akan tetap merahasiakan rahasiamu jika engkau merahasiakannya bagi dirimu sendiri". Nabi Allah hanya berdiam diri. Ketika pria itu beranjak hendak pergi, Nabi memanggilnya dan mengucapkan lagi ayat ini ...."dirikanlah shalat...". Muslim mengutip Abu Bakar, berkata: "Tidak seorangpun (sebagai hamba Allah) yang berdosa (melanggar) dan yang membersihkan dirinya (sesuai dengan ibadah Islam) dan kemudian bershalat dua kali dengan mengucapkan seluruh doanya dan mencari pengampunan dari Allah yang tidak akan diampuniNya." Kemudian dia mengajikan: "Dan orang-orang, apabila mereka berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya mereka ingat akan Allah, lalu minta ampun atas dosanya itu. Dan tiadalah yang mengampuni dosa kecuali Allah. Mereka itu tiada berkekalan atas perbuatannya itu, sedang mereka mengetahui" (S.3 Ali Imran 135).

Tiada yang lebih jitu dalam soal penebusan dari Surat Al A'Raf 8-9; "Pada hari itu ada neraca yang berhak (adil).Barang siapa yang berat timbangan (pahala), merekaitulah orang menang. Barang siapa yang ringan timbangannya, mereka itulah orang yang merugikan dirinya, karena mereka aniaya terhadap ayat-ayat kami (membatahnya)".

Imam Al Razi dalam penjelasannya mengenai timbangan perbuatan manusia, mengemukakan dua hal:

1.

Dikatakan bahwa Allah akan meletakkan satu timbangan dengan jarum penunjuk dan dua piring timbangan pada Hari Kebangkitan untuk menimbang semua perbuatan manusia, baik dan jahat. Hal mana sejalan dengan Ibnu Abbas yang berkata: "Pekerjaan orang beriman akan nampak dalam bentuk terbaiknya dan akan diletakkan pada timbangan, kebaikan akan mengalahkan perbuatan jahatnya."


Ada beberapa pendapat mengenai cara menimbang. Pertama, perbuatan orang beriman akan muncul dalam bentuk yang baik dan perbuatan orang yang tidak beriman, muncul dalam bentuk tidak terpuji. Dalam bentuk ini mereka ditimbang. Kedua, timbangan akan didasarkan pada catatan-catatan perbuatan manusia yang ada.

2.

Pandangan kedua diterima dari Mudjahid dan Al Sahhak dan Al A'mash mengatakan bahwa maksud penimbangan itu adalah keadilan dan penghukuman. Muhammad ketika ditanya mengenai soal timbangan pada Hari Kebangkitan itu, menjawab: "Buku catatan".

Ada kisah menarik mengenai panjang jarum timbangan dan besarnya piringan timbangan itu. "Abdul Allah Ibnu Salam berkata, "Seandainya bumi dan langit diletakkan dalam piring timbangan maka tetap akan tidak tertampung, dan Jibrail yang memegangnya masih sanggup melihat jarum penunjuk."

Dalam hal menimbang seperti dikemukakan "Abdul Allah, Ibnu Umar: "Nabi berkata, Pada Hari Kebangkitan manusia akan dibawa pada timbangan dan 99 kitab, panjang masing-masing sejauh mata memandang, dihadapkan kepadanya. Kitab yang berisikan semua dosa dan pelanggaran diletakkan pada piring timbangan, Kepadanya diberikan secarik kertas bertuliskan dua kalimat shyadat: "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah NabiNya", diletakkan pada piringan satunya dan akan mengalahkan perbuatan jahat. Ada ayat Al Qur'an yang berbunyi: "Kami letakkan neraca yang adil pada Hari Kiamat, maka tiadalah teraniaya seorang sedikitpun, Jika usahanya seberat biji sesawi, niscaya Kami hadirkan juga, Cukuplah Kami memperhitungkannya" (S.21 Al Anbiya 47).

Menurut pendapat beberapa penafsir, mungkin saja akan ada neraca yang menimbang keinginan hati sedangkan yang lainnya menimbang prilaku yang kelihatan. Al Fakhr Al Razi menghubungkan dengan kisah baru yang artinya: "Daud bertanya kepada Tuhannya agar diperlihatkan neraca itu. Waktu ia melihat neraca itu dia jatuh pingsan. Setelah siuman kembali dia berkata: "Yah, Allahku siapakah yang sanggup memenuhi timbangan itu dengan amal baik?' Dia menjawab, 'Hai Daud jika Aku berkenan dengan hambaKu maka Aku akan memenuhinya dengan buah (kemenangan)'". Bilal bin Yahya mengutip Hudhayfa berkata: "Jibrail yang ada damai sejahtera, pada Hari Kebangkitan bertanggung jawab atas timbangan itu dan Allah akan berkata, 'Hai Jibrail timbanglah mereka dan ganjarilah yang tertindas dan si penindas yang tidak beramal baik letakkan pada timbangan kejahatan sahabat-sahabatnya (yang tertindas), dan orang itu akan pergi dengan beban seberat gunung." Abu Dja'far menghubungkan dengan yang dikatakan Muhammad: "Tidak ada yang diletakkan dalam neraca yang melebihi keagungan prilaku".

Akhirnya dapat saya simpulkan pandangan-pandangan ini dengan kata Muhammad bin Sa'd yang mengutip Ibnu Abbas, "Barang siapa yang telah melingkari perbuatan jahatnya dengan amal baik maka timbangannya akan menjadi berat. Amal baik akan menghapus perbuatan jahatnya. Dan barang siapa melingkari amal baik itu dengan perbuatan jahat maka timbangannya akan ringan dan dia adalah anak neraka. Perbuatan jahatnya menghapus amal baiknya."


Kesalehan menebus Dosa

Sebagaimana Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu takut kepada Allah, niscaya Allah memberimu petunjuk dan menutupi kesalahanmu, serta mengampuni dosamu, Allah mempunyai karunia yang maha besar"(S.8 Al Anfaal 29).


Ada pahala tiga kali lipat untuk orang saleh.

1.

Dia akan memberikan batasan (perbedaan). Istilah yang digunakan untuk perbedaan sebagaimana diterjemahkan ahli hukum Islam, menyatakan bahwa Allah menerapkan antara yang saleh dan yang fasik; artinya Allah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada yang saleh, Dia memenuhi hati dan dadanya dengan kesukaan dan mengangkat benci dan dengki dari hati mereka.

2.

Dia akan menutupi segala kejahatan yang pernah dilakukan.

3.

Dia akan mengampuni anda.


PENGAMPUNAN MENURUT ISLAM

Apabila kita menelaah Al Qur'an dengan cermat akan, kita akan menemukan satu perbedaan antara penebusan dan pengampunan. Ahli Tafsir membedakannya demikian; penebusan atas kejahatan artinya satu penutupan (dosa) di dunia ini sedangkan pengampunan adalah peniadaan dosa di Hari Kebangkitan.

Amal Baik dan Pengampunan

Ajaran Islam menjelaskan pada kita bahwa pengampunan dosa didasarkan atas amal baik seseorang, sesuai dengan bunyi Al Qur'an: "untuk mereka itu akibat (yang baik) di kampung (akhirat). (Yaitu) surga 'Aden, mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang salih di antara bapak-bapak, isteri-isterinya dan anak-anaknya"(Surat Ar-Ra'du 22-23).

Muhammad pernah berkata kepada Mua'dh bin Djabal, 'Jika engkau telah melakukan kejahatan maka perbuatlah juga kebaikan dan kebaikan ini akan menghapus kejahatan itu." Al Hasan juga melukiskan ini (amal baik) demikian: "Mereka dicabut dari pertolongan dari apa yang mereka berikan dan apabila dipersalahkan secara tidak adil maka mereka itu beruntung." Zudjadi berkata: "Allah telah membuat itu jelas bahwa keturunan yang langsung tidak ada artinya kecuali disertai amal baik." Al Wahidi dan Al Bukhari mengutip Ibnu Abbas berkata: "Allah memberikan pahala bagi mereka yang taat kenikmatan bersama keluarganya di surga." Hal ini menunjukkan bahwa mereka masuk surga berdasarkan ketaatan seorang yang beramal baik. Karena jika mereka masuk surga berdasarkan amal baik mereka sendiri maka itu bukan lagi satu penghargaan bagi seseorang yang telah beramal baik itu. Sebab itu setiap orang beramal baik akan masuk Surga.

Puasa dan Pengampunan

S.33 Al Ahzab 35 berkata bahwa mereka yang berpuasa baik pria maupun wanita, bagi mereka telah disediakan pengampunan dan satu pahala yang besar. Ada tertulis: Hal ini telah dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa berpuasa selama dua bulan akan mendapatkan pengampunan dari dosa membunuh. Adatertulis: "Tidak boleh orang Mukmin membunuh orang Mukmin (yang lain), kecuali tersalah. Barang siapa membunuh orang Mukmin dengan tersalah, hendaklah memerdekakan seorang hamba yang Mukmin, serta dibayarkan diah (denda) kepada keluarga yang terbunuh itu, kecuali jika mereka sedekahkan. Jika orang yang terbunuh itu dari kaum musuhmu, sedang ia Mukmin, maka hendaklah memerdekakan seorang hamba yang Mukmin. Jika yang terbunuh itu dari kaum (kafir) yang ada perjanjian antara kamu dengan mereka, maka hendaklah dibayarkan diah kepada keluarganya, serta memerdekakan seorang hamba yang Mukmin. Orang yang tiada memperoleh hamba itu hendaklah berpuasa dua bulan berturut-turut, sebagai penerimaan taubat dari Allah. Allah Maha mengetahui, lagi Maha bijaksana "(S.4 An Nisaa' 92). Disebutkan juga sebabnya ayat ini turun seperti berikut; "Urwa bin Al Zubayr menyatakan bahwa Hudhayfa Ibnu Al Yaman pada hari peperangan Uhud bersama dengan Nabi Allah di mana orang-orang Mukmin berbuat salah dan berpikir bahwa ayah Al Yaman adalah seorang yang tidak percaya. Mereka membunuhnya dengan pedang walaupun Hudayfa berseru: "Dia ayah saya." Sayang, mereka tidak menyimak seruan itu sehingga membunuh ayahnya. Sesudah itu Hudhayfa berkata: "Semoga Allah mengampuni kamu. Dia adalah Pemurah." Ketika Nabi Allah mendengar hal ini, Hudhayfa meneruskan perkiraan itu dan turunlah ayat ini.

Ada kisah lain dibalik ayat ini. Abu Al Darda' yang sedang bersama dengan kelompok penyerbu, pamit untuk suatu kebutuhan. Dia bertemu seorang lelaki dengan kumpulan domba dan menyerangnya dengan pedang. Orang tersebut sempat berseru: "Tiada Tuhan selain Allah." Namun Abu Al Darda tetap membunuhnya dan mengusir ternaknya. Sesudah peristiwa itu, dia merasa terganggu dan mengemukakan masalah ini kepada Nabi, yang kemudian berkata: "Dapatkah engkau melihat ke dalam hatinya untuk mengetahui apakah dia itu seorang beriman atau tidak?" Saat itu Abu Al Darda taubat dan turunlah ayat ini.

Al Qur'an mencatat, puasa selama tiga hari memberikan pengampunan atas dosa bersumpah palsu seperti tertulis: "Allah tiada menyiksamu, karena sumpah yang tidak kamu sengaja. Maka kaffaratnya (mengampuni kesalahannya), memberi makanan kepada sepuluh orang miskin, dari pada makanan yang biasa dimakan oleh keluargamu atau memberikan pakaian kepada mereka, ataupun memerdekakan seorang hamba. Barang siapa yang tidak memperoleh (apa-apa yang tersebut itu), hendaklah ia berpuasa tiga hari lamanya. Itulah kaffarat sumpahmu, bila kamu bersumpah. Dan peliharalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, mudah-mudahan kamu berterima kasih" (S.5 Al Maa-Idah 89).

Naik Haji dan Pengampunan

Ada tertulis: "Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah syi'ar-syi'ar (tanda-tanda agama) Allah. Maka barang siapa yang menyengaja Bait (mengerjakan haji) atau um' rah tiadalah mengapa, bahwa ia berlari-lari antara keduanya. Barang siapa mengerjakan kebaikan (memperbuat sunnat), maka sesungguhnya Allah syukur (membalas) lagi Maha mengetahui"(S.2 Al Baqarah 158).

Ibnu Abbas berkata: "Dahulu ada satu berhala di Al Safa dan Al Marwah. Orang yang tidak beriman dan bodoh biasanya mengelilingi berhala ini dan menjamahnya. Sesudah Islam masuk, orang-orang Mukmin menjadi benci mengitari tempat itu di mana terdapat dua berhala. Demikian sejarah ayat ini diturunkan. Istilah "bukan pelanggaran ringan", artinya bukan kejahatan dan Allah menerima amal baik orang yang rela menunaikan ibadah haji.

Sedekah dan Pengampunan

Telah dikatakan: "Barang siapa mempersembahkan shalat dan sedekah mendapatkan pahala dengan Allah Tuhannya. Dan tidak ada takut pada mereka dan mereka tidak akan susah." Menanggapi ayat ini Ibnu Abbas berkata: "Mereka tidak akan takut terhadap apa yang akan menanti mereka pada Hari Kebangkitan dan mereka tidak akan susah dengan apa yang telah mereka tinggalkan dalam dunia ini." Al Asam menjelaskan: "Tidak ada ketakutan bahwa mereka akan menderita pada hari itu atau akan berduka karena mereka tidak mencapai kebahagiaan besar seperti yang didapatkan orang lain, karena dalam kehidupan nanti itu tidak ada lagi persaingan."

Berjuang di jalan Allah dan Pengampunan

Dalam S.2 Al Baqarah 218, kita baca: "Orang-orang berhijrah dan berjuang pada jalan Allah, mereka itu mengharap rahmat Allah. Allah Pengampun lagi Penyayang." Hal ini berkaitan dengan Abdul Allah bin Djahsh yang menanyai Muhammad, "Hai Nabi Allah seandainya tidak ada hukuman bagi apa yang kita perbuat, dapatkah kita mengharapkan pahala dan balas jasa amal baik kita?" Ayat ini diturunkan karena Abdul Allah telah berimigrasi dan berjuang pada jalan Allah.

Mengaji dan Pengampunan

Dalam Surat Al A'Raf 204 dikatakan: "Apabila dibaca orang Qur'an hendaklah kamu dengarkan dan diamlah, mudah-mudahan kamu mendapat rahmat." Para Juru Tafsir mengatakan bahwa sebelum ayat ini, Allah menegaskan Al Qur'an sebagai anugerah bagi dunia. Dikatakan dalam Hadist bahwa Abu Dhar Al Ghifari berkata kepada Muhammad: "Hai Nabi Allah, aku takut mempelajari Al Qur'an dan tidak melaksanakannya. Muhammad menjawab, 'Janganlah takut hai Abu Dhar. Allah tidak mendukakan hari di mana Qur'an berdiam.'"

Mengenai Anas Ibnu Malik dikatakan: "Nabi berbicara kepadaku dan berkata, 'Barang siapa mendengar Al Qur'an maka penderitaan dunia tidak akan mendekat padanya dan barang siapa membacanya akan terpelihara dari kesengsaraan hidup mendatang, ". Menurut kutipan Ibnu Mas'ud, Nabi berkata: "Barang siapa membaca Al Qur'an, menghafalkan dan memeliharanya akan dipimpin Allah ke Surga (Taman) dan diijinkan memohon ampun atas 10 orang keluarganya yang telah ditetapkan untuk neraka."

Sahadat dan Pengampunan

Abu Huraira berkata bahwa Abu Dhar Al Ghifari bertanya kepada Muhammad, "Hai Nabi Allah, bagaimanakah seorang Muslim diselamatkan?" Muhammad menjawab: "Dia diselamatkan dengan mengucapkan, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad itu Utusan Allah."

Kehendak Allah dan Pengampunan

Dalam surat Al Imran 129 dikatakan: "Bagi Allah apa-apa yang dilangit dan apa-apa yang di bumi, Dia mengampuni (dosa) orang yang dikehendakiNya dan menyiksa siapa yang dikehendakiNya. Allah Pengampun lagi Penyayang." Fakhr Al Razi dalam menjelaskan ayat ini berkata: "Rekan-rekan kami menduga keras dalam menunjang ayat ini melihat Allah berada di atas segala-galanya. Dia berhak membawa manusia ke surga melalui penghakiman illahiNya atas semua orang yang tidak beriman dan pemberontak, juga berhak dengan keputusan illahiNya, mengirim semua orang yang melakukan kejahatan ke dalam neraka. Tidak ada yang dapat menentangNya dalam pelaksanaan ini." Al Razi tidak mengarah pada pendapat tersebut melainkan hanya menunjang dengan ucapan: "Ayat ini jelas menunjukkan artinya dan ditunjang bukti intelektuilnya, karena perbuatan manusia bergantung pada kehendak, dan kehendak adalah ciptaan Allah. Jika Allah menciptakan pikiran lain maka manusia tidak mentaatinya. Ketidaktaatan dan ketaatan manusia keduanya berasal dari Allah. Karena semua merupakan tindakan Allah maka tidak ada yang diwajibkan baginya. Ketaatan tidak harus mendapat pahala, demikian juga ketidaktaatan, tidak seharusnya diberikan hukuman setimpal, karena segalanya berasal dari Allah dan sesuai dengan kehendak illahi, paksaan dan kuasaNya.

Pandangan ini bertentangan dengan Alkitab, yang menekankan korban sebagai satu jalan penebusan dosa. Kewajiban mana telah ditetapkan sejak semula, di mana darah korban mengalir bagaikan benang merah dalam seluruh Alkitab. Kitab Ibrani berbunyi: "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa"(Ibrani 9:22). Kenyataan, Allah yang sempurna ini, tidak sejalan dengan kehendakNya dengan mengampuni manusia dari dosa berdasarkan kebenaran dan keadilanNya yang mengatakan: "Dan orang yang berbuat dosa itu harus mati" (Yehezkiel 18:4, 20). Jika Allah hendak mengampuni orang berdosa, tentu ada alasannya. Salah alasan yang memenuhi keadilan dan pemenuhan yang menurut Perjanjian Lama berasal dari korban-korban binatang seperti kambing, lembu dan domba. Allah menerima korban ini karena menggambarkan korban Al-Masih yang telah dipersembahkan dalam anugerah Perjanjian Baru, memenuhi keadilan illahi untuk selamanya dan menjadikan semua orang beriman sempurna. Hal mana tertuang dalam Mazmur 85:11, "Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman".

DOSA YANG TIDAK DAPAT DIAMPUNI MENURUT ISLAM

Mempersekutukan Allah dengan yang lain

Al Qur'an berbunyi: "Sesungguhnya Allah tiada mengampuni, jika Dia dipersekutukan dengan yang lain dan Dia mengampuni (dosa) yang kurang dari pada itu" (S.4 An Nisaa 116). Juru tafsir berpendapat, orang yang menyembah banyak tuhan, dikeluarkan sepenuhnya dari kemurahan Allah karena sepenuhnya dari kemurahan Allah karena polytheisme adalah dosa besar. Pendapat lain mengatakan, ayat ini diturunkan berhubung ada yang menyembah malaekat dan menganggap malaekat sebagai saudara perempuan Allah. Razi mengatakan, mereka yang tidak percaya pada kehidupan di masa datang, berpendapat bahwa malaekat adalah wanita.

Membunuh Orang Beriman

Seperti yang dikatakan Al Qur'an: "Barang siapa membunuh seorang Mukmin dengan disengaja, maka balasannya neraka jahanam, serta kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, serta mengutukinya dan menyediakan baginya siksaan besar" (S.4 An Nisaa' 93). Abu Hunayfa berkata: "Tidak ada penebusan bagi pembunuhan yang disengaja." Ibnu Abbas berkata, "Pertobatan seorang yang membunuh dengan sengaja tidak akan diterima."

Murtad

AlQur'an berkata dengan jelas: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir sesudah beriman, niscaya tiada diterima taubat mereka dan mereka itulah orang-orang sesat" (S.3 Al Imran 90). Para penafsir berpendapat, kemurtadan melipat gandakan ketidakpercayaan (kekafiran). Dengan kata lain, orang yang murtad dan terus melakukan dosanya, menambah ketidaksetiaan pada kefasikannya. Al Kaffal dan Ibnu Al Anbari: "Barang siapa meninggalkan imannya sesudah taubat, maka taubat yang murni itu tidak akan diterima. Seperti tidak pernah terjadi."

PENEBUSAN MENURUT IMAN KRISTEN

Penebusan adalah istilah yang berarti menutupi atau menyembunyikan. Dalam Iman Kristen, kata ini dikaitkan dengan karya Al-Masih melalui ketaatanNya yang sempurna menyediakan keselamatan umat manusia dari kutuk Hukum Taurat dan memperdamaikan dengan Allah melalui darahNya di kayu salib.

Sehubungan dengan ini, Rasul Petrus berkata: "Sebab juga Al-Masih telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (I Petrus 3:18).

Marilah kita teliti penebusan Al-Masih ini dari pelbagai segi; pertama mengenai hubunganNya dengan Allah dari segi kasih, keadilan dan kekudusanNya; kemudian hubungannya dengan manusia, yakni pekerjaanNya didalam manusia dan untuk manusia. Benar bahwa penebusan dalam iman Kristen merupakan satu peniadaan dosa manusia dan satu deklarasi jelas tentang effektifnya korban Al-Masih dalam menyelamatkan orang berdosa dari kutuk Hukum Taurat dan menghilangkan hukuman atasnya. Benar, karya Al-Masih merupakan satu kepuasan bagi Allah dan pemenuhan atau penggenapan keadilanNya, yaitu satu kepuasan dan pendamaianNya. Betapa effektifnya korban Al-Masih ini dalam menyingkirkan murka Allah dan menunjukkan kesenangan Allah menerima orang berdosa kepada satu perdamaian. Juga benar, bahwa penebusan berarti menutupi (melindungi) orang berdosa dengan darah Al-Masih, Hukuman tidak lagi menjadi tuntutan baginya, karena hukuman telah diangkat dan diletakkan pada Al-Masih, yang telah dikorbankan baginya. Aspek ini dikemukakan Rasul Yohanes demikian: "Inilah kasih itu; bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" ( I Yohanes 4:10).

Kemudian pula dikemukakan bahwa penebusan telah membuka pintu pendamaian antara manusia dan Allah tanpa melanggar kemurnian hukum Allah. Inilah yang dimaksud Rasul Paulus dalam II Korintus 5:19, "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Al-Masih dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami." Walaupun manusia telah merumitkan (menjadi filsafat) sifat Allah dan hubunganNya dengan ciptaanNya yang berdosa secara luas, mereka belum pernah mencapai satu kesimpulan yang memuaskan. Alkitab menjelaskan apa yang tidak dapat diuraikan dengan filsafat. Allah itu adil. Keadilan menuntut hukuman atas orang berdosa. Sebab itu tidak ada pendamaian tanpa penebusan. Di sinilah korban penutup dosa diawali, bermula dari Taman Firdaus, ketika Allah membuat pakaian kulit untuk Adam dan Hawa, yang meminta korban binatang. Kita mengetahui dari Alkitab bahwa korban Habil yang diterima Allah adalah bayangan Allah yang akan datang, dan masih diungkapkan dalam bentuk penyataan dan ilham (Kejadian 4:4). Demikian juga, seekor biri-biri jantan yang disediakan Allah untuk Abraham bagi penebusan Iskak anaknya, merupakan bayangan atau lambang penebusan melalui korban Al-Masih yang telah direncanakan Allah sejak mula (Kejadian 22:1-14). Domba Paskah yang diperintahkan Allah yang dipersembahkan di Mesir (Keluaran 12:1-42) adalah bayangan nyata Anak Domba Paskah dalam Perjanjian Baru seperti yang dikemukakan Rasul Paulus dalam I Korintus 5:7-8, sebab Anak Domba Paskah kita juga telah disembelih yaitu Al-Masih, karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama bukan dengan pula dengan ragi keburukkan dan kejahatan tetapi dengan roti yang tidak beragi yaitu kemurnian dan kebenaran."

Perjanjian Baru menggunakan kata "korban penehusan" sebagai penyelamatan yang sudah disempurnakan Al-Masih disalib, menggenapi tuntutan Hukum Allah, ganti manusia itu sendiri. Dalam penderitaan dan korban kematian penebusan sebagai pengganti, terletak penggenapan sempurna atas hukuman yang layak dijatuhkan pada manusia, karena dosa. Hal mana sudah memenuhi tuntutan keadilan illahi serta membenarkan orang berdosa yang percaya dan taubat. Alkitab menggunakan kata "anugerah" untuk mengungkapkan penebusan Al-Masih, karena Bapa Sorgawi tidak lagi memaksakan korban orang berdosa. Dia juga tidak memaksa AnakNya mengambil rupa manusia untuk menjadi Penebus. Allah yang kaya akan rahmat dengan kasih yang besar, mengakhiri hukuman Taurat dan menerima korban penggantian yang dikerjakan dengan rela oleh Firman Allah yang menjadi manusia sebagai ganti orang berdosa. Penebus sendiri menguatkan kebenaran ini dalam Yohanes 10:15, "Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu." Jika kita bandingkan dengan Yohanes 15:13, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya", maka kita akan memahami maksud Allah yang telah mengosongkan diriNya, mengambil rupa manusia serta menderita, menanggung semua dosa kita dalam tubuhNya di kayu salib. Rasul Paulus mengukuhkan pentingnya korban penggantian ini dalam suratnya kepada jemaat di Roma, "Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan Hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging telah dilakukan Allah dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan Hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut roh" (Roma 8:3-4).

Maksudnya ialah kematian kekal sebagai upah dosa kita, telah ditanggung Al-Masih, menggenapi nubuatan dalam Yesaya 53:5, "Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpahkan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh". Penebusan menjamin pengampunan dan berkat keselamatan yang bekerja dan berkesinambungan bagi orang-orang percaya, milik Allah karena dua hal;

Pertama, Allah menjanjikan keselamatan bagi orang percaya dari sudut ketaatan dan penderitaan Al-Masih. Hal ini dapat dibaca dalam Roma 5:18-19, "Sebab itu sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran, semua orang beroleh pembenaran untuk hidup." Jadi sama seperti ketidaktaatan satu orang (Adam), semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang (Al-Masih) semua orang menjadi orang benar."

Kedua, keselamatan telah memenuhi persyaratan keadilan Allah berdasarkan perjanjian kekal antara Bapa dan Anak. Guna menghilangkan segala bentuk keraguan yang mungkin timbul, pernyataan illahi sendiri mengemukakan, "Sejak Al-Masih datang ke dunia, Dia berfirman, 'Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak engkau tuntut. Dan jawabku, "Sungguhaku datang melakukan kehendakMu yah Tuhan" (Mazmur 40:7, Ibrani 10:5-7). Demikianlah Al-Masih menjadi manusia, menjadi pengganti orang berdosa, menanggung hukuman, memenuhi tuntutan perjanjian yang telah dilanggar itu. Rasul Paulus mempertajam pokok ini dengan berkata: "Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Al-Masih telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah" (Roma 5:8-9).

SEBAB-SEBAB PERLUNYA PENEBUSAN

1. Perlunya Keselamatan

Keselamatan bukan kebutuhan kolektif (kebersamaan), tetapi kebutuhan pribadi (perorangan). Semua manusia telah dihukum dan hidup di bawah penghukuman. Satu ketika Al-Masih bertanya: "Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"(Matius 16:26). Manusia tidak mempunyai sesuatu untuk menebus nyawanya sendiri termasuk nyawa sesamanya. Allah berfirman melalui Daud: "Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya"(Mazmur 49:8). Seperti dalam pertobatan, naluri manusia secara alamiah mengungkapkan bahwa pertobatan tidak dapat menghilangkan dosa masa lalu. Ada cara lain untuk mendapatkan pengampunan, yakni melalui penebusan. Kalau tidak demikian, bagaimana kita dapat menjelaskan korban yang dipraktekkan dari masa ke masa dalam hampir semua agama di dunia ini? Kita sama mengetahui bahwa batin manusia merindukan akan satu penebusan. Kenyataan lain, bahwa hati nurani menuntun kita menghargai tuntutan kekudusan, walaupun itu bertentangan dengan perilaku kita. Setiap orang sadar, nuraninya akan terganggu apabila berhadapan dengan pelepasan dosa-dosa masa lalunya. Satu pelepasan yang hanya didapat dengan jalan pembenaran melalui penebusan.

2. Kebejatan Manusia dan Kekudusan Allah

Allah adalah kudus dan manusia sudah berbuat dosa. Dosa nampak dalam pertentangan dengan kekudusan illahi. Sebab itu manusia berada di bawah penghukuman. Ia tidak akan diampuni sebelum penghukuman itu disingkirkan. Sekalipun ada kemungkinan dibenarkan melalui pertobatan, kebenaran di atas tetap dibutuhkan demi peniadaan dosa-dosa tersebut. Jika Allah memberi ampun tanpa penebusan, maka orang berdosa tidak akan menghargai hukum dan kekudusanNya. Untuk itu penebusan ditetapkan guna menghapus dosa dan sekaligus menyatakan kesempurnaan sifat Allah yang mutlak.

3. Penebusan sejalan dengan kebutuhan moral manusia.

Manusia memiliki sifat moral. Suara hati mengajarkan dia keadilan dan kekudusan yang mulia. Jika ia menyadari dosanya tanpa mengetahui adanya penebusan, maka suara hatinya akan terganggu. Dan pengampunan melalui penebusan akan memuaskan batin dan memenuhi tuntutan moralnya.

4. Penebusan memenuhi Tuntutan Hukum Taurat

Hukum Taurat menuntut orang berdosa dihukum. Hukum yang dijungjung tinggi selalu menuntut ganjaran. Demikian pula pengampunan tanpa penebusan berarti hancur dan gagalnya Hukum Taurat. Hal mana bertentangan dengan kata-kata Al-Masih dalam Matius 5:18, "Karena Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." Perlu diingat, pengampunan tanpa penebusan sama dengan beranggapan bahwa dosa tidak perlu dihukum. Hal mana merupakan penghinaan atas keadilan dan kesucian Allah.

5. Penebusan diistimewakan dalam Firman

Allah Jika penebusan tidak dibutuhkan, Allah tidak akan menuliskannya dalam FirmanNya yang kudus. Al-Masih berkata dalam Yohanes 3:14, "Dan sama seperti Musa meninggikan ular dipadang gurun demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal".

6. Tuntutan Hukum Moral

Allah sebagai penentu moral, bertindak sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkanNya. Ketidaktaatan dan kekacauan tidak ada dalam dunia moral di mana Allah bertahta. Allah tidak membiarkan setiap pelanggaran atas perintahNya. Dia menuntut pertanggungan jawab dari para pelanggar dan menjatuhkan hukum atas mereka. Di samping itu Allah menyatakan kebencian atas dosa dan murkaNya atas kejahatan dalam pemeliharaan illahinya melalui penebusan. Untuk menjunjung tinggi ketetapanNya, Allah membuka pintu perdamaian bagi orang berdosa.

7. Kenyataan adanya Korban Penebusan dalam Banyak Agama

Hal ini menunjukkan bahwa suara hati manusia merindukan penebusan, karena tidak dipuaskan dengan pertobatan saja. Manusia mendambahkan penebusan melalui penumpahan darah korban untuk orang berdosa. Semua alasan ini membuktikan perlunya penebusan itu.

BEBERAPA MASALAH PENTING LAINNYA

Amal baik dan Pengampunan

Amal baik adalah satu kewajiban yang harus dilaksanakan. Dan tidak dapat dijadikan pengampunan dosa masa lalu. Al-Masih mengemukakan kebenaran ini, "Demikianlah juga kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata, 'Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna'" (Lukas 17:10). Rasul Paulus berkata dalam Efesus 2:8-9, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada; jangan ada orang yang memegahkan diri".

Karena harta dan kesehatan yang kita nikmati ini berasal dari Allah yang dipercayakan kepada kita, maka apabila kita memberi banyak persembahan (beramal) untuk pelayanan, kita sesungguhnya belum melakukan sesuatu yang layak untuk mendapat pahala. Daud mengemukakan hal ini dalam I Tawarikh 29:14, "Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaMu, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari padaMulah segala-galanya dan dari tanganMu sendirilah persembahan yang kami berikan kepadamu." Demikianlah Daud sesudah mempersembahkan sejumlah besar uang untuk pembangunan Bait Allah.

Amal baik tidak sanggup menghapus hina dan nista kita kepada Allah. Kekudusan dan kebenaranNya tidak terbatas. Oleh karena itu amal baik tidak dapat memberikan pengampunan dosa.

Untuk datang ke hadirat Allah kita membutuhkan kekudusan. Tanpa kekudusan tidak seorangpun dapat melihat Allah. Amal baik tidak menjadikan kita kudus. Kekudusan diberikan kepada orang beriman yang sudah dilahirkan oleh Roh Allah. Al-Masih berkata: "Jika seorang tidak dilahirkan dengan air dan Roh, ia tidak dapat masuk dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh" (Yohanes 3: 5-6).

Doa dan Pengampunan

Doa bukan satu percakapan dengan Allah dan merenungkan pribadiNya. Orang berdosa sudah terpisah dari Allah dan doanya tidak lagi memenuhi syarat. Allah berfirman melalui Nabi Yesaya: "Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar ialah segala dosa-mu" (Yesaya 59:1-2). Daud berkata: "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" (Mazmur 66:18).

Puasa dan Pengampunan

Puasa sama dengan doa, merupakan sebagian dari penyembahan. Aspek kerendahan dan kehancuran hati di hadapan Allah, yang tidak mampu memulihkan seseorang pada kebenaran manusia sebelum kejatuhan. Seperti halnya doa, puasa tidak dapat menutupi dosa pelanggaran terhadap kesucian Allah. Karena itu, tidak dapat diartikan dengan pengampunan. Allah berfirman melalui Nabi Zakharia: "Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan para imam, demikian, 'Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan ke lima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku? Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?"(Zakharia 7:5-6).

RINGKASAN

1.

Keselamatan manusia didasarkan atas penebusan. Hal ini bukan satu teori filsafat tetapi fakta yang dibutuhkan untuk mengangkat dosa manusia yang telah jatuh.
2.

Kita sependapat, Adam jatuh dalam dosa dan melibatkan seluruh umat manusia, karena dia mewakili umat manusia dalam menghadapi ujian illahi. Allah dalam kasihNya telah merencanakan peniadaan dosa dari manusia yang diciptakan menurut gambarNya dengan menyediakan seorang pengganti yang mampu menyatakan kuasa dan kasih Allah, agar manusia diselamatkan. Kasihnya berasal dari Allah. Demikianlah, Allah dengan kasihNya yang besar pada umat manusia, menginginkan Al-Masih datang dalam daging dan darah, bersekutu dengan manusia dan menjadi pengganti sempurna manusia dan dinamakan oleh Rasul Paulus dengan Adam kedua. Adam pertama mewakili manusia dalam kejatuhannya sedangkan Adam kedua menggantikan manusia sebagai korban penebusan dan keselamatan.
3.

Pengganti perlu membayar lunas, untuk mengangkat dosa dunia ini. Al-Masih telah membayarnya melalui kematianNya di kayu salib, tempat Ia menanggung segala dosa kita dalam tubuhNya. Hal yang meyakinkan kita akan perlunya penebusan melalui salib adalah persembahan darah korban dalam Perjanjian Lama, yang melambangkan Al-Masih Anak Domba Allah.

Satu hal istimewa dari korban Al-Masih, di samping mengangkat dosa manusia ialah menyembuhkan manusia dari penyakit moral. Seorang yang sudah menerima Al-Masih yang tersalib, hidupnya menjadi baru. Salib menerangi akal budinya, memahami akan dasyatnya pekerjaan dosa dan hebatnya penghukuman itu.

Sehubungan dengan ini lahir perkataan Rasul Yohanes, "Tetapi jika kita hidup dalam terang sama seperti Dia ada dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Al-Masih AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa" (I Yohanes 1:7).

BAHAN KAJIAN

1. Sebutkan jumlah istilah dosa dalam Al Qur'an!
2. Adakah Adam dan Hawa dilihat sebagai seorang berdosa dalam Al Qur'an?
3. Sebutkan ayat-ayat Al Qur'an, menyangkut dosa orang tua kita yang pertama itu!
4. Jelaskan maksud ayat Al Qur'an ini: "Adam mendurhakai Tuhannya, lalu jahil (tersesat)" (S.20 Thaha 121).
5. Sebutkan definisi dosa menurut iman Kristen!
6. Bagaimanakah cara dosa masuk dalam dunia?
7. Dosa adalah warisan. Benarkah? Jelaskan!
8. Sebutkan pengaruh dosa dalam hidup manusia!
9. Apakah upah dosa itu?
10. Sebutkan jumlah ayat Al Qur'an yang berhubungan dengan penebusan!
11. Jelaskan arti penebusan menurut Islam!
12. Jelaskan terjadinya penebusan dalam Islam!
13. Jelaskan perbedaan penebusan dan pengampunan dalam Islam!
14. Sebutkan cara-cara mendapatkan penebusan menurut Islam! Sebutkan jumlahnya!
15. Jelaskan arti penebusan menurut iman Kristen.
16. Jelaskan cara penebusan dipraktekkan dalam Perjanjian Lama.
17. Perlukah penebusan itu? Jelaskan!
18. Mengapa manusia membutuhkan keselamatan?
19. Buktikanlah kebutuhan manusia akan keselamatan dari sudut; akal budi, hukum dan moral!
20. Simpulkanlah isi seluruh kitab ini dengan satu ayat Alkitab!

Pendirian Madrasah Khusus Untuk As Salafiyyah
Kategori: Tanya dan Jawab oleh: abu_muhammad Tanggal 25 Aug 2006. Dibaca: 549 kali
Soal :
Melihat minat kebanyakan kaum muslimin untuk mendaftarkan anak-anak mereka di madrasah yang berada di bawah naungan pemerintah atau madrasah yang didirikan di atas hizbiyah, padahal mata pelajaran yang ada tidak lepas dari hal-hal yang menyelisihi syariat. Berdasarkan hal tersebut, sebagian du’at As Salafiyyah berminat untuk mendirikan madrasah-madrasah Islami yang memadukan ilmu agama sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah dengan materi pelajaran wajib yang disyaratkan oleh pemerintah untuk diajarkan. Apakah hukum mendirikan madrasah-madrasah tersebut bersamaan dengan penyelisihan syari’ah yang terkandung di dalam materi-materi tersebut? Perlu diketahui bahwasanya materi-materi tersebut mungkin diganti dengan materi yang sesuai dengan syariat. Dan juga ijazah yang dikeluarkan oleh pemerintah harus disertai dengan foto pribadi agar pelajar tersebut bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (dan terdapat pula penyelisihan-penyelisihan yang lainnya). Mereka juga beralasan bahwasanya kebanyakan para masyaikh Al Haramain (Mekah dan Madinah), bahkan Asy Syaikh Muqbil sendiri, lulusan Jami’ah Al Islamiyah, yang mana di dalamnya terdapat foto pada ijazah dan yang lainnya?

Jawab :
Pertama-tama, madrasah-madrasah tersebut adalah Islamiyah Insya Allah. Sekalipun di dalamnya terdapat kemaksiatan dan bukanlah madrasah-madrasah kufriyah. Demikian pula madrasah-madrasah pemerintah kecuali kalau mereka itu orang-orang Kristen, atau diketahui dengan pasti kekafiran mereka maka harus dijelaskan kekafiran tersebut. Adapun madrasah-madrasah muslimin adalah madrasah Islami. Hanya saja yang saya ketahui di dalamnya terdapat pengagungan terhadap para filosof dan pemutarbalikan pendidikan yang benar dengan penyampaian hal-hal yang tidak bermanfaat bagi para pelajar dan sia-sia.
Begitu pula terdapat jenis-jenis kemaksiatan seperti gambar makhluk yang bernyawa dan yang lainnya. Barangsiapa yang mendapat kemudahan di negeri tersebut yang lainnya untuk belajar di madrasah yang dia bisa menjauhi kemaksiatan di dalamnya, maka itu adalah yang terbaik dan itu merupakan suatu kebahagiaan. Dia bisa menghafal Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam dan berada jauh dari kemaksiatan selain dosa kecil dan kesalahan-kesalahan yang tidak mungkin seorang pun untuk bisa luput darinya.
Allah Ta’ala berfirman :
﴿ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْأِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إلاَّ اللَّمَمَ ﴾ [النجم:32]
“Yaitu orang–orang yang menjauhi dosa-dosa yang besar dan perbuatan-perbuatan yang keji, kecuali kesalahan-kesalahan yang kecil. Sesungguhnya Rabbmu maha luas ampunannya” (An Najm 32)
Allah Ta’ala telah berfirman pula :
﴿إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلاً كَرِيمًا﴾ [النساء:31]
“Seandainya kalian menjauhi dosa-dosa yang besar dari antara hal-hal yang kalian dilarang dengannya, niscaya Kami akan menghapus dosa-dosa kalian dan Kami akan masukkan kalian ke tempat yang mulia.”(An Nisa 31)
Barangsiapa yang mendapat kemudahan untuk menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan ini, maka wajib atasnya untuk meninggalkannya. Dan bagi yang belajar di madrasah-madrasah tersebut, kami nasihatkan untuk tidak menggambar makhluk yang bernyawa. Seandainya mereka menolak hal ini, maka hendaknya dia tinggalkan tempat tersebut dan pergi ke tempat yang lain. Begitu juga tidak memakai celana (pantaloon). Seandainya mereka menerima hal tersebut, maka dia belajar di tempat tersebut, dan kalau tidak maka tinggalkanlah. Begitu juga tidak memotong jenggotnya dan tidak berdiri untuk guru ketika datang. Seandainya mereka mau menerima darinya hal tersebut dan jika tidak maka hendaklah dia pergi sambil berusaha keras untuk menimba ilmu dan menjauhi fitnah-fitnah madrasah yang terdapat di dalamnya.
(Al As’ilah Al Indonisiah 2 Romadhon 1424H)
31 Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (syurga).(QS. 4:31)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nisaa' 31
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا (31)
. Pada ayat ini Allah memerintahkan supaya orang-orang yang beriman menjauhi dan meninggalkan semua dosa-dosa besar yang dilarang Allah melaksanakannya. Meninggalkan dosa besar itu bukan saja sekadar menghindarkan diri dan siksa Nya, tetapi juga merupakan suatu amal kebajikan yang dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang telah diperbuat.
Mengenai apa yang dianggap sebagai dosa besar dan berapa jumlahnya para ulama mempunyai pendapat yang berbeda-beda karena adanya beberapa hadis, di antaranya sabda Rasulullah saw:

اجتنبوا السبع الموبقات ! قالوا: وما هي يا رسول الله? قال:الشرك بالله وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق والسحر وأكل مال اليتيم وأكل الربا والتولي يوم الزحف وقذف المحصنات المؤمنات الغافلات
Artinya:
"Jauhilah olehmu tujuh macam perbuatan yang membahayakan. Para sahabat yang mendengar bertanya: "Apakah itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Mempersekutukan Allah, membunuh diri seseorang yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, menggunakan sihir, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan peperangan di waktu pertempuran dan menuduh perempuan-perempuan mukmin yang terhormat berzina"
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dan sabda Rasulullah saw:

ألا أنبئكم بأكبر الكبائر? قلنا بلى يا رسول الله قال : الشرك بالله وعقوق الوالدين وكان متكئا فجلس وقال: لا أقول الزور وشهادة الزور فما يزال يكررها حتى قلنا ليته سكت
Artinya:
"Apakah belum aku kabarkan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling besar?" Kami menjawab: "Benar ya Rasulullah". Lalu Rasulullah berkata: "Mempersekutukan Allah; durhaka kepada ibu bapak ketika itu Rasulullah sedang bertelekan, kemudian ia duduk lalu berkata-ketahuilah, juga berkata bohong, dan saksi palsu. Beliau senantiasa mengulang-ulang perkataannya itu sehingga kami mengatakan: "Kiranya Rasulullah saw. diam"
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Ibnu 'Abbas sewaktu ditanya: "Apakah dosa-dosa besar itu hanya 7 macam saja?" Beliau menjawab dengan ringkas: "Hampir tujuh puluh macam banyaknya. Bila dosa-dosa kecil bila terus menerus dikerjakan dia akan menjadi dosa besar dan dosa-dosa besar akan hapus bila yang mengerjakannya tobat dan minta ampun Menurut keterangan Syaikhul Islam Al Barizi yang dinukil oleh Al Alusi, dia mengatakan: "Bahwa dosa besar itu ialah setiap dosa yang disertai dengan ancaman hukuman had (hukuman siksa di dunia) atau disertai dengan laknat yang dinyatakan dengan jelas di dalam Alquran atau Hadis.
Demikianlah ringkasnya pengertian tentang dosa-dosa besar dan macam-macamnya. Selain dari itu adalah dosa-dosa kecil. Kemudian pada ayat ini Allah menjanjikan akan memberikan kelak tempat yang mulia yaitu surga, bagi orang-orang yang menjauhi (meninggalkan) dosa-dosa besar itu
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (syurga).(QS. 4:31)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nisaa' 31
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا (31)
. Pada ayat ini Allah memerintahkan supaya orang-orang yang beriman menjauhi dan meninggalkan semua dosa-dosa besar yang dilarang Allah melaksanakannya. Meninggalkan dosa besar itu bukan saja sekadar menghindarkan diri dan siksa Nya, tetapi juga merupakan suatu amal kebajikan yang dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang telah diperbuat.
Mengenai apa yang dianggap sebagai dosa besar dan berapa jumlahnya para ulama mempunyai pendapat yang berbeda-beda karena adanya beberapa hadis, di antaranya sabda Rasulullah saw:

اجتنبوا السبع الموبقات ! قالوا: وما هي يا رسول الله? قال:الشرك بالله وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق والسحر وأكل مال اليتيم وأكل الربا والتولي يوم الزحف وقذف المحصنات المؤمنات الغافلات
Artinya:
"Jauhilah olehmu tujuh macam perbuatan yang membahayakan. Para sahabat yang mendengar bertanya: "Apakah itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Mempersekutukan Allah, membunuh diri seseorang yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, menggunakan sihir, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan peperangan di waktu pertempuran dan menuduh perempuan-perempuan mukmin yang terhormat berzina"
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dan sabda Rasulullah saw:

ألا أنبئكم بأكبر الكبائر? قلنا بلى يا رسول الله قال : الشرك بالله وعقوق الوالدين وكان متكئا فجلس وقال: لا أقول الزور وشهادة الزور فما يزال يكررها حتى قلنا ليته سكت
Artinya:
"Apakah belum aku kabarkan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling besar?" Kami menjawab: "Benar ya Rasulullah". Lalu Rasulullah berkata: "Mempersekutukan Allah; durhaka kepada ibu bapak ketika itu Rasulullah sedang bertelekan, kemudian ia duduk lalu berkata-ketahuilah, juga berkata bohong, dan saksi palsu. Beliau senantiasa mengulang-ulang perkataannya itu sehingga kami mengatakan: "Kiranya Rasulullah saw. diam"
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Ibnu 'Abbas sewaktu ditanya: "Apakah dosa-dosa besar itu hanya 7 macam saja?" Beliau menjawab dengan ringkas: "Hampir tujuh puluh macam banyaknya. Bila dosa-dosa kecil bila terus menerus dikerjakan dia akan menjadi dosa besar dan dosa-dosa besar akan hapus bila yang mengerjakannya tobat dan minta ampun Menurut keterangan Syaikhul Islam Al Barizi yang dinukil oleh Al Alusi, dia mengatakan: "Bahwa dosa besar itu ialah setiap dosa yang disertai dengan ancaman hukuman had (hukuman siksa di dunia) atau disertai dengan laknat yang dinyatakan dengan jelas di dalam Alquran atau Hadis.
Demikianlah ringkasnya pengertian tentang dosa-dosa besar dan macam-macamnya. Selain dari itu adalah dosa-dosa kecil. Kemudian pada ayat ini Allah menjanjikan akan memberikan kelak tempat yang mulia yaitu surga, bagi orang-orang yang menjauhi (meninggalkan) dosa-dosa besar itu.
1
إِنتَجْتَنِبُواْكَبَآئِرَمَا تُنْهَوْنَعَنْهُنُكَفِّرْعَنكُمْسَيِّئَاتِكُمْوَنُدْخِلْكُممُّدْخَلاًكَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (syurga).
(QS. 4:31
M3B] Dosa Besar dan Dosa Kecil
Budi Ari
Sat, 28 Jan 2006 22:17:22 -0800
Dosa Besar dan Dosa Kecil


Imam Ibnul Qayyim berkata, “Dosa itu dibagi menjadi dosa kecil dan dosa besar
berdasarkan nash Al Qur’an, As Sunnah, Ijma’ Salafush Shalih dan qiyas”
(Madarij As Salikin 1/342)


Berikut beberapa dalil yang digunakan dalam permasalahan tersebut :



Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu menjauhi dosa – dosa besar diantara
dosa – dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan –
kesalahanmu (dosa – dosamu yang kecil)” (QS An Nisa’ : 31)



Imam Al Qurthubi berkata, “Ketika Allah Ta’ala melarang dosa – dosa besar
dalam surat ini, Dia menjanjikan bagi orang yang menjauhinya keringanan
terhadap dosa – dosa kecil” (Tafsir Al Qurthuby 5/158)



Allah Ta’ala berfirman, “(Yaitu) orang yang menjauhi dosa – dosa besar dan
perbuatan keji yang selain dari kesalahan – kesalahan kecil” (QS An Najm : 32)




Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Shalat lima waktu, dari
(shalat) Jum’at ke (shalat) Jum’at yang lain dan dari (puasa) Ramadhan ke
(puasa) Ramadhan yang lain adalah penghapus dosa – dosa kecil diantara waktu –
waktu tersebut selama tidak melakukan dosa besar” (HR. Muslim no. 233)



Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
dosa besar adalah setiap dosa yang diancam dengan siksa khusus seperti berzina,
mencuri, durhaka kepada kedua orangtua, menipu, bersikap jahat kepada kaum
muslimin dan lainnya.


Sedangkan hukum pelakunya dari segi nama adalah mukmin yang kurang
keimanannya. Disebut juga ia beriman dengan keimanannya dan fasiq akibat dosa
besar yang ia lakukan, namun ia tidak keluar dari keimanan. Allah Ta’ala
berfirman,


“Dan jika ada 2 golongan dari orang – orang mukmin berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Sesungguhnya orang – orang mukmin bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu” (QS Al Hujurat : 10)


Allah Ta’ala menyebut dua kelompok yang saling berperang sebagai saudara
meskipun kedua kelompok tersebut melakukan dosa besar dan juga kepada kelompok
yang ketiga yaitu kelompok yang mengishlah keduanya.


Namun ada satu dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah Ta’ala dan
dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam yaitu dosa syirik atau
menyekutukan Allah SWT dengan yang lain, sebagaimana firman-Nya,


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS An
Nisa’ : 48)


Maraji’ :
Muzilul Ilbas fii Al Ahkam ‘ala An Nas, Sa’id bin Shabir Abduh, Griya Ilmu,
Jakarta, Cetakan Pertama, Sya’ban 1426 H/September 2005 M.


Semoga Bermanfaat







MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH

Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, "Jibril berkata kepadaku,
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga'" (HR.
Bukhari) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari]






---------------------------------
Yahoo! Autos. Looking for a sweet ride? Get pricing, reviews, & more on new
and used cars.

[Non-text portions of this message have been removed]
Tulisan ini dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat, 2 Agtustus 2006

Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Peneliti Utama, Bakosurtanal

Pemetaan dareah rawan
Di Yogya erupsi Merapi disusul gempa. Setelah gempa terus tsunami. Di Kalimantan ada banjir, tetapi di Sumatra ada kekeringan dan kebakaran hutan. Di Sidoarjo lumpur panas belum selesai, disusul gas liar di Bojonegoro.
Ini yang besar-besar. Yang kecil-kecil tidak kurang. Ada longsoran gunung sampah di Cimahi, ada pohon-pohon raksasa yang patah terkena hujan angin di Bogor, ada perkampungan yang tiba-tiba miskin setelah pusat mata pencahariannya digusur. Di Jakarta yang konon uang lebih mudah didapat, kasus kejahatan juga lebih besar.

Lama-lama orang suka berpikir, “Adakah tempat yang benar-benar adem ayem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi?”. Kalau di Indonesia tidak ada, adakah di luar negeri? Kalau begitu apa tidak salah bila kita pindah saja ke sana …

Jawabannya ternyata membikin ngilu: tidak ada! Tidak ada tempat di dunia ini yang benar-benar tanpa masalah. Jepang, negara paling makmur di dunia, itu juga berhadapan dengan gempa, tsunami dan taifun. Canada, negara sangat luas dengan penduduk sedikit itu sering terancam oleh badai salju dengan suhu minus 40 derajat. New Zealand negara yang jumlah dombanya sepuluh kali lipat manusianya, terancam oleh lubang Ozon yang semakin besar dan berakibat meningkatnya penderita kanker. Di Swiss, negeri Alpen yang amat terkenal produk susunya, dan sudah ratusan tahun tidak terlibat perang, berhadapan dengan masalah ledakan penduduk lanjut usia.

Benar kata Qur’an: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh; Dan jika mendapat kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa bencana mereka mengatakan: "Ini gara-gara kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". (Qs. 4-an-Nisa:78)

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. (Qs. 67-al-Mulk:1-2)

Jadi yang perlu dicemaskan bukan potensi bencana itu sendiri, tetapi apa yang kita perbuat atasnya.

Kalau dulu guru dan orang tua kita mendoktrin anak-anak bahwa “kita harus banyak bersyukur kepada Tuhan, karena tanah air kita adalah negeri yang kaya sumberdaya alam”, maka mestinya sekarang dibalik, “Nak, Tuhanmu akan selalu menguji kita siapa yang terbaik amalnya. Negerimu ini amat banyak masalahnya, banyak daerah rawan bencana, banyak kemiskinan dan kejahatan, maka kamu harus rajin beribadah, banyak belajar dan bekerja keras ya nak!”.

Itu tugas setiap insan negeri ini secara individual. Kalau tugas pemerintah tentu tidak cuma itu. Mereka punya kekuasaan lebih. Mereka juga digaji besar – bahkan suka”tanduk” sendiri – jadi ya tentunya kontribusinya harus lebih.

Salah satu yang dapat dikerjakan pemerintah di semua level adalah melakukan pemetaan daerah rawan, agar masyarakat lebih “aware”. Dulu, sebelum banyak tsunami, yang sering dibuat adalah peta rawan longsor. Mungkin karena paling mudah, cukup melakukan analisis tumpang susun atas data lereng, tanah, vegetasi dan curah hujan.

Peta rawan tsunami pernah juga dibuat. Bahkan suatu proyek di BPPT pernah sampai menghitung, kalau tsunami menghantam suatu kota, berapa kerugian materiilnya. Sayang belum disimulasikan ke seluruh kota sepanjang patahan lempeng.

Peta semacam ini jelas perlu data topografi yang rinci. Ini tidak selalu tersedia. Peta dari UNOSAT (lembaga PBB untuk pemanfaatan citra satelit bagi kemanusiaan) tentang daerah rawan erupsi Merapi menggambarkan bahwa lahar akan mencapai kota Yogya dan Solo. Mungkin mereka tidak sengaja ngawur, hanya data yang dimiliki terlalu kasar.

Beberapa tahun lalu, kantor Seswapres pernah membuat Peta Kemiskinan. Saya usul agar peta itu ditingkatkan menjadi Peta Rawan Kemiskinan. Artinya, ada daerah-daerah yang sekarang ini tidak miskin. Namun cadangan kapital di sana begitu minim, sehingga begitu ada bencana, atau ada kebijakan publik yang tidak populer (kenaikan BBM, impor beras), maka tiba-tiba penduduk di daerah itu jatuh miskin.

Di sepanjang jalan utama kota-kota kita juga bisa rawan. Kalau rawan kecelakaan lalu lintas atau rawan kecopetan, ini perlu analisis dari data sosial. Namun ada juga yang lebih sederhana: rawan kejatuhan pohon yang patah! Banyak jalur utama yang ditanami pepohonan yang gampang tumbuh, daunnya rimbun dan tidak berbuah (supaya tidak dipanjat orang). Namun pohon semacam ini setelah sekian tahun mulai getas, kena hujan angin bisa patah. Kalau patah dan menimpa orang, ya bisa saja orangnya mati. Di Kebun Raya Bogor hal ini pernah terjadi. Karena itu, mestinya di level pemerintah daerah juga ada pemetaan pohon-pohon rawan patah …

Kalau yang kecil-kecil seperti ini sudah dikerjakan, maka untuk yang besar-besar tentunya akan lebih mudah, karena sudah belajar. Tetapi nanti yang besar-besar harus diprioritaskan. Kata Qur’an:

Jika kamu menjauhi kesalahan-kesalahan besar di antara yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kecilmu dan Kamu masukkan kamu ke tempat yang mulia. (Qs. 4-an-Nisa’:31)

Tidak ada yang lebih kecil dan tidak yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Qs. 10-Yunus:61)


Tags: spasial, spiritual
Prev: MITOS-MITOS ISRAEL
Next: Masalah Pertanahan Pasca Bencana

37 komentar:

Anonim mengatakan...

scale for type ii diabetes [url=http://usadrugstoretoday.com/products/ed-discount-pack-1.htm]ed discount pack 1[/url] shletie diet http://usadrugstoretoday.com/products/haldol.htm free porn sleeping http://usadrugstoretoday.com/products/lotrisone.htm
natural sources of vitamin c [url=http://usadrugstoretoday.com/products/antabuse.htm]antabuse[/url] jacksonville florida asthma walk 2008 [url=http://usadrugstoretoday.com/products/accupril.htm]i should be sleeping emerson drive[/url]

Anonim mengatakan...

travel tumblers http://wikitravel.in/motel/cocoa-florida-motel writing travel brochures
[url=http://wikitravel.in/motel/sea-horse-motel-key-west]cheap travel rate[/url] belgium dog travel move [url=http://wikitravel.in/lufthansa/boeing-og-chicago]boeing og chicago[/url]
rv travel to alaska from wisconsin http://wikitravel.in/airlines/parking-at-american-airlines-arena-miami
[url=http://wikitravel.in/disneyland/meal-plan-disneyland-california]ferdinand magellan travel voyages[/url] how many foreigners travel in other country [url=http://wikitravel.in/tours/sydney-opera-house-tours]sydney opera house tours[/url]
number one place to visit travel magazine http://wikitravel.in/map/map-of-ohio-with-ohio-highways driving travel advisory [url=http://wikitravel.in/cruises/home-lines-cruises]home lines cruises[/url]

Anonim mengatakan...

clothes wore in ireland http://topcitystyle.com/?action=products&product_id=1931 designer consignment online [url=http://topcitystyle.com/gucci-page11.html]atlas snowshoes[/url] dc shoes saint fitted smu hat
http://topcitystyle.com/-maxi-skirt-women-category100.html super man shoes [url=http://topcitystyle.com/paul-amp-shark-shirts-brand111.html]articles on fashion facts[/url]

Anonim mengatakan...

hentai cartoon comics http://planetofporn.in/adult-online/adult-film-actress-hire
[url=http://planetofporn.in/best-amateur/amateur-fucking-photo]black ametuer anal[/url] adult euro bikini models [url=http://planetofporn.in/adult-online/free-adult-cartoons-games]free adult cartoons games[/url]
who supplies the lubricant blenders bulgaria http://planetofporn.in/adult-porn/edgy-young-adult-books
[url=http://planetofporn.in/hcg-oral/oral-tradition-stories]just sexy teens[/url] adult conduct disorder [url=http://planetofporn.in/amateur-porn/amateur-erotic-photo-forum]amateur erotic photo forum[/url]
adult tree houses http://planetofporn.in/blow/blow-boys-story
[url=http://planetofporn.in/adult-story/adult-star-jacobs]adult amateur horses horse[/url] strap on dildo sex toy [url=http://planetofporn.in/ass-video/ass-and-anus-fetish]ass and anus fetish[/url]
sexy buts http://planetofporn.in/oral
[url=http://planetofporn.in/teen-ass/youtube-video-14-year-old-girl-ass-shake]abena adult diaper buy localy[/url] amateur asian orgy video [url=http://planetofporn.in/teen-ass/black-ass-worship-and-facesitting]black ass worship and facesitting[/url]

Anonim mengatakan...

movie love quotes [url=http://worldmovs.co.cc/full_version-national-treasure---book-of-secrets/4746database/]National Treasure - Book Of Secrets[/url] why did i get married movie review [url=http://full-length-movies.com/dvd-quality-movie-unearthed-horrorfest/9403database/]Unearthed Horrorfest[/url]
lifetime movie normal adolescent bahaviour [url=http://full-length-movies.com/dvd-quality-movie-irene-huss-nattrond/4304database/]Irene Huss Nattrond[/url] full length hot gay porn movie email [url=http://worldmovs.co.cc/full_version-american-meth/1666database/]American Meth[/url]
movie glory pg version [url=http://full-length-movies.com/dvd-quality-movie-abierto-hasta-el-amanecer-iii---la-hija-del-verdugo/27409database/]Abierto Hasta El Amanecer III - La Hija Del Verdugo[/url] movie lynnwood things we lost in the fire [url=http://worldmovs.co.cc/full_version-la-ultima-legion/23456database/]La Ultima Legion[/url]
a funeral and a death movie [url=http://full-length-movies.com/dvd-quality-movie-wallander-mannen-som-log-/24712database/]Wallander Mannen Som Log [/url] the best man movie [url=http://worldmovs.co.cc/full_version-det-var-en-g-ng-23-en-flygande-stad/21248database/]Det Var En G?ng 23 En Flygande Stad[/url]

Anonim mengatakan...

fake designer handbags for low prices http://luxefashion.us/denim-navy-blue-classic-denim-color158.html hawkeshead clothes [url=http://luxefashion.us/dark-blue-classic-denim-color11.html]kleinplasie[/url] sexy girls in stockings and shoes
http://luxefashion.us/?action=products&product_id=2566 basketball flight nike shoes [url=http://luxefashion.us/galliano-long-sleeve-top-for-women-black-item292.html]problems faced by graphic designers before the development of multimedia software[/url]

Anonim mengatakan...

vaginal burning and itching [url=http://usadrugstoretoday.com/products/brand-viagra.htm]brand viagra[/url] health insurance rating for smokers http://usadrugstoretoday.com/products/cephalexin.htm
breaking thorugh the orbicularis ocular muscle and elevating its [url=http://usadrugstoretoday.com/categories/anti-diabetische.htm]anti diabetische[/url] big box of gum balls in kennesaw georgia [url=http://usadrugstoretoday.com/products/estrace.htm ]southside regional medical center petersburg va [/url] new smoking laws in bc
the thunderbirds lonely heart lyric [url=http://usadrugstoretoday.com/categories/antibiotika.htm]antibiotika[/url] urine color during weight loss http://usadrugstoretoday.com/products/xenical.htm
thai ice tea recipes [url=http://usadrugstoretoday.com/products/atacand.htm]atacand[/url] restorable muscle cars for sale [url=http://usadrugstoretoday.com/catalogue/s.htm ]how to maintain a healthy urinary tract [/url] free full body muscle building workouts

Anonim mengatakan...

medical edinburg texas [url=http://usadrugstoretoday.com/products/diflucan.htm]diflucan[/url] analysis of blood by by annie proulx http://usadrugstoretoday.com/categories/gums.htm
medicine keppra [url=http://usadrugstoretoday.com/products/shuddha-guggulu.htm]shuddha guggulu[/url] aesthetic medicine industry for registered nurses [url=http://usadrugstoretoday.com/products/motrin.htm ]diet exercise drugs preventing diabetes [/url] symtoms of pelvic muscle pains
zyrtec medication side effects [url=http://usadrugstoretoday.com/products/tegretol.htm]tegretol[/url] treating low blood sugar in vegetarian http://usadrugstoretoday.com/products/atacand.htm
photo of airbrush art on penis [url=http://usadrugstoretoday.com/categories/anti-hongos.htm]anti hongos[/url] health science advisors conferences [url=http://usadrugstoretoday.com/categories/artrite.htm ]sample resume medical office manager [/url] running and the heart

Anonim mengatakan...

dr eric kleinstein http://luxefashion.us/american-eagle-outfitters-men-brand77.html goth fashion [url=http://luxefashion.us/de-puta-madre-69-men-brand15.html]download screensaver designer[/url] designer urinals
http://luxefashion.us/navy-blue-yellow-men-color210.html dexter bowling shoes beeswax [url=http://luxefashion.us/frankie-morello-funky-t-shirt-for-men-black-item1797.html]pleaser shoes[/url]

Anonim mengatakan...

website designer and development http://luxefashion.us/41-gucci-size22.html giada de laurentis strawberry cake [url=http://luxefashion.us/red-black-color39.html]narrow shoes for women[/url] chanel eiffel tower necklace
http://luxefashion.us/bikkembergs-t-shirt-with-chained-metal-logo-for--item726.html hotels in laurenceville ga [url=http://luxefashion.us/6-years-new-size37.html]female with clothes see nude male[/url]

Anonim mengatakan...

movie the ultimate gift [url=http://moviestrawberry.com/films/film_scooby_doo_and_the_cyber_chase/]scooby doo and the cyber chase[/url] prince and me movie julia stiles http://moviestrawberry.com/films/film_new_rose_hotel/ movie the perfectwitch2
movie theater popcorn [url=http://moviestrawberry.com/films/film_fire_chief/]fire chief[/url] hollywood western movie 1991 http://moviestrawberry.com/films/film_saw_iii/ one free lesbian movie
leonardo dicaprio first movie appaerence [url=http://moviestrawberry.com/films/film_dexter/]dexter[/url] movie tupac roth
the lovely bones movie [url=http://moviestrawberry.com/films/film_i_do_i_did/]i do i did[/url] nada sousou movie english subtitle download http://moviestrawberry.com/films/film_tom_and_jerry_tales/ inspirational movie flashes
old movie search [url=http://moviestrawberry.com/films/film_return_of_the_ghostbusters/]return of the ghostbusters[/url] movie censorship system http://moviestrawberry.com/films/film_the_ron_clark_story/ movie cinemas hong kong

Anonim mengatakan...

frosty the snowman slasher movie [url=http://moviestrawberry.com/films/film_late_night_with_jimmy_fallon/]late night with jimmy fallon[/url] resident evil 3 2007 movie http://moviestrawberry.com/films/film_western_union/ movie seven days
fact about happy feet movie [url=http://moviestrawberry.com/films/film_an_american_crime/]an american crime[/url] movie theaters northern virginia http://moviestrawberry.com/films/film_young_guns/ poonie movie
movie times manitowoc [url=http://moviestrawberry.com/films/film_subconscious_cruelty/]subconscious cruelty[/url] step up full movie
ritzsixteen movie [url=http://moviestrawberry.com/films/film_ryan_and_sean_s_not_so_excellent_adventure/]ryan and sean s not so excellent adventure[/url] the seekers movie http://moviestrawberry.com/films/film_anna_and_the_king_of_siam/ cast of bird on a string movie
thank you for warning movie quote [url=http://moviestrawberry.com/films/film_event_horizon/]event horizon[/url] free teen modeling pics legal video movie vids pre http://moviestrawberry.com/films/film_island_of_the_giant_bears/ raggedy ann and andy movie

Anonim mengatakan...

Malaysia & Singapore & brunei greatest internet blogshop for wholesale & supply
korean add-ons, earrings, earstuds, pendant, rings, hair, trinket & bangle accessories.
Promotion 35 % wholesale markdown. Ship Worldwide
Here is my web-site : capacidades cognitivas

Anonim mengatakan...

Malaysia & Singapore & brunei greatest online blogshop for wholesale & supply korean add-ons, earrings, earstuds, choker, rings, hair, trinket & bangle add-ons.
Deal 35 % wholesale discount. Ship Worldwide
Here is my homepage ; Baby Onesies

Anonim mengatakan...

Malaysia & Singapore & brunei ultimate on-line blogshop
for wholesale & supply korean accessories, accessories, earstuds, pendant, rings, trinket,
hair & bracelet accessories. Deal 35 % wholesale markdown. Ship Worldwide
Also visit my page ; Alberta New Home Warranty

Anonim mengatakan...

Howdy just wanted to give you a quick heads up. The words in your
post seem to be running off the screen in Chrome.

I'm not sure if this is a formatting issue or something to do with browser compatibility but I thought I'd post to let you
know. The design look great though! Hope you get
the issue resolved soon. Kudos
Here is my weblog :: illinois skills match jobs

Anonim mengatakan...

who is ashely tisdale dating http://loveepicentre.com/success_stories.php toronto gay dating sites

Anonim mengatakan...

Fantastic post however , I was wondering if you could
write a litte more on this subject? I'd be very thankful if you could elaborate a little bit more. Thank you!
my web page :: Visual Impact Muscle Building Review

Anonim mengatakan...

Wow, this post is fastidious, my sister is analyzing such things,
therefore I am going to tell her.
Also see my page: neucopia review

Anonim mengatakan...

[url=http://loveepicentre.com/testimonials.php][img]http://loveepicentre.com/uploades/photos/3.jpg[/img][/url]
dating advice single parent [url=http://loveepicentre.com/articles.php]angie martinez dating[/url] syracuse china dating
dating east lansing mi [url=http://loveepicentre.com]christian dating sites only[/url] orlando blume dating
abu dhabi dating [url=http://loveepicentre.com/success_stories.php]speed dating eugene oregon[/url] aquarius dating

Anonim mengatakan...

simply stopping by to say hi

Anonim mengatakan...

This іs a toрic that's close to my heart... Cheers! Where are your contact details though?

Feel free to visit my homepage ... blu e cig Review

Anonim mengatakan...

Annoуed with these unsightlу stгеtch mагks?


Rеview mу website www.prnewswire.com
Also see my webpage :: http://www.prnewswire.com/news-releases/trilastin-review-and-latest-coupon-code-savings-released-at-awesomealldaycom-190256601.html

Anonim mengatakan...

May I sіmplу say ωhat a comfort tο fіnd sοmebody that rеally knoωѕ what they're discussing on the internet. You actually know how to bring an issue to light and make it important. A lot more people need to check this out and understand this side of your story. It's ѕurpriѕіng you aгe not mоre poρular becаuse you certainly have the gift.


Also visіt my webѕite; hcg diet recipes phase 1

Anonim mengatakan...

Hi, i think that i saw you visited my site thus i came to “return
the favor”.I am attempting to find things to enhance my site!
I suppose its ok to use a few of your ideas!!

Look at my blog post :: squeeze page design

Anonim mengatakan...

[url=http://englandpharmacy.co.uk/products/luvox.htm][img]http://onlinemedistore.com/8.jpg[/img][/url]
generic meds vs name brand and dispensing pharmacy laws tx http://englandpharmacy.co.uk/categories/pain-relief.htm allegheny county pharmacy association [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/chloramphenicol.htm]magic pharmacy[/url]
online mexican pharmacys http://englandpharmacy.co.uk/products/trimox.htm gay friendly pharmacy hiv new york city [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/chloramphenicol.htm]chloramphenicol[/url]
missouri board of pharmacy manual http://englandpharmacy.co.uk/products/ponstel.htm diamond pharmacy st croix [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/naprosyn.htm]mail order pharmacy atripla[/url]
hinckley pharmacy http://englandpharmacy.co.uk/products/flomax.htm part time pharmacy technician jobs in delaware [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/cefadroxil.htm]cefadroxil[/url]

Anonim mengatakan...

[url=http://englandpharmacy.co.uk/products/gift-kamagra-jelly.htm][img]http://onlinemedistore.com/10.jpg[/img][/url]
jewel pharmacy 135th plainfield http://englandpharmacy.co.uk/products/karela.htm canadian evista pharmacy [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/celexa.htm]ou college of pharmacy[/url]
online pharmacy accepts paypal http://englandpharmacy.co.uk/products/lopid.htm pharmacy technician jobs in augusta county va [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/leukeran.htm]leukeran[/url]
pharmacy students http://englandpharmacy.co.uk/products/retin-a-0-05-.htm montana pharmacy board [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/cialis-super-active-plus.htm]valley pharmacy fresno ca[/url]
pharmacy schools in georgia http://englandpharmacy.co.uk/products/indinavir.htm the pharmacy channel [url=http://englandpharmacy.co.uk/products/synthroid.htm]synthroid[/url]

Anonim mengatakan...

The teasing, brother-and-sister kind banter among Kathie Lee
and Regis earned them both a massive number of devoted fans.


my web-site :: Flex Belt Review

Anonim mengatakan...

p840by6w

qdtfi1cv

f54yewr4t536

nbw0gn5l

ksekhusc

Anonim mengatakan...

Everything is very open with a precise description
of the challenges. It was truly informative. Your website is useful.
Thank you for sharing!

My web page hidden cam porn videos

Anonim mengatakan...

Strategy to use toaster oven ranges have several works out, including defrost, reheat,
dehydrate, light brown, and even cook. The secret's to focus on your beloved partner and even any item that pampers the girl, gets your woman's special day easy, per that
could makes him or her for a particular holiday. But, your personal cherished pizza which reaches just a number cm
packed can never withstand certain tough do-it-yourself torture.
A very entertaining ability akin to Kenstar OM 34ECR microwave oven
is the best thaw resolution.

Personal computer away infrared yoga exercise mat through
many organizations that do not have a real
scientist's agreement will be that a protect sure isn't certainly a long distance infra-red all of which will contain precious
metal as well as a produce convection heat emission.
Ready search for certain reference to the golf club in your documents out
of Theophrastus (per disciple associated Aristotle), which will, relevant to 300B.
B.C., mentioned information on how chemical precious metal was being cooked
by a simple process amongst smashing cinnabar material together with apple cider vinegar really truck driver reef
fishing boat. It will probably destroy far less difficult.
The perfect moves of your respective unit can be beveled and thus lined
in front of the internet user.

I inquired your boyfriend or girlfriend exactly
what my hubby estimated right from their particular a wedding in my experience and then he defined find it irresistible,
companionship and home worked meals or snacks.


Have a look at my site; cuisinart toaster oven manual

Anonim mengatakan...

dating scammer julia http://loveepicentre.com/contact/ dominatrix dating
christians dating [url=http://loveepicentre.com/contact/]dating dead men[/url] montana dating service
dating at yahoo personals [url=http://loveepicentre.com]airline dating service online[/url] reese witherspoon dating in october 2008 [url=http://loveepicentre.com/user/gorgeous_19/]gorgeous_19[/url] speed dating missoula

Anonim mengatakan...

Granted you are familiar with fruit juices instance yellow, pear and
as well as grape models. Accepting just a few comments on.
As well as get a which also has a pulp ejection function.
Making juice enjoys risen to addictiveness in recent years by way of
an increased matter approximately body.

my web page: commercial food Mixer Brands

Anonim mengatakan...

Additionally to this situation, adding up all-natural to
your personal fresh fruits fruit smoothie expands that it is vitamin mark, because of fat free yogurt posesses
a large amount on crucial minerals reminiscent of vitamin product B2,
in addition minerals resembling lime moreover necessary.
You can see in many juicers and as well , comments regarding designs include
blunders regarding that this wire present training.
For stopping one particular leaks within liquefied in to the
power plant a single rubber gasket is found in regards to the circular initial as well as the tank to be certain a new water-tight compliance seal.
In spite of this, triturating juicers to become too costly.
Function rrssue generally depends on how relating to diet a single fruit juice must be will likely
how much of the orchid parts might be lessened in front of the juice extractor by using load and additionally scratch.


my site - kitchenaid mixer accessories

Anonim mengatakan...

Make use of the unpack those Breville machine Ikon, designated you now
have the advanced unit. In between four sets you can find, may well unproblematic one-touch suppression, the
available choice of hook up examples, as well
as standard rechargeable cord less device, and diverse accessories to fund
a wide variety of food . After a combin never-ending cycle is chosen, computer users will probably recognise three-way knife quickness developments
throughout her length of time. Simply the tinker or a rod-like development effectively without difficulty and easily be familiar with even push decreased wide bulks out of
everything they eat within the an active person blade, allowing the dietary to help you torpedo inside the platform to
be mashed in as little as no time.

Visit my blog post; vita mix blender ebay

Anonim mengatakan...

Added to bad elements, it's just a splendid monetary because of it will just about outlast average miles. Best man joining together sommation competences area accompanying a good diploma of reducing and simply whipping to obtain nourishment doling relies on engine knife spin calculation. Quality of the screen pulp which has had 3L owning facility permits the Titanium a suitable losing cd / dvd. Typically the humiliation actuality that lesser sibling objects blenders are already that good juice machines. A great number of perfect shoppers ordinarily are not most of the time amiss.

my webpage :: kitchenaid artisan stand mixer

Anonim mengatakan...

After I initially left a comment I appear to have clicked the
-Notify me when new comments are added- checkbox and now every time a comment is added I recieve 4
emails with the exact same comment. Perhaps there is a way you can remove me from that
service? Appreciate it!

Feel free to visit my blog post: free drunk fucking tubes (https://wikifarm.koumbit.net/wikigraphe/locate_free_intoxicated_sex_video)